Lady Of Mafia
Matahari bersinar dengan begitu terang. Embusan angin terasa sangat kencang hingga membuat hangatnya matahari tidak terasa lagi. Rerumputan yang tumbuh di atas tebing seakan bergoyang mengikuti irama angin.
Di sebuah tebing berdiri seorang wanita yang menatap tajam wajah seorang pria. Tebing itu menghadap ke arah laut biru yang luas dan indah. Wanita itu sedang menodongkan sebuah pistol berwarna hitam ke arah tubuh pria yang berdiri di ujung tebing. Pria itu menatapnya dengan wajah sedih.
Tubuh pria itu dipenuhi luka di bagian wajahnya. Ada darah di sudut bibirnya. Kulitnya terlihat kering karena terlalu lama berjemur di bawah matahari. Ia mengepal kuat tangannya untuk menekan rasa sedih dan bersalahnya.
“Maaf mungkin tidak akan cukup untuk menebus kesalahanku. Tapi, percayalah. Aku sudah berubah. Aku berjanji tidak akan melukai hatimu lagi,” ucap pria itu dengan suara yang lantang dan masih bertenaga. Kedua bola matanya memandang pasukan hebat yang selama ini ia banggakan kini tergeletak tidak bernyawa. Semua itu berasal dari tangan seorang wanita yang kini menodongkan pistol ke arah tubuhnya.
Walau detik itu juga ia mampu membalas perbuatan wanita yang ada di hadapannya, tapi entah kenapa semua terasa sangat berat untuk ia lakukan. Pria itu lebih memilih mengalah dan menyerah karena sejuta rasa bersalah yang telah ia perbuat.
Di belakang wanita itu berdiri beberapa pria berbadan kekar. Semua memakai pakaian serba hitam dengan wajah sangat menakutkan. Ada senyum licik dan tatapan puas atas pertunjukan yang tersaji di depan mata mereka. Semua pria di belakang itu adalah orang yang cukup di kenal oleh wanita itu.
Entah masalah apa yang terjadi hingga wanita itu berniat untuk membunuh pria yang berdiri di hadapannya. Dengan bibir gemetar dan air mata yang menetes deras. Wanita itu mulai menarik pelatuk pistolnya. Ia mengatur lagi napasnya dan meyakinkan hatinya, kalau detik ini adalah wanktu yang tepat baginya untuk balas dendam.
“Kenapa kau menangis untuk pria jahat seperti dia, Kak Leona,” ucap salah satu pria terdekat Eleonora dengan tangan terlipat di depan dada.
“Bunuh saja. Maka semua akan impas,” sambung pria lainnya dengan senyum menghina.
“Pria seperti dia tidak pantas mendapat belas kasihmu, Babygirl. Bunuh saja dia,” ucap Seorang pria bertopeng yang berdiri tidak jauh dari tubuh Eleonora, “Jika kau masih tidak tega. Aku akan membantumu untuk membunuhnya,” timpal pria itu lagi sambil mengeluarkan sebuah pistol.
Wanita itu semakin sedih dan bingung. Ia tidak tahu tindakan ini benar atau tidak. Rasa sakit hatinya benar-benar telah menutup hati nurani. Hubungannya dengan pria yang ada di hadapannya terlihat memiliki kesan yang cukup mendalam.
“Aku mencintaimu, Leona. Aku melakukan semua ini karena memiliki alasan. Kau sudah tahu semua alasanku. Sekarang, aku sudah ikhlas menerima hukuman darimu,” ucap Pria itu dengan mata berkaca-kaca. Wajahnya sangat menyedihkan hingga membuat siapa saja yang menatapnya tidak tega untuk melukainya, “Aku mencintaimu, Honey. Maafkan aku....”
“Cinta kau bilang? Cintamu sudah membuatku menjadi seperti sekarang. Aku membencimu, Zean. Pergilah ke neraka, karena memang di sana tempat yang pantas untukmu,” teriak Eleonora. Wanita itu tidak bisa di bujuk lagi. Hatinya sudah hancur berkeping-keping dan sulit untuk terbentuk lagi.
DUARRR!
Pistol yang ada di genggaman Leona terpental jauh. Semua orang terperanjat kaget saat mendengar suara tembakan yang muncul secara tiba-tiba. Dari kejauhan, berdiri seorang wanita dengan satu pistol di genggamannya. Di belakangnya telah berdiri beberapa orang yang sangat menyayangi dirinya.
“Kau mengecewakan Mama, Leona,” ucap Serena sambil menurunkan pistolnya secara perlahan, “Jika ada yang melukaimu hingga seperti ini, kau tidak harus merahasiakannya dari Mama.” Suara Serena meninggi. Wanita yang sudah berusia lebih 50 tahun itu memasang wajah kecewa. Ia tidak sanggup melihat pemandangan yang kini terjadi di depan matanya.
Leona mengukir senyuman kecil. Bukan takut, ia justru mengambil kembali pistol miliknya yang terpental, “Aku mengikuti jejak Mama. Dengan menjadi ketua mafia, hidupku menjadi jauh lebih dihargai dan dihormati semua orang,” jawabnya tanpa rasa bersalah sedikitpun.
“Leona, jangan berbicara seperti itu kepada Mama,” teriak seorang pria yang mengenakan jas berwarna cokelat. Pria itu berdiri di samping Serena, “Kau boleh balas dendam pada pria itu, karena rasa sakit yang telah ia perbuat. Tapi, kau tidak memiliki hak apapun untuk bersikap kurang ajar kepada Mama,” timpal pria itu dengan wajah tidak terima. Bahkan wajahnya sampai memerah karena tidak suka dengan sikap Eleonora. Pria itu kecewa melihat adik kesayangannya yang sudah banyak berubah.
Seorang pria yang biasa di sapa Papa oleh Eleonora terlihat menghela napas. Rambut pria itu sudah mulai putih. Ia mengenakan kaca mata putih untuk memperjelas pandangan yang ia lihat. Pria itu tidak tahu harus berbicara apa lagi. Semua masalah yang menimpa putri tercintanya, ia serahkan kepada istri yang paling ia cintai.
“Jangan terus-terusan menyalahkanku, Kak. Aku menikmati kehidupan ini,” jawab Leona dengan sorot mata yang tidak kalah tajam dari Serena. Postur tubuh bahkan gaya Serena saat masih memimpin Queen Star terlihat sama dengan apa yang ada pada diri Eleonora. Salah satu anak kembar dari pasangan Serena dan Daniel.
“Kembali Leona. Kau tidak tahu kehidupan seperti apa yang sekarang kau jalani,” ucap Serena dengan nada yang mulai melunak. Wanita itu membuka tangannya untuk menyambut tubuh putrinya.
“Sampai kapanpun jangan memintaku untuk meninggalkan Queen Star. Selama aku masih bernyawa, Queen Star akan terus berjaya,” teriak Leona yang seolah tidak terbantahkan lagi.
“Kwan, apa yang kau lakukan? Ini yang kau maksud dengan kata menjaga? Seperti ini caramu menjaga kakakmu?” teriak Kenzo dengan wajah menahan amarah. Pria yang sudah berumur itu juga terlihat kecewa melihat putra semata wayangnya kini justru menjadi orang kepercayaan Leona. Tangan kanan ketua mafia Queen Star yang akhir-akhir ini banyak membuat masalah di Brazil.
“Pa, aku juga menikmati hidup yang seperti ini. Aku tidak suka perusahaan,” ucap Kwan sebelum memalingkan wajahnya, “Maaf telah mengecewakan Papa dan Mama. Tapi, aku lebih memilih dunia yang kini ada di depan mataku. Queen Star,” jawab Putra semata wayang Kenzo dan Shabira dengan mantap.
Leona mengukir senyuman sambil memutar-mutar pistol yang kini ada di genggamannya. Pembelaan adik sepupunya membuat kekuatan tidak terhingga untuknya. Lagi-lagi ujung pistol itu ia arahkan ke tubuh pria yang sudah membuatnya sakit hati. Bibirnya mengukir senyuman tipis, “Selamat tinggal, Zean!”
Eleonora menarik pelatuknya secara perlahan. Kedua matanya terpejam. Walau tanpa membuka mata, wanita itu sudah sangat ahli dalam menembak, “Selamat tinggal masa lalu. Selamat datang kebahagiaan.”
DUARRR!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 366 Episodes
Comments
Dede Gemoy
.
2023-06-28
0
Aya Vivemyangel
Waduh serena yg novel apa ya , blm tau cerita emaky nih
2023-01-04
0
Bubur Ketan
nyimak dulu
2022-10-14
0