Happy reading all
.
.
.
.
.
"Aaaa !!!" pekik Rain.
Sesosok wanita berkebaya itu, sudah ada di dalam rumah dan menahan Rain. Nino yang merasa kecolongan langsung menjauhkan tangan perempuan itu dari Rain, dengan mencekik leher perempuan berkebaya itu. Sosok perempuan penuh luka lebam dan noda darah di sekitar perut bagian bawahnya itu dibawa pergi oleh Nino.
"Ada apa neng ??" tanya bi Kokom dan mang Nurdin panik. Mereka menangkup Rain dan membawanya duduk di sofa, Rain masih menetralkan degup jantungnya. Masih terngiang bagaimana wajah mengerikan perempuan tadi. Mata melotot dengan lingkaran hitam disekelilingnya, jangan lupa luka luka dan noda darah, bau amis yang menyengat dan ekspresinya yang marah.
"Neng, diminum dulu !!" bi Kokom menyodorkan segelas air putih hangat pada Rain. Wajahnya masih terlihat pucat.
"Bi, Rain..." Rain ragu ragu untuk mengatakannya pada bi Kokom dan mang Nurdin. Ia takut jika semua yang ia alami ia ceritakan, mang Nurdin dan bi Kokom tidak akan percaya. Justru menganggapnya gila.
"Rain ga apa apa ! Rain cuma lagi cape aja bi, jadi bayangin yang engga engga !" jawab gadis itu.
"Ya sudah, neng Rain sebaiknya istirahat saja," ucap mang Nurdin.
"Nanti kalau butuh apa apa panggil saja mamang dan bibi !" tambahnya.
Rain mengangguk, bi Kokom mengantarkan Rain ke kamarnya.
"Makasih bi," Rain tersenyum kaku.
Rain meringsek ke atas ranjang, Tian mendekat.
"Ka Rain ga apa apa kan?" tanya Tian. Rain menggeleng.
"Nino kemana Tian?" tanya nya.
"Ka Nino membawa nyai Diah jauh dari sini ka," jawab Tian.
Jadi nama perempuan berkebaya itu nyai Diah, tapi apa yang ia inginkan dari Rain. Jika ia ingin meminta pertolongan bukan begini caranya, bukankah kalau begini Rain malah akan menjadi takut.
Nino datang ke dalam kamar Rain, ia sedikit terengah engah, dengan segera Rain menghambur ke pelukan Nino begitupun Nino yang memeluk Rain.
"Rain, loe ga apa apa kan?" tanya Nino.
"Gue ga apa apa, loe sendiri ga apa apa kan?" tanya Rain mendongak.
"Gue ga apa apa ! rupanya dia memperhatikan kita tadi. Dia cukup kuat karena rasa amarahnya itu yang membuat dia memiliki energi panas dan bau amis !" jawab Nino.
"Apa yang dia inginkan, No ? gue takut !" ucap Rain.
"Dia hanya ingin sebuah keadilan saja, tapi dia salah paham terhadap keluarga mu terutama papahmu, jadi kamu lah yang menjadi sasarannya."
"Emang keluarga gue salah apa? papah salah apa?" tanya Rain.
" Datang lah ke pabrik, dan telusuri lah maka kamu akan menemukan jawabannya !" jawab Nino.
"Tapi gue takut No, kalo nyai Diah masih ganggu gue gimana ?" tanya Rain.
"Loe tenang aja, untuk sementara gue minta nyai untuk tidak gangguin loe, meskipun nanti loe bakal ketemu terus dengannya, dia tidak akan menggangu!" jawab Nino.
"Hah??! ketemu dimana?" tanya Rain.
"Pabrik ! tempatnya di pabrik teh, karena ia meninggal disana," jawab Nino.
"Hah??! ga mau ahhh takut !!" gidik Rain.
"Tenang saja kak, Tian masih disini ko, ka Nino juga !" jawab Tian memberikan jempolnya di udara. Belum masalah Tian selesai, Rain sudah didatangi arwah lainnya yaitu Nyai Diah.
Keesokan harinya Rain sudah siap dengan dress selututnya dan blazer hitam, Rain tumbuh menjadi gadis cantik dan penampilannya kali ini membuat Rain seperti gadis dewasa yang sempurna.
Ada yang mengganjal di benaknya, ia sangat siap untuk bergelut dengan dunia bisnis. Namun, ia belum siap untuk bertemu dengan nyai Diah.
"Huffttt !!!" ia membuang nafas kasar.
"Sudah siap, bu bos?" tanya Nino tersenyum, ia begitu terpesona dengan Rain sejak dulu.
"Apaan sih !!" decih Rain.
"No, tetep selalu di sampingku ya !!" pinta Rain.
"Always !!" jawab Nino. Tian juga mengekor.
Mobil sudah sampai di parkiran sebuah pabrik teh, pabrik yang dibangun berpuluh puluh tahun lalu ini masih berdiri kokoh sampai kini. Sudah banyak sejarah yang terjadi disini. Rain menatap gamang pabrik sebesar ini. Arsitektur bangunan tua masih dipertahankan.
"Raina !!!" sapa seseorang memekik menyambut Rain. Seorang pria paruh baya, berperut sedikit buncit dan berwarna kulit aga hitam.
"Pak Komar kan?" tanya Rain, melihat penampilannya berkemeja dan berjas sudah dipastikan ia memiliki jabatan tinggi disini.
"Iya, saya Komar non Raina," jawabnya. Nino yang ada disampingku nampak tak suka dengan lelaki buncit di depan Rain.
"Mari non, saya antar berkeliling !!" ajaknya tersenyum, entah kenapa intuisi Rain juga mengatakan ia tak terlalu suka dengan lelaki yang sudah menjadi general manager disini hampir sepuluh tahun.
Rain mengangguk, mengekor di belakang pak Komar. Pak Komar menjelaskan semua proses pembuatan teh dari mulai daun daun teh yang dibawa dari kebun lalu proses pengeringan dan lain lainnya. Hingga ruang kantor, kantin dan ruang lainnya. Terakhir ia mengantar Rain ke dalam ruangan yang akan menjadi ruangan Rain nantinya. Sekelebat bayangan terlihat jelas oleh Rain diantara para pekerja. Ini yang ia takutkan, tapi Rain harus berani dan terbiasa.
Tiba tiba pak Komar mendapatkan sebuah panggilan, ia melihat ponselnya. Seketika wajahnya berubah gugup.
"Maaf non, saya permisi sebentar. Mau angkat telfon !" jawabnya. Rain mengangguk " Silahkan !" jawabnya.
Rain masih fokus melihat beberapa figura foro yang menampilkan pemilik pemilik sebelumnya, foto saat peresmian pabrik dan beberapa foto yang menampilkan moment moment tertentu.
Senyumnya tersungging saat sebuah foto besar terpampang di dinding keluarga abah, enin, om Harsa dan papah. Namun mata gadis itu memicing pada sebuah figura kecil dimana ada foto beberapa pegawai pemetik teh dan juga wanita berpakaian kebaya kebaya jaman dulu. Sepertinya itu moment saat pabrik mengadakan pesta rakyat.
"Tunggu !!" gumam gadis itu. Ia mendekat merasa ada yang tak asing dengan foto itu.
Rain terkejut saat Nino menariknya keluar ruangan untuk menunjukkan sesuatu.
"Apa sih, No?" tanya Rain.
"Loe mesti dengerin ini !" pinta Nino.
Rain melihat pak Komar yang sedang menerima panggilan, ia bersembunyi di balik tembok pembatas dan menajamkan pendengarannya.
Rain terkejut saat nama yang akhir akhir ini sedang ia awasi disebut, ia menutup mulutnya dengan tangannya.
"Uang buat apalagi Baron !!" sarkas pak Komar.
"Semuanya sudah saya transfer sejak kejadian itu, sesuai keinginanmu !! bahkan saya memberikan bonus !!" kesalnya.
"Saya rasa itu cukup untuk sekedar membungkam mulutmu dan teman temanmu !" ucapnya lagi.
" Urusan hutangmu itu urusanmu !!" ucapnya lagi.
"Mulai sekarang saya tidak bisa sebebas dulu!! karena pemilik yang sebenarnya sudah kembali !" pak Komar menutup telfonnya sepihak.
Ia terlihat mencebik kesal, ia kembali. Aku segera berlari kembali masuk ke dalam ruangan kantor.
"Ehh sedang melihat lihat foto non?" tanya nya.
Rain mengangguk "sudah pak terima panggilannya?" tanya gadis cantik ini.
"Ehh sudah !" jawabnya tergugup. "Maaf ya tadi istri saya di rumah !" kilahnya. Jelas sekali kebohongannya. Apa jangan jangan istrinya bernama Baron juga.
"Oh ! pak saya mau tanya ?" pinta Rain mendekat dengan membawa figura kecil berukuran 20 × 30 cm.
"Boleh tanya apa non?"
"Ini siapa ya ?" tanya Rain to the point.
Air muka pak Komar langsung berubah, seperti panik, ada sesuatu yang disembunyikan.
"Ahhh itu bukan siapa siapa non, hanya sinden acara saat acara pesta rakyat dulu !" jawabnya.
Aku berohria "siapa namanya pak?" tanyaku.
Pak Komar kembali terkejut, ia menerka nerka apa yang membuat gadis yang akan menjadi bosnya ini penasaran.
"Kurang tau non, saya lupa !" jawabnya.
"Apa namanya nyai Diah?" tanya Rain.
Deg......
"Dari mana non tau ?" tanya pak Komar.
Gadis itu membuka figura lalu menunjukkan belakang foto yang menunjukkan tulisan tulisan nama siapa saja yang berada dalam foto, karena di dalam foto hanya ada satu perempuan dan nama di belakangnya pun hanya satu nama nyai.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
lestari saja💕
komar itu dalangmya kah???
2023-07-11
1
Qaisaa Nazarudin
Nah berarti ini nih biang keroknya,,dia yg mengupah baron utk membunuh ortunya Raina beartii..😡😡😡😡
2022-11-05
1
Ney Maniez
😲🤔🤔🙄
2022-07-12
0