Happy reading all 😘
.
.
.
.
.
.
.
Tok..tok..tok...
"Neng," panggil bi Kokom.
"Iya, bi ?" Rain membuka pintu kamar sambil mencepol rambutnya satu ke atas, cuaca panas membuatnya berpeluh. Apalagi di kampus hari ini banyak sekali materi yang harus ia baca kembali karena kurang paham.
"Ada yang mau ketemu !" jawab wanita paruh baya berpotongan rambut pendek ini.
"Siapa?" tanyanya dengan berbisik.
"Bu Tita !!"bi Kokom pun ikut berbisik menjawabnya.
Rain mengernyitkan dahinya lalu turun ke bawah, ia menarik senyuman saat melihat seorang ibu dan anak, yang sedang memakai kursi roda itu ada di ruang tamu, menikmati teh yang dihidangkan bi Kokom.
"Ini Rain kan," tanya bu Tita.
"Rain, maaf sudah mengganggu istirahatnya. Sebelumnya saya ingin berkenalan terlebih dahulu, nama saya bu Tita dan ini anak saya, Pian, kami mau meminta maaf dan berterima kasih atas yang sudah terjadi kemarin malam."
Rain melihat memang banyak kemiripan Tian dan Pian, hanya saja Pian memiliki tahi lalat di dekat dagunya
"Kalau boleh tau, yang kemarin malam itu siapa ya bu?" tanya Rain.
"Dia...dia mantan suami saya, neng. Dia memang selalu begitu, membuat onar dimana mana."
"Oh begitu,ahhh tidak apa bu. Lagipula Rain tidak apa apa," jawabnya. Sosok Tian tiba tiba muncul di pojok belakang dekat dengan sofa yang diduduki oleh bu Tita. Dan Rain melihat itu.
Rain terpikir untuk menggali lebih jauh tentang keluarga ini, ia penasaran dengan ucapan Nino dan juga misteri yang harus ia pecahkan tentang Tian,"
"Bu, maaf apa saya boleh bertanya? ini mungkin sedikit privasi," ujar Rain hati hati.
"Iya neng, silahkan."
"Apa ibu memiliki anak selain Pian?" tanya nya, membuat bu Tita terjengkat. Darimana Rain tau jika ia memiliki anak selain Pian.
"Neng Rain, tau darimana kalau saya memiliki anak selain Pian?"
Ingin sekali mulut Rain mengatakan, jika Tian kini tengah menatap keduanya penuh rindu, ia menghela nafas panjang. Apa yang Tian rasakan sama dengan yang Rain rasakan. Rasa rindu pada kedua orangtuanya. Bu Tita menangis sesenggukan, teringat akan Tian.
"Anak saya...anak saya yang lain bernama Tian, neng." ia menangis tergugu, betapa ia sangat merindukan Tian, begitupun Pian yang ikut menitikkan air mata.
Rain memberikan tissue pada bu Tita dan berpindah tempat duduk disamping bu Tita.
"Terimakasih neng, anak saya yang lain bernama Tian, dia adalah saudara kembar Pian. Sudah beberapa bulan ini kami terpisah, saat saya meminta pisah pada Baron, ia membawa serta Tian dengan paksa. Jika tidak, Pian lah yang akan ia bawa," kembali bu Tita mengusap air matanya yang terus mengalir.
"Tapi sampai detik ini, tak ada kabar apapun tentangnya, saya rindu pada Tian. Kami rindu berkumpul dengannya,"
Rain ikut merasakan kesedihan yang mereka rasakan, sampai sampai matanya berlinang dan ia mengusap ekor matanya. Apa yang akan terjadi jika mereka tau kalau Tian sudah tidak ada di dunia ini.
"Ah, kenapa saya malah jadi curhat ya neng, maaf maaf."
"Ah, tidak apa apa bu, anggap saja saya teman berbagi. Karena kebetulan di sini Rain tidak mengenal siapapun kecuali pak Rt."
"Kalau begitu, kami permisi neng, sekali lagi terimakasih," ucapnya bangun dari duduknya.
Bu Tita mendorong kursi roda Pian, saat sampai di ambang pintu, Pian menghentikkan laju rodanya.
"Bu, Pian masih ingin berkenalan dengan ka Rain. Boleh kan bu?? Pian ingin duduk duduk disini sebentar, menghirup udara segar bareng tetangga cantik !!" pintanya pada ibunya. Bu Tita menengok ke arah Rain, diangguki gadis itu.
" Tau saja sama yang cantik!!" goda bu Tita. Rain tersenyum.
"Kalau begitu nanti jika mau pulang berteriak saja seperti Tarzan, nanti ibu jemput!" kelakar bu Tita.
"Tidak usah bu, biar nanti Rain antar Pian saja, yang ada nanti dikira tidak tau malu oleh tetangga."
.
.
"Ka, maaf sebelumnya. Kesan pertama kaka jumpa Pian, Pian malah membanting pintu di depan kaka," ucapnya. Rain membawa Pian duduk di teras belakang, tempat favoritnya di rumah ini.
Semilir angin, yang membawa hawa sejuk pepohonan pinus memberikan kesegaran di tengah cuaca terik di siang ini. Meskipun awan mendung sudah tampak di ujung barat sana, panasnya masih saja terasa.
"Tak apa Pian, ka Rain mengerti!" jawabnya.
"Ka, apa Tian sedang ada disini sekarang?" tanya nya.
deg.....
"Apa?" tanya gadis bermata bulat ini memastikan.
"Awalnya kuanggap kaka sudah gila, bicara, tertawa dan bermain sendiri. Tapi akhir akhir ini aku merasa ada yang janggal. Selain barang kesayangan Tian yang sering bergerak sendiri di rumah, feeling ku mengatakan jika Tian sedang bersama kita."
Rain menatap serius menyimak semua perkataan Pian.
"Apa kamu tau kalau Tian??" tanya Rain menyimpulkan kalau Pian sudah tau apa yang terjadi dengan kembarannya itu. Sekejap kemudian Pian menunduk.
Tes..tes...tes...
Beberapa tetes air mata menetes ke celananya, ia menangis.
"Aku tak tahan dengan kesedihan ibu, ka.Sebulan yang lalu aku bertekad mencari keberadaan bapak dan Tian," jelasnya.
"Apa ketemu?" tanya Rain. Pian mengangguk.
"Jl. Flamboyan no.9 " jawabnya.
"Aku datang ke sana disaat bapak dan kawan kawan premannya sedang mabuk berat, hingga ia meracau, aku menghampirinya. Saking marahnya aku pada bapak, kutarik kerah bajunya lalu bertanya dimana Tian," Pian menghela nafas.
"Dia mengatakan kenyataan paling ketir di hidupku, ia mengatakan jika Tian sudah tidak ada di muka bumi lagi, ka. Dan kami tidak akan menemuinya lagi !" sesenggukannya.Tian ada di belakang Pian, ia menatap nanar kembarannya yang sedang duduk di kursi roda sambil menceritakan kisah pilunya. Nino bersama Tian, merangkul arwah bocah kecil yang kuperkirakan kelas 5 SD.
"Astagfirullah, apa bapakmu yang membunuh Tian??" tanya Rain.
"Dia bukan bapakku ka, Baron adalah syaitan yang sudah membunuh anak yang tidak berdosa, dan mendzolimi perempuan yang sudah berharga untukku, ka." emosi Pian meluap luap. Rain merangkul Pian dan memeluknya, memberikan usapan usapan lembut di punggung anak itu.
"Lalu apa yang terjadi denganmu?" tanya Rain.
"Aku menonjok wajah Baron, tapi ia membalas. Ia meraih botol minuman haram itu dan memecahkannya, aku tak bisa mengelak, ia menggoreskan botol pecah itu pada leherku ka. Aku sempat berlari. Namun, naas sebuah mobil mini bus menyerempet dan menggeleng kakiku hingga keadaanku seperti ini, ka."
"Ya Allah !" seru Rain.
"Warga membawaku ke RS terdekat, ka. Pita suaraku tergores hingga menbuatku tak dapat bicara untuk beberapa waktu, tapi kaki ku lumpuh," sendunya.
"Apa sampai saat ini bu Tita tidak tau apa yang terjadi?" tanya Rain. Pian menggeleng.
"Aku tak tega mengatakannya ka, melihat ibu yang sangat semangat setiap harinya ingin bertemu Tian, sampai namaku saja sering salah ia panggil menjadi nama Tian. Lagipula aku tidak memiliki bukti jika Baron membunuh Tian, sampai saat ini saja keberadaan Tian tidak diketahui," jawabnya.
"Lalu kenapa kamu bicara padaku?"tanya Rain.
"Karena aku yakin, Tian ingin ka Rain yang menolongnya !" jawab Pian.
"Tian ada disini Pian," jawab Rain. Sontak Pian celingukan, namun ia tidak mendapati apapun, karena ia tak dapat melihat Tian.
"Dimana kak?" tanya Pian bersemangat, terlihat sekali ia sangat bisa berharap melihat kembarannya yang sudah lama ia rindukan.
"Dia ada di belakangmu, sedang menatap penuh kerinduan yang sama denganmu,"jawab Rain tersenyum haru namun juga sedih.
"Tolong sampaikan rinduku dan ibu, kak..pada Tian," ucap Pian.
"Dia sudah mendengarnya dan juga merasakannya,"ucap Rain.
"Cepat atau lambat yang namanya bangkai akan tercium juga kan??" tanya nya, menepuk nepuk pundak Pian.
"Terimakasih ka, kalau begitu Pian akan pulang. Kasihan ibu di rumah sendiri."
"Yuk, kaka antar!" Rain memegang handle kursi roda dan mendorongnya menuju luar rumah.
"Oh ya, satu lagi. Tian memang hobby bermain bola, ka. Cita citanya ingin menjadi pemain bola," ucap Pian.
.
.
"Jl. Flamboyan no.9 !!" Rain mencatat di otaknya, rencana penelusurannya mencari keberadaan jasad dan misteri kematian Tian, akan ia mulai dari rumah Baron, meskipun ia tau ini bukanlah perkara mudah.
"Aku selalu bersamamu Rain, " bisik Nino.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
laelatul qomar
sepertinya mayat tian di sembunyikan di kolam atau sungai..karena tian selalu basah dan kedinginan,serem thor
2025-01-09
0
lestari saja💕
ajak conan rain😂😂😂
2023-07-10
1
Ney Maniez
😡😡
2023-03-29
0