Happy reading guys 😘
.
.
.
.
.
Mata Rain menatap tajam ke arah depannya meskipun kini semua orang secara kasat mata melihat Rain tengah sendiri namun sesungguhnya gadis berkuncir satu ini tengah menatap tajam sesosok makhluk yang sama sama sedang balik menatapnya tajam, semacam kontes tatap menatap, apalagi dengan mata merahnya nampak seperti vampir saja. Vampir tampan.
"Ga sangka hantu aja bisa nyebelin, cemburuan,!" gumam Rain.
"Dari dulu manusia memang gitu, ga bisa dikasih yang bening dikit langsung ijo ," balasnya tak mau kalah.
"Kenapa sih No? tiap ada cowok yang deketin gue, loe selalu ganggu ! seneng ya liat orang susah, malu !" sarkas gadis ini, untung saja kini ia tengah berada di kamarnya sendiri. Sepanjang kuliah sampe membesuk enin, hantu yang satu ini terus saja mengikuti dan mengawasinya, inilah definisi ketempelan hantu ganteng pikirnya.
"Kenapa sih ga bisa setia, ga liat pacarmu ini juga ada disamping. Oh gue lupa gue ga nyata buat loe!" Kini malah Nino yang berbalik marah, seolah dialah yang paling terdzolimi.
"Serah deh! gue mau tidur siang aja sebentar lagi gue siaran !" hari ini Rain kebagian siaran pukul 4 sore sampaj pukul 7 malam.
Rain menarik selimut sampai dada meninggalkan Nino yang sedang duduk di tepian ranjang dengan wajah yang juga kesal sekaligus sendu. Jika dulu ia sangat yakin namun sekarang ia tak yakin jika Rain benar benar bisa menerima keadaannya.
Nino sadar betul jika selama ini ia hanya menjadi bayang bayang Rain.Ia berdiri dan sedikit melayang beberapa centi dari atas lantai kamar.
"Maaf kalo gue selalu bikin loe kesel, bikin loe merasa terganggu. Gue sadar gue hanya bisa jadi bayang bayang loe, gue hanya sosok tak nyata buat loe Rain!" ucap Nino. Nino melayang menuju jendela kamar Rain, sedangkan Rain sendiri berusaha menutup mata dan telinga dari Nino. Mata Nino memicing melihat mobil bak terbuka yang membawa banyak barang sepertinya orang baru pindahan.
"Tunggu!" Nino menangkap sosok yang tak asing buatnya, matanya memerah lebih merah dari biasanya, tangannya mengepal kuat ia pun sedikit mendengus lalu tak lama menghilang.
Hampir saja Rain telat, untungnya bi Kokom menjadi alarm alaminya, Emosi hatinya sudah dapat ia kontrol.
"Tumben banget tuh dedemit satu ga nongol buat ganggu!" gumam Rain sambil menuju kamar mandi.
Sampai Rain akan berangkat siaran pun Nino tak kunjung datang, biasanya jika Rain akan pergi pacar hantunya ini tak mau meninggalkannya barang sedetik saja.
"Bagus deh, kayanya dah dapet pasangannya di semak belakang," gumam Rain sambil menggedikan bahu.
.
.
"Bi, mamang, Rain pergi dulu ya. Assalamualaikum!" ucapnya.
"Waalaikumsalam neng, hati hati."
Rain terduduk sendiri seperti biasanya, hanya kesunyianlah yang setia menemani, tak tau baginya serasa trauma saja untuk berdekatan dengan orang lain. Ia takut jika sudah dekat lalu suatu saat mereka meniggalkannya, ia merasakan itu walaupun tak bisa mengingatnya siapa yang meninggalkan nya tapi sekarang ia merasakannya lagi.
Tidak dipungkiri kehadiran Nino di hidup Rain sekarang memiliki tempat tersendiri, Rain sadari itu. Ia rindu.....rindu sosok menyebalkan yang sering usil. Sudah beberapa hari Nino tidak muncul di hidup Rain bahkan hanya sekedar menyapa dan mengagetkannya saja tak ada, apa hantu itu marah? terakhir kali mereka bertemu saat kejadian berdebat itu.
"Apa marah gue keterlaluan ya? ahh dia nya aja yang baperan!" gumam Rain di kampus.
"Rain !!" pekik Dita.
"Hey Ta,dah sembuh?"tanya Rain.
"Udah Rain, eh btw dapet salam dari bang Hafiz!" serunya matanya yang menyipit dan tersenyum senyum sendiri saat menyampaikan pesan membuat Rain mengernyit.
"Waalaikumsalam, ati ati kesambet neng, senyam senyum sendiri!" sewot Rain.
"Cieee !! kayanya bang Hafiz suka sama loe deh Ra," ucap Dita.
"Engga lah, abang loe kan ganteng plus pemes di kampus ini, Ta pasti lebih banyak yang lebih cantik dari gue yang ngejar ngejar abang loe!" jawab Rain merendah, padahal jika dijabarkan Rain adalah adik angkatan yang digadang gadang menjadi primadona kampus karena good looking. Tapi Rain tak pernah mau ribet dengan pamor pamor ala anak remaja itu, ia lebih memilih menjadi mahasiswa yang keep silent.
"Iya juga sih, loe bener loe emang biasa biasa aja dan abang gue pemes!" kelakar Dita.
"Si* alan loe!" tepuknya di lengan Dita membuat gadis berambut sebahu ini tertawa puas.
"Rain becanda lah! loe aja yang be*go dengan wajah dan tampilan loe gue sih ngiri plus juteknya loe menjadi nilai plus buat cowok cowok disini!" jujur Dita.
"Gue ga tertarik,Ta.." jawab Rain melenggang pergi.
"Tunggu Rain !!"
.
.
Rain berjalan pulang melewati rumah rumah tetangganya, hari ini dia memutuskan untuk naik kendaraan umum saja karena mobilnya harus masuk bengkel, maklum lah mobil tua.
"Plukkk...."
Sebuah bola jatuh dan menggelinding tepat di hadapannya. Ia mengambilnya dan melihat seorang anak laki laki berlari ke arahnya.
"Maaf ka, ga sengaja," ucapnya tertunduk,Rain tersenyum.
"Nih tangkap, boleh kaka ikut main?" tanya gadis ini. Si anak mengangguk senang. Rain segara menyambut hangat dan berlari kecil mengatur posisi, sebelumnya ia belum pernah melihat keluarga ini ada disini mungkin mereka keluarga yang baru pindahan.
"Adek, siapa namanya ?" tanya Rain.
"Tian.." jawab anak itu.
"Ohhh, Tian kenalkan nama kaka Raina.." jawab Rain mengulurkan tangan, anak itu menyambutnya.
"Ka aku udah cape aku masuk dulu ya, " ucap si anak. Rain mengangguk.
Rain melihat anak itu masuk ke dalam rumah lewat pintu belakangnya, namun di arah pintu depannya Rain juga melihat seorang anak yang hampir seumuran dan wajahnya mirip dengan Tian tapi bedanya jika Tian ramah maka yang ini sedikit kaku malah terkesan melihat Rain dengan kernyitan di dahinya. Rain melambaikan tangan tapi si anak malah menutup pintunya kencang sampai sampai Rain tergelonjak kaget.
"Buset, tuh anak ga ada sopan sopannya, gue rebus juga nih.." Ia kembali melangkah menuju rumahnya.
.
.
Terlihat awan mendung menyelimuti kota Bandung, sampai Rain menyewa taksi online untuk berangkat siaran untungnya saat selesai siaran langit sudah menghentikkan rintikkan airnya.
Jalanan menjadi basah terkesan menggenang di beberapa jalan. Hawa dingin kota yang dikelilingi pegunungan ini semakin bertambah karena hujan tadi, kota berjuluk danau purbakala ini mendukung para kekasih untuk mojok sambil jajan makanan yang menghangatkan badan.
"Dihh berasa makhluk paling sengsara gue, liat orang gandengan abis ujan gini!" dumelnya.
"Assalamualaikum !"
"Waalaikumsalam, neng!" jawab bi Kokom dan mang Nurdin.
"Neng...!" bi Kokom menangis, membuatnya mengernyit,
"Kenapa bi? mang?" tanya nya mulai aneh karena keduanya tak memberikan jawaban.
"Yang tabah ya neng,"
"Ada apa sih bi?" kembali Rain semakin dibuat penasaran.
"Beberapa kali pak Harsa menghubungi neng Rain tapi nomor neng susah dihubungi!" jawab mang Nurdin.
"Kenapa mang ada apa sama om Harsa?" tanya Rain.
"Ibu enin neng, ibu enin barusan menghembuskan nafas terakhirnya!" mata gadis itu membelalak.
"Hah??!!!"
ceklek pintu terbuka.
"Rain !!!!" Fika langsung menghambur memeluk Rain, dibelakangnya tante Gita terlihat sendu.
"Enin, Rain...enin...!!" tangisnya.
"Ga mungkin kan tante ? enin ga mungkin meninggal?" tanyaku dengan air mata yang sudah deras mengalir.
Tante Gita diam hanya mengangguk sesekali " om sedang mengurus kepulangan jenazah dari rumah sakit, sayang tabahkan hatimu!" tante Gita mendekat dan mengusap kepalanya lembut. Gadis itu meluruh ke lantai kakinya lemas tak kuat menopang berat badannya sendiri.
Kesendirian benar benar menghampiri, tak ada tempat mengadu, gelap.....
Aku dan sunyi adalah kesatuan, menunggu datang fajar memberikan kehangatan...
Rain ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Pasti Nino melihat sosok perampok mlm itu kan,Dan saat Rain ketabrak di kampus juga salah satu dari perampok itu..
2024-12-24
0
Qaisaa Nazarudin
Ya Salam No,Sadar dong kamu itu hantu, Mau di bawa ke mana hubungan kalian kalo Rain menerima keadaan kamu..
2024-12-24
0
lestari saja💕
nasib mu rain....seperti aku...yg sdh sendiri....cumaaa sekarang dah menikah jadi setidaknya aku punya keluarga kecilku.
2023-07-10
1