Happy reading all 😘
.
.
.
.
.
.
Mata Rain terbuka karena suara bising di pagi buta, ia melirik jam dari ponselnya.
"Seriusan jam 3 !!" gumamnya tak percaya.
"Ini orang apa sih ribut ribut jam segini, ga tau apa kalo tetangga masih pada tidur!" dumelnya, turun dari ranjang untuk melihat ke luar jendela.
Rain menyingkapkan tirai, dari arah seberang rumahnya, ia melihat dengan jelas seorang pria tengah mabuk sambil meracau tak jelas di depan pintu rumah Pian. Tangan kekarnya menggedor gedor pintu rumah, tapi kenapa tetangga tak ada yang bangun untuk menegurnya. Apa mereka semua takut atau memang telinga mereka tersumbat penutup botol hingga suara bising dan ribut tidak membuat mereka terganggu.
"Ihh bener bener tuh orang !!" Rain turun dari kamar menuju ruang tamu.
"Neng, mau kemana?" tanya bi Kokom yang juga sudah bangun.
"Bibi ga denger apa, tuh orang berisik! ganggu orang yang lagi istirahat !" jawab gadis itu kesal.
"Denger neng, tapi sebaiknya jangan disamperin."
"Emangnya kenapa bi, saking menakutkannya kah dia?" tanya gadis itu penasaran. Mang Nurdin mendekat.
"Bukan begitu neng, si Baron itu neng.. memang pembuat onar dulu nya disini ! sebenarnya dia sudah pindah bersama satu anaknya tapi tak tau kenapa hari ini dia balik lagi dan menyusul anak dan istrinya," jelas mang Nurdin.
Otakku masih mencerna ucapan mang Nurdin.
"Tunggu ! anak satunya ??" tanya Rain, ia merasa ia sudah menemukan setitik jalan di benang kusut milik Tian.
"Iya neng, anaknya kembar laki laki, yang satu diambil Baron yang satu diambil Tita istrinya," tunjuk bi Kokom ke rumah seberang yang sedang disatroni Baron. Pria setengah baya itu masih membuat rusuh disana.
"Apa mereka bernama Pian dan Tian??" tanya Rain hati hati.
Mata bi Kokom dan mang Nurdin membulat "neng, tau darimana?" belum Rain menjawab listrik di rumahnya tiba tiba padam.
"Astagfirullahaladzim !!" gumam mereka bertiga.
"Mang coba cek stop kontak listrik di samping rumah," pinta Rain.
"Bi, lilin dimana?" tanya Rain pada bi Kokom,
"Iya neng," jawab keduanya. "Lilin di laci dapur neng."
Tangannya meraba raba ke depan agar tak terantuk dinding atau lutut terantuk meja. Rain merayap sedikit demi sedikit dalam kegelapan.Tak berapa lama Rain memegang sesuatu yang basah, seperti kain basah
"No, tolongin gue dong," gumamnya memanggil Nino.
Namun tak ada tanda tanda dari Nino, ia meraba kembali seperti rambut namun basah, degupan jantung Rain semakin cepat. Ia menerka nerka apakah yang sedang ia pegang.
Rain baru menyadari jika ia membawa ponsel di saku piyamanya.
"Astaga, be*go banget sih gue !! kan barusan ponsel gue masukkin saku !!" Gadis itu mengetuk ngetuk jidatnya.Ia merogoh sakunya lalu menyalakan ponsel, mengarahkan ke depan bersamaan dengan sesosok anak kecil sedang berdiri di depannya dengan pakaian dan badan yang basah kuyup dan wajah pucat nan lebam lebamnya.
"Astagfirullah !!! aaaaa !!!" pekiknya tak sengaja menjatuhkan ponselnya dan berbalik, sampai kakinya menabrak meja dan hampir terjatuh.
Happ !!
Nino menangkap Rain,
"It's oke honey, gue disini lagian itu Tian !" ucap Nino.
Bi Kokom berjalan ke arah Rain membawa lilin, "ada apa neng?" tanyanya panik.
Aku hanya nyengir kuda," engga bi, tadi kayanya ada kecoa ngerayap ke kaki Rain," bohongnya.
"Taro disini deh, bi lilinnya !" tunjuknya di meja kecil yang ada di sampingku.
Mang Nurdin kembali " aneh neng, padahal tidak ada yang rusak ataupun koslet tapi listrik tiba tiba padam."
Rain melirik pada Nino yang ada di sebelahnya. Nino mengangguk mengiyakan jika ini bukan ulah PLN nelainkan ulah Tian.
"Ya udah deh, bi..mang. Rain masuk dulu ke kamar,"lirihnya.
"Iya neng,"
.
.
.
"Apa maksudnya ini Tian?" tanya Rain di kamar, duduk di tepian ranjang bertanya seperti sedang menginterogasi Tian.
Walaupun sering bertemu, tapi didatengin sama yang wujudnya mengerikan atau memilukan tetap saja terkejut.
"Bisa ga sih kalo dateng jangan pada ngagetin, jangan mentang mentang udah ga punya jantung terus bisa ngagetin seenaknya !" seru gadis itu mendumel.
"Bapak ka," jawabnya.
"Tian, wujudmu apa ga bisa kaya pertama kita ketemu aja, kaya gitu aku sedikit takut!" tambah Rain. Dan Tian hanya nyengir dan mengangguk.
"Oke, ka Rain bantu. Bapak kamu bikin istirahat kaka juga keganggu !" jawabnya beranjak.
"Rain," Nino menahan tangan Rain yang sudsh bersungut sungut.
"Jangan memakai emosi!" ucap Nino.
"Iya, bawel !" jawab Rain.
Rain turun membuka pintu rumahnya. Nino ada disampingnya bersama Tian. Rain berlari karena ternyata Baron sudah berhasil masuk dan menyeret Pian dan bu Tita. Mereka sedang diseret seret keluar rumah oleh tangan bertatto Baron.
"Neng !! neng Rain !!" pekik Mang Nurdin dan bi Kokom.
"Aduh pak, susul si neng!!" khawatir bi Kokom.
"Heh !!!" pekik Rain, setelah sebelumnya Rain memungut balok kayu di rumah samping bu Tita yang sedang dibangun, sejak beberapa bulan ke belakang rumah ini terbengkalai, hanya berbentuk rangka saja tidak diteruskan si pemiliknya. Tak tau kenapa, padahal bangunan rumah ini lumayan luas.
"Lepasin bu Tita dan Pian !!!" pekik Rain balok kayu ia siagakan di tangannya.
" Hahahahah, siapa loe ?? bocah bau kencur saja mau ikut ikutan masalah orang !!" ucap Baron, dari mulutnya bau alkohol yang menyeruak di indera penciuman.
"Gue bukan siapa siapa, gue cuman tetangga yang keganggu sama aksi loe yang teriak teriak ga jelas, ditambah gue ga suka liat loe kasar !!" jawab lantang Rain.
Baron melepaskan tangan bu Tita dan Pian kasar sehingga keduanya saling berpelukan di ambang pintu sambil menangis.
Baron mendekat dan berusaha menyentuh Rain, namun Rain melayangkan balok kayu ke depan dan mengenai pundak Baron.Ia tersentak dan meringis, rupanya aksi perlawanan Rain membuatnya semakin marah dan kesal. Baron mencoba meraih dan menangkap Rain namun belum menyentuh Baron sudah terpundur dan terpental ke belakang sampai terlempar.
"Mang, cepet hubungin pak Rt. Biar diurus.." pekik Rain.
Rupanya Nino lah yang melakukannya.
"Gila apaan tuh yang dorong gue !" ucap Baron, seraya memegang dadanya yang terasa sesak karena terlempar barusan. Dadanya serasa di hantam dan di dorong sesuatu.
Tak lama, pak Rt dan beberapa warga terlihat berdatangan ke area tkp.
"Baron !! hentikan !!" ucap pak Rt setempat.
"Cihhh, pasukan kampungan datang!!" decihnya.
"Sebaiknya kamu pergi dan tak usah kembali lagi, jangan berulah disini!!" kembali ucap Pak Rt.
Baron yang merasa sudah tak mungkin bisa menang lantas bangun dan pergi.
"Awas kamu !!! gadis kecil, loe bakal tau akibatnya !!"
Mata Rain menyipit melihat tatto dan jaket yang dipakai Baron, seketika kepalanya menjadi sakit
"Arghhh!!" pekik Rain sambil nemegang kepalanya, sontak saja Mang Nurdin, bi Kokom dan para warga mendekati Rain.
"Neng!!" pekik bi Kokom.
"Apa yang sudah Baron lakukan sama neng Rain, bu Kokom?" tanya pak Rt.
"Ah, tidak pak. Alhamdulillah tidak di apa apakan. Neng Rain memang sedang sakit saja," jelas bi Kokom.
"Ya sudah bu, sebaiknya kita bawa neng Rain masuk. Dikasih obat saja!" jawab mang Nurdin.
Beberapa orang ikut membantu sebagian menolong Rain dan sebagian melihat keadaan bu Tita dan Pian.
Jelas sekali gambaran jaket dan Tatto milik Baron sama dengan jaket dan tatto seseorang yang pernah datang ke rumah Rain.
.
.
"Ka, makasih ! berkat kaka, bapak tidak membawa Pian !" ucap Tian.
"Sama sama," jawab Rain. Setelah minum obat dan berbaring di ranjang, Rain merasa enakan.
"Tatto dan jaket Baron ko ga asing ya, kaya pernah liat gitu !" ucap Rain pada Nino.
"Kapan?" tanya Nino. Kini sedikit demi sedikit ingatannya mulai terurai dan terflashback dengan jelas.
"Kurang jelas !" jawab Rain.Nino menarik Rain ke dekapannya agar lebih leluasa mengusap rambut dan kepala Rain.
"Oke sedikit sedikit saja, jangan dipaksakan !" jawab Nino.
Tian yang melihat kemesraan Rain dan Nino menghilang pergi.
"No, makasih udah nolongin gue," ucap Rain dengan mata tertutup, ia meringkuk berbalut selimut di dekapan pacar hantunya.
"Sudah tugas gue jagain loe Rain, ga menutup kemungkinan hari ke depannya akan jauh lebih membahayakan buatmu, dan gue harus selalu ada di samping loe!" ucap Nino.
"Rain," lirih Nino.
"Hemm"
"Jawab gue, apa loe punya perasaan yang sama, sama gue ?" tanya Nino.
Rain baru menyadari selama ini mereka berpelukan, bahkan Rain seringkali dikecup Nino. Namun Rain belum pernah sekalipun mengucapkan kalimat yang membalas perasaan Nino. Rain membuka matanya dan mendongak, ia sendiri bingung, karena jujur ia belum pernah merasakan namanya jatuh cinta. Apakah rasa yang ia rasakan pada Nino adalah jatuh cinta? apakah jika iya, bisakah ia mencintai Nino.
Hari ini turun hujan, Rain menyukai hujan karena mengingatkan ia akan sebuah rindu. Rerumputan basah karena tetesan dari awan itu, tanah tanah sedikit becek dan licin. Jalanan pun menggenangkan air yang dari subuh tadi diguyur hujan.
Rain mengulurkan tangannya ke arah luar genting rumahnya, beberapa tetesan air membasahi telapak tangan. Senyuman terlukis di bibirnya.
Lama lama ia keluar dan menyatu bersama hujan.Sosok Nino mendekat dan menyentuh pundak Rain sampai gadis itu menoleh ke belakang.
"Kaya anak kecil aja !" ledek Nino.
"Bilang aja kepengen juga!" jawab Rain.
Sudah seperti anak kecil yang baru menemukan keseruan air hujan, Rain dan Nino asik merasai guyuran hujan. Kebetulan bi Kokom dan mang Nurdin sedang ke pasar dari pagi tadi.
"Rain," lirihnya. Deru nafas hangat Rain dan gemelutuk gigi menandakan bahwa Rain sudah kedinginan terdengar dan terasa jelas oleh Nino.
"Gue sayang sama loe !"
Entah pengakuan yang keberapa kalinya dari Nino, namun ia tak pernah berhenti menyatakan itu.
Rain mendongak " iya ! gue tau, No. Tapi gue ga tau No, apa ini bisa disebut sayang atau enggak, yang jelas gue selalu pengen ada di dekat loe. Gue ga mau loe pergi dari sisi gue, No" cicit Rain. Walaupun belum gamblang kini Nino tau perasaan Rain terhadapnya.
"Hatchim !!!"
"Loe udah kedinginan, meningan mandi biar gue siapin air angetnya !!" jawab Nino. Dan Rain mengangguk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Ney Maniez
😭😭😭😭😭😭
kasih tak sampai
2023-03-28
0
Qaisaa Nazarudin
Apa kabar dengan ortu nya Nino ya??apa Rain gak ketemu sama ortu nya Nino,,kan mereka tetangga??!🤔🤔🤔
2022-11-05
1
Siti Fatonah
agak receh yaa hantu siapin air anget segala...tp its oke sya slalu suka karyamu thooorrr...
2022-08-05
1