Happy reading all 😘
.
.
.
.
.
.
.
Srutttt....sruputttt....!!!
Rain menyedot jus alpukat sampai tetesan terakhir hingga terdengar suara seperti itu,Dita sampai meringis. Terang saja, jus sudah habis tapi bibir gadis itu masih saja asyik menyedot, sedangkan matanya menatap ke depan kosong. Pikiran Rain sepertinya sedang berkelana entah kemana.
"Kenapa ga sekalian loe cemilin tuh gelasnya!" sarkas Dita gemas melihat temannya satu itu.
"Eh, kenapa Ta?" tanya Rain baru saja tersadar.
"Loe aus, lapar atau kesambet jin tomang ? itu jus udah abis, kalo aus ga usah sampe segitunya!" jawab Dita menunjuk gelas kosong jus Rain. Gadis itu hanya nyengir.
"Lumayan Ta, kalo bisa nih gue jilatin sampe kinclong !" kata Rain sambil terkekeh.
" By the way, gue turut berduka atas meninggalnya enin loe ya!" seru Dita, waktu itu ia tak bisa hadir karena sedang ke Yogyakarta tempat orangtuanya berada.
"Ga apa apa Ta, lagian gue juga udah baik baik aja. Sudah waktunya enin untuk pergi. Paling tidak beliau sudah bersama anak mantunya di atas sana!" jawab lirih penuh kesedihan dari gadis dengan rambut curly yang ia jepit pada bagian pinggirnya dan satukan di tengah.
"Rain, ka Hafiz juga pengennya nyusulin kesini, tapi papah maksa kaka buat bantuin urus usahanya di Yogya kemaren."
"Oh, ka Hafiz masih disana dong ?" tanya Rain.
"Iya, tapi katanya ga akan lama, selain karena masih kuliah semester 6 ada seseorang yang mesti dia kejar !" ucap Dita sambil mesem mesem sendiri.
"Ohhh, ka Hafiz udah punya gebetan ya? ko ga dipacarin aja ?" tanya Rain polos.
"Masih nunggu saat yang tepat katanya," jawab Dita.
"Oke deh,Ta gue ga bisa lama lama. Gue masih harus kejar waktu siaran, gue cabut ya good luck buat ka Hafiz !!" seru Rain sambil beranjak dari bangku panjang kantin kampus mereka.
"Tapi Rain, loe ga pengen apa tau siapa cewek yang lagi di incer ka Hafiz ?" seru Dita.
"Kapan kapan aja loe cerita nya !! gue lagi buru buru !! see you say...!!" pekik Rain berlari.
"Hemmm, loe ga peka Rain, ceweknya tuh elo !!" gumam Dita. "Astaga gue punya temen, polos amat kaya kertas hvs," gerutunya.
.
.
"Pak ! tangkap !!" Rain melempar sebuah minuman kaleng pada pak Hidayat, satpam stasiun radio tempatnya bekerja.
"Eits, dapat!! makasih ya neng Rain !!" senyum pak Hidayat. Sambil menunggu bagiannya siaran, Rain mengobrol dengan pak Hidayat di bangku samping bangunan tua yang sudah di renovasi ini.
"Kreekk !!"
"Ceuss...!!"
Pak Hidayat membuka kaleng soda itu lalu meneguknya.
"Neng, kemarin 3 hari ijin ya ?" tanya pak Hidayat. Rain mengangguk "iya pak, nene meninggal !" jawabnya.
"Inalillahi wa innailaihi rojiun, bapak ikut berduka neng, yang tabah ya !" jawab pak Hidayat.
"Insyaallah pak," senyum getir berusaha tegar coba dipaksakan.
"Rain !! ternyata mojok disini !!" seru Lilah dan kang Iwan, Lilah duduk disebelah Rain sedangkan kang Iwan di depan mereka berjongkok, ia mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya.
"Asikk nih !! Bandung tirissss euyyy ( dinginn eyy)" gidik kang Iwan.
"Hooh, kang. Enaknya ngebaso !!" tambah Lilah.
Keduanya adalah rekan kerja Rain.
"Enaknya berduaan mojok sama istri !" kata kang Iwan.
"Kang Iwan sama pak Hidayat udah nikah. Lah gue sama Rain apa kabar, jomblo !!" sewot Lilah tak terima.
"Ahahahah cantik cantik jomblo kalah sama nene nene tetangga akang, udah nikah lagi !!" kelakar kang Iwan.
"Kang !! ngomong sama Rain !! cepet !!" paksa Lilah.
"Ngomong apa ?" tanya Rain.
Kang Iwan dan Lilah saling senggol.
"Elahhh, mau ngomong aja susah!" ucap Rain.
"Gue ga tau ini bener apa engga ya, soalnya gue ga punya indera keenam. Loe tau Dika? penyiar podcast mimpi buruk?" tanya kang Iwan.
"Tau!! sebelum ijin gue ada ngobrol sama dia, emang ada apa sama dia ?" tanya Rain.
"Loe tau kan dia indigo?" tanya nya lagi, Lilah dan pak Hidayat sudah terlihat serius menanggapinya. Rain mengangguk.
"Dia kemaren ada ngomong sama gue, katanya loe selalu diikutin arwah cowok tapi ganteng!!" gidik kang Iwan.
Seketika Rain diam, ia tau itu Nino dan Rain tak akan mengelak.
"Oh ya ? terus ada bilang apa lagi si Dika?" tanya Rain.
"Katanya dia ngintilin loe kemanapun sampai pulang ke rumah!! pas ngobrol bareng Dika aja, katanya tuh si arwah ada disamping loe, tapinya jagain loe ! loe ngerasa ga sih, Rain?" lanjut kang Iwan.
"Loe ga serem apa?" tanya Lilah," kalo gue sih udah merinding ya! apa sekarang dia juga ada deket loe ya?" tanya Lilah sambil bergidik.
"Oh yang awal awal bapak lihat itu kan, neng!! yang bapak liat di dalem mobil neng Rain!!" seru pak Hidayat mengingat ngingat.
"Bapak ada liat juga??" tanya Lilah berseru penasaran.
"Iya, cowok pake kemeja putih kaya mau lamar kerjaan, tapi nya emang ganteng. Cuma ya gitu pucet matanya merah kaya vampir !" gidik pak Hidayat. Rupanya bukan hanya Rain saja yang merasakan kehadiran Nino.
"Mungkin, tapi ya udahlah kalo jagain sih ga apa apa yang penting jangan ngintip gue pas lagi mandi aja sih !!" kelakar Rain.
"Cihhh, si be*go serem wehhh !!" desis Lilah.
"Hati hati Rain, akang harap dia memang mau jagain loe deh, atau mau gue panggilin ustadz biar ga di ikutin mulu?" tawar kang Iwan.
"Ga perlu kang, Insyaallah aman. Yu ahh masuk Sonia udah mau udahan tuh acaranya !" jawab Rain ingin mengakhiri pembicaraan tentang Nino.
Setelah selesai siaran Rain tak lupa pamit pada semuanya.Ia kembali masuk ke dalam mobil.
"Hay pacar!" tanpa permisi tanpa ijin Nino mengecup pipi Rain dari bangku belakang.
"No !!" serunya mendelik tak terima di kecup tanpa aba aba.
"Kenapa?? kurang??" kekehnya. Rain menatap tajam ke arah Nino lalu berdecih.
"Meningan nanti ga usah ikut ke dalem deh! beberapa rekan kerja bisa liat kamu, No !" jawabnya.
"Kenapa memangnya?" tanya hantu tampan itu.
"Aku risih aja sama tatapan mereka, oh iya aku mau tanya deh. Ko beberapa dari mereka bisa liat kamu dan yang lainnya engga?" tanya Rain.
"Energi kita sedang satu frekuensi, jika yang memiliki indigo memang diberi kelebihan, lebih sensitif saja indera nya. Bangsa sejenis kami pun terkadang memilih milih kepada siapa kami akan menampakkan diri, Rain !" jawab Nino.
.
.
.
Ckittttttt !!!!!
Suara kanvas rem yang menahan laju ban mobil berderit, karena rem dadakan.
"Astagfirullahaladzim !!" gumam Rain.
"Are you ok?" tanya Nino menyentuh Rain. Gadis itu mengangguk.
"Anak itu sudah menunggumu, temui dia !" ucap Nino menunjuk ke arah depan.
Sesosok anak yang wajahnya tak asing bagi Rain, muncul tiba tiba di depan mobil Rain, hanya saja wajahnya kini tak lagi sehangat biasanya. Tatapannya nanar.
"Tes...tes...tesss....!!" tetesan air mengucur dari pakaiannya yang basah kuyup termasuk badannya, luka lebam di sudut bibir, dan matanya juga luka luka di hampir seluruh tangannya. Seperti bekas cambukan, kulitnya pun terlihat pucat, lebih pucat dari Nino.
Rain menarik nafas dan menghembuskannya dengan perlahan, ia menepikan mobilnya lalu keluar dari mobil. Ini bukan pertama kalinya ia berhadapan dengan sosok hantu namun tetap saja ada rasa takut tersendiri.
"Hay Tian!"sapa Rain.
"Dingin...Sakit...!" ucapnya.
Rain menengok ke segala arah, takut takut nanti ia dikira gila oleh tetangga.
"Oke, ka Rain tau kalo Tian bukanlah manusia seperti ka Rain. Apa ada yang bisa ka Rain bantu sampai Tian mengikuti kaka?" tanya Rain.
"Ibu !!! Pian !!" jawabnya.
"Apa ada yang mau Tian sampaikan sama mamah dan ....." ucap Rain.
"Pian, ka...namanya Pian. Saudara kembar Tian," jawabnya sendu. Entah kenapa residual energi yang Rain rasakan bila dekat dengan Tian ini bawaannya sedih yang teramat. Seperti ada beban batin yang mendalam disana.
"Oke Pian, apakah Pian yang sedang duduk di kursi roda?" tanya Rain. Ia ingat betul ada anak yang mirip Tian di rumah itu. Sesaat kemudian wajah kuyu nan sendu itu berubah menjadi marah dan kesal.
"Bapak !!!" geramnya. Nino ikut menghampiri dan duduk disamping Rain.
"Ada apa sama bapak," ucapnya.
"Tolong Tian ka, disana Tian kesepian, dingin....!!!" jawab Tian dingin.
"Rain akan bantu loe Tian, tapi gue mohon loe sabar. Karena ini tidak akan mudah, gue juga ga mau sampe Rain kenapa napa !!" jawab Nino.
Aku belum terlalu paham dengan semua ini, kenapa jadi aku yang harus membantu urusan urusan mereka.Nino melihat Rain seakan bertanya jawaban atas pertanyaan Tian.
"Insyaallah, ka Rain bantu semampunya !" jawab gadis itu.
Arwah anak yang membawa bola diapit diantara lengan dan pinggang ini berdiri, berjalan tanpa alas dengan sebelah kaki yang diseret dan air yang mengucur dari pakaiannya. Bola mata Rain mengikuti hingga sosok itu hilang ditelan malam ke arah semak semak pagar rumah Pian.
Rain masuk ke dalam rumah, disambut mang Nurdin dan bi Kokom.
"Bi, mang. Rain ke atas ya ! cape banget !!" pamitnya.
"Iya neng ," keduanya mengangguk.
Rain menghempaskan badannya di atas ranjang, diikuti Nino disampingnya.
"Bantu Tian, maka satu persatu teka teki tentang kematian ku juga orangtuamu akan terungkap para pelaku yang masih berkeliaran akan menerima ganjaran yang setimpal !" ucap Nino.
Gadis itu melirik ke samping berbarengan dengan Nino yang juga sama.
"Apa hubungannya dengan Tian?" jawabnya.
"Kamu akan tau sendiri, dan mengantarkan fakta juga buktinya. Menghukum semua pelaku yang sudah keji membunuh keluargamu!" jawab Nino tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Ney Maniez
💪💪💪💪
2023-03-27
0
Qaisaa Nazarudin
Waahhh dia sering nampak Nino nempelin Raina nih..
2022-11-05
1
Ney Maniez
😲😲🤔🤔🤔
2022-07-12
0