Makhluk yang baru saja datang menjepit leher Shena menggunakan tangan kirinya. Langkahnya yang cepat membuat kaki Shena terseret meski wanita itu mencoba berdiri. Makhluk yang membawa Shena tertawa-tawa dengan liurnya yang terus menetes.
Suara tawanya terdengar mirip perpaduan suara manusia yang hidungnya tersumbat dan seekor babi yang sedang diberi makan.
Tangan kanan makhluk itu menggenggam sebuah tombak yang ujungnya memiliki tali. Itu adalah tombak yang telah membunuh Saida. Tubuh Firza menjadi kaku sesaat. Busur silang yang semula dipegangnya erat di depan wajah kini perlahan diturunkannya.
Wajah Shena yang tadi memucat karena demamnya kini memerah karena makhluk itu menjepit erat lehernya. Tangan Shena berusaha menarik-narik dan memukul siku makhluk itu dengan harapan cengkeraman di lehernya bisa terlepas atau mengendur. Tapi tentu saja usahanya itu sia-sia.
Sementara Chris yang berada di jepitan siku makhluk perempuan mulai berteriak-teriak aneh. Chris bernyanyi lagu kebangsaan negara mereka sambil meletakkan kepalan tangannya di dada.
Hilmi dan Adly yang melihat perubahan sikap sahabatnya itu terperangah sesaat. Chris seperti menggila karena kesurupan, gerakannya mulai tak terkendali.
Makhluk perempuan yang mencengkeram leher Chris mulai kewalahan karena tubuhnya jadi ikut bergerak ke sana kemari. Firza dan Hilmi yang berdiri paling depan saling pandang. Hilmi maju selangkah mendekati Chris tapi makhluk pendek dengan pisau di perut temannya semakin menusukkan pisau itu ke perut Chris.
Kaos yang dipakai Chris mulai sedikit robek dan sedikit darah segar keluar merembesi pakaian pemuda itu. Tapi seperti tidak merasakan sakit, Chris masih terus bernyanyi. Dan sekarang lagu kebangsaannya telah bertukar menjadi lagu silent night dengan nada riang.
Firza yang mulai ciut dan merasa bersalah melihat Shena yang sekarang berada di cengkeraman makhluk besar sudah benar-benar menurunkan busur silangnya. Pria itu menggenggam busur itu di tangan kirinya yang masih terbalut syal Shena.
"Oke. Baik. Kalian mengerti apa yang aku ucapkan? Lepaskan teman kami. Kami akan pergi dari sini dengan tenang. Kami tidak akan mengganggu tempat tinggal kalian. Kami tidak akan mengatakan kepada siapa pun tentang kalian. Kalian mengerti apa yang ku katakan?" tanya Firza mencoba berbicara dengan makhluk-makhluk itu dengan tenang meski dalam nada suaranya tersirat keputusasaan.
Makhluk pendek yang menusukkan pisaunya ke perut Chris meludah. Diikuti oleh tawa teman-temannya yang sedang merasa posisi mereka di atas angin.
Kemudian makhluk besar yang menjepit leher Shena melepaskan jepitan dan tangannya berpindah memeluk pinggang Shena. Kaki Shena berjinjit karena pelukan makhluk yang jauh lebih tinggi daripadanya.
Makhluk itu mengendus-endus kepala Shena dan menjilat rambut Shena. Gigi Firza merapat dan tangannya bergetar.
"Jangan sentuh dia. Kau dengar??!! Jangan sentuh dia!!" Firza mengangkat busurnya dan kembali mengarahkan pada makhluk besar itu.
Makhluk itu semakin terlihat senang karena berhasil memprovokasi Firza. Kemudian dia melanjutkan mencium kepala Shena dan mulai turun mengendus leher wanita itu.
Makhluk perempuan yang sedari tadi masih menjepit leher Chris seperti tidak senang melihat hal itu. Yang perempuan mendorong Chris ke arah makhluk pendek yang memegang pisau dan mendekati saudaranya yang masih mengendus-endus Shena.
Si makhluk perempuan sedikit berjongkok seperti mencari sesuatu di bawah meja jagal yang berada di dekat mereka. Ketika makhluk perempuan itu berdiri kembali, dia telah menggenggam sebuah pisau besar. Kemudian dia melangkah mendekati Shena yang merintih-rintih.
...--oOo--...
Tiga Tim Pencari dari total delapan tim yang masuk ke dalam hutan telah selesai menyisir bagian hutan dari sisi yang berlawanan dari Tim sebelumnya. Mereka bertemu pada satu titik koordinat, di daerah tepian sungai.
Hasil pencarian mereka nihil, tidak menemukan satu hal apa pun selama mereka menyusuri daerah itu. Ketiga Ketua Tim sepakat pencarian mereka untuk hari itu telah selesai. Mereka harus berhenti untuk beristirahat dan melanjutkan keesokan harinya.
Salah satu Ketua Tim mengabarkan kepada pos penjaga tentang hasil pencarian mereka hari itu, dan dia juga mengabarkan tentang koordinat lokasi mereka beristirahat. Tim yang di antaranya terdiri dari polisi dan tenaga kesehatan akhirnya memutuskan melewatkan malam mereka di dekat tepian sungai.
Yang mana, daerah tepian sungai itu sebenarnya hanya berjarak satu jam berjalan kaki dari cekungan tempat pasangan Chen dan Mei bersembunyi.
...--oOo--...
Shena terus merintih-rintih dan setengah menangis menghindari mulut makhluk beraroma busuk yang terus mendekati lehernya.
Tangan Shena memukul-mukul lengan hitam berbulu tebal yang memeluk pinggangnya. Makhluk perempuan dengan wajah marah menuju ke arahnya dengan pisau di tangan sambil berteriak-teriak seperti mengumpat dalam bahasa kumur-kumur mereka.
Seperti tidak peduli dengan busur silang yang terus diarahkan kepada mereka, makhluk perempuan itu secepat kilat menjambak rambut Shena. Makhluk laki-laki yang mencengkeram Shena terkejut dan mundur selangkah.
Di antara kegaduhan itu, Firza berbisik kepada Hilmi dan Adly. "Guys... you keep watching on Chris. We take the chance even for just a second. (Guys, tetap amati Chris. Kita ambil kesempatan meski cuma sedetik)"
Firza semakin menguatkan genggaman busur silangnya sambil terus berharap makhluk-makhluk itu lengah meski hanya sedetik.
"We believe in your actions. (Kami percaya apa yang kau lakukan)" Hilmi berbisik dan Adly yang berdiri di belakang mereka mengangguk tanda mengerti meski anggukannya itu tidak bisa dilihat oleh kedua rekan yang berada di depannya.
Chris sudah berhenti bernyanyi dan sekarang dia berdiri dengan santainya sambil menggigit kuku. Perhatian penuhnya tertuju pada kuku-kukunya, sedikit pun mata Chris tidak melihat keadaan dalam ruangan remang-remang yang sangat menegangkan saat itu.
Shena menjerit ketika rambutnya ditarik oleh makhluk perempuan yang terlihat sangat marah padanya.
Sambil berbicara pada makhluk besar yang memegang pinggang Shena, makhluk perempuan itu mengarahkan pisau ke rambut Shena seperti akan memotongnya. Makhluk besar yang marah menarik Shena menjauh dari makhluk perempuan itu.
Tangan kanan makhluk besar yang masih menggenggam tombak mendorong makhluk perempuan hingga genggamannya pada rambut Shena terlepas. Tapi pandangan makhluk besar belum lepas dari Firza yang masih mengarahkan busur silang ke wajahnya. Matanya tertuju bergantian pada Firza dan lawan jenisnya yang sedang cemburu dan membawa pisau.
Nafas Firza semakin cepat dan tak beraturan menyaksikan pemandangan di hadapannya. Jika terjadi sesuatu yang buruk pada Shena, dia pasti tak akan bisa memaafkan dirinya seumur hidup.
Bagaimana dia bisa kembali menjalani hidup normal jika melihat seorang wanita yang seharusnya bisa dilindunginya tapi malah dibantai di depannya. Firza membuang pikiran itu jauh-jauh, keringat mulai menetes di cambang yang sangat disukai Shena itu.
Makhluk perempuan yang ternyata cemburu pada makhluk besar yang terlihat sangat agresif pada Shena tidak terima karena didorong menjauh oleh saudaranya.
Secepat kilat makhluk perempuan itu kembali menerjang si makhluk besar dan tangan kanannya yang masih menggenggam pisau menikam punggung kiri saudaranya.
Si makhluk besar kesakitan dan pegangannya pada pinggang Shena terlepas. Shena berusaha merangkak menjauh dari mereka, tapi si makhluk besar seperti belum cukup sakit tertikam, dirinya hendak menggapai kaki Shena lagi.
Dalam usahanya menunduk untuk menarik Shena, tiba-tiba sebuah anak panah yang berasal dari Firza melesat dan tertancap di dada kanan makhluk itu. Lolongan kesakitan dan amarah keluar dari mulut makhluk yang penuh ludah berwarna kekuningan.
Makhluk pendek yang memegang Hilmi terpecah konsentrasinya melihat kedua orang keluarganya yang berseteru karena seorang manusia perempuan.
Chris yang sedari tadi tenang kembali meronta dan menjerit-jerit. Tubuh Chris kembali bergoyang ke kiri dan ke kanan seperti menari dalam gerakan random.
Karena gerakan Chris yang semakin liar, akhirnya pemuda itu terlepas dari cengkeraman makhluk pendek. Meski dengan luka di perut yang masih terus meneteskan darah, Chris terlepas berlarian di ruangan dapur raksasa sambil bernyanyi "We Wish You a Merry Christmas" sambil sesekali bertepuk tangan.
Makhluk pendek yang menjepit leher Chris tadi akan mengejar. Tapi kemudian Adly dengan dahan panjangnya spontan melibas tangan makhluk pendek itu.
Adly yang sekarang menjadi pemain anggar dengan dahan pohon berhasil memukul mundur makhluk pendek dua langkah dari posisinya. Sahabat mereka Chris menuju ke tungku perapian dan mengambil sebuah dahan kayu dengan nyala api yang berkobar dan berlari keluar rumah masih dengan menyanyikan lagu natal.
Setelah Adly yang sekarang persis seperti atlet anggar, kini Chris yang berlari dengan kayu tungku dengan api yang menyala mirip atlet pembawa obor Olimpiade.
Adly yang terus memukul makhluk pendek dengan tujuan menjatuhkan pisau yang berada di tangan makhluk itu berkata dengan nafas terengah-engah, "Saya tidak tahu kalau Chris boleh gila macam tu."
Hilmi yang mendengar hanya menjawab, "Tak ape lah. Yang paling penting dia masih hidup."
Ketika akhirnya pisau yang dipegang makhluk pendek itu terlepas dari genggamannya karena sabetan dahan dari Adly yang sudah belasan kali, Hilmi langsung menerjang makhluk itu.
Pemuda itu mengarahkan parang tipis yang dipegangnya ke arah si makhluk pendek, tetapi makhluk pendek berhasil menangkap parang Hilmi dan mencoba merebutnya kembali.
Hilmi dan makhluk pendek itu bergumul dalam dapur hingga terlalu dekat dengan tungku api. Adly takut mendekati mereka karena khawatir dirinya malah melukai Hilmi dalam pergumulan yang sangat cepat dan brutal itu.
Makhluk besar yang dada kanannya tertancap anak panah yang dilepaskan Firza menggeram kesakitan tetapi masih terus merangsek mendekati Shena yang masih berusaha merangkak.
Makhluk perempuan yang sepertinya tenggelam dalam rasa cemburu mencabut pisau yang sedari tadi masih tertancap di punggung makhluk pujaannya itu.
Setelah mengambil pisaunya kembali, makhluk perempuan menendang si Makhluk Besar yang akan meraih kaki Shena, hingga jatuh terlentang dan meraung.
Makhluk perempuan kemudian menghampirinya dan mengangkat kaki persis di atas luka tempat anak panah. Si makhluk besar menatap ngeri wajah makhluk perempuan dari posisinya yang masih telentang.
Dan ketika anak panah yang masuk hanya setengah melukai dada makhluk besar itu, rekan perempuannya malah menginjak anak panah di dadanya sampai terhujam lebih dalam lagi.
Makhluk Besar meraung dan melolong-lolong kesakitan. Benar kata pepatah yang pernah mengatakan bahwa tak ada yang lebih mengerikan dari pembalasan seorang wanita yang sakit hati. Dan makhluk besar itu sedang menikmatinya sekarang.
Sedetik Firza terdiam antara ngeri dan takjub.
Shena masih berusaha merangkak menjauh secara perlahan dengan tangan yang gemetar. Firza sibuk memasukkan satu anak panah yang tersisa di sebelah busur silang di genggaman tangan kirinya.
Model busur silang yang sangat tradisional menyulitkan pria itu mengokang senjatanya agar siap ditembakkan kembali.
Sedetik sebelum dia berhasil menempatkan posisi anak panah pada busur silang agar siap menembak, makhluk perempuan sudah terlebih dahulu menghampiri Shena dan menarik rambutnya.
Shena kembali menjerit dan menangis, kemudian sedetik berikutnya sebuah anak panah melesat ke arah wajah makhluk perempuan. Firza berhasil membidik matanya dan tangan yang memegang rambut Shena terlepas.
Firza mencampakkan busurnya yang sudah kehabisan anak panah dan menuju Shena. Pria itu mengangkat Shena dengan menyelipkan tangan kanannya di bawah ketiak wanita itu.
Sambil berusaha membantu Shena berdiri Firza menendang tubuh makhluk perempuan yang sedang meraung sambil memegangi matanya. Makhluk perempuan terjungkal dan menghantam meja jagal.
Dan saat Firza berjongkok di samping Shena, wanita itu sempat melirik ke arah kaki Firza dan menyadari jika pria itu masih memakai sepatu loafer coklatnya dengan rapi.
Sebuah hal luar biasa yang melintas di pikiran Shena mengingat Firza yang sudah berulang kali bergumul melawan makhluk-makhluk buas di hutan.
Firza berhasil mengangkat tubuh Shena menjauh beberapa langkah dari kedua makhluk gila yang sedang terluka karena anak panah buatan mereka sendiri.
Tapi baru beberapa meter Firza dan Shena berdiri, makhluk besar yang ternyata dendam kepada Firza melihat rekan perempuannya dilukai dengan sigap bangkit berdiri dan mencengkeram kerah kemeja bagian belakang sang dokter bedah.
Dalam usaha Firza yang mencoba menahan cengkeraman itu sambil memegangi tubuh Shena ternyata bukanlah hal yang mudah. Tubuh Firza nyaris terseret ke atas. Dengan segenap tenaga menahan tubuh Shena, ia akhirnya berteriak memanggil Adly.
Pemuda yang berusaha masuk ke dalam pergumulan antara Hilmi dan si makhluk pendek spontan melihat ke arah Firza dan tanpa perlu diteriakkan namanya lagi, Adly meraih Shena dari tangan Firza yang sekarang sudah terlempar ke belakang menabrak meja jagal.
Firza mengerang kesakitan sambil menutup matanya sepersekian detik. Suara tangis Shena pecah, dia menutup mulutnya seperti orang kebingungan. Sesaat badannya menegang dalam rangkulan Adly seperti hendak berbalik mendatangi Firza. Adly terus menyeretnya ke sudut ruangan.
...--oOo--...
Shena berada di sudut ruangan menyaksikan Hilmi yang sekarang sedang bergumul dengan tangan kosong bersama makhluk pendek. Makhluk perempuan sedang meraba-raba baskom yang tersusun di dekat tungku pembakaran sambil memegangi matanya dengan sebelah tangan.
Makhluk laki-laki besar dengan anak panah di dada kanannya terlihat tidak memberi waktu bagi Firza untuk menarik nafas. Dia menunduk untuk menarik sebelah kaki Firza untuk menjauhi meja, kemudian menarik kerah kemejanya hingga pria itu terangkat ke atas.
Tangan kanan makhluk itu sudah terkepal hendak melayangkan tinju ke arah Firza, tapi sang dokter bedah sempat mengangkat kakinya dan menendang bagian intim makhluk itu. Shena berteriak histeris ketika tinju makhluk itu hampir mengenai Firza.
Firza berteriak kepada Adly. "Get Shena out of here... Just go!! (Bawa Shena keluar dari sini... Pergi!!" raung Firza.
Makhluk itu mengerang mundur beberapa langkah dan melepaskan cengkeramannya pada kerah Firza.
Adly seperti terpaku menatap teman-temannya yang sedang bergumul antara hidup dan mati. Jeritan Firza yang menyuruhnya untuk membawa Shena segera keluar dari sana seperti lewat begitu saja di telinganya.
Adly hanya berdiri terpaku sambil memegang bahu Shena. Dan sekarang entah karena dirinya yang sedari tadi terus bergerak, atau entah karena cuaca hari itu yang memang membuat gerah, Adly merasa dirinya kepanasan.
Shena berdiri di sebelahnya sambil terus menatap Firza yang masih bergulat dengan makhluk besar dengan ikatan rambut rumit.
Kemudian pandangan Shena berpindah pada Hilmi yang sedang duduk di atas si Makhluk Pendek. Bisa dibilang jika kekuatan Hilmi dan makhluk pendek itu seimbang. Tinggi badan mereka hampir sama, hanya saja tubuh si Makhluk lebih kekar berisi dengan urat yang bertonjolan dimana-mana.
Shena melihat Hilmi sedang mencekik makhluk yang tertindih di bawahnya, tetapi tangan makhluk itu juga terus menekan leher Hilmi hingga wajah pemuda itu memerah. Sadar akan posisi Hilmi yang berbahaya dan bisa kehilangan kesempatan menghabisi makhluk itu, Shena terhuyung-huyung maju dua langkah untuk menendang sebuah parang tipis yang tergeletak tak jauh dari tempat mereka bergumul.
Ketika Hilmi melihat parang tipis yang ditendang Shena mendekat padanya, pemuda itu langsung melepaskan tangan kanannya untuk memungut parang besar itu. Tak sampai satu detik, Hilmi telah menghujamkan parang itu ke leher makhluk pendek.
Tak hanya sekali, Shena melihat Hilmi melakukannya berkali-kali hingga wajah pemuda itu sudah seperti bermandikan darah. Sekejab kemudian makhluk pendek itu tak berkutik. Hilmi memegang parang tipis itu sambil terengah-engah di atas tubuh makhluk pendek yang sudah tak bernyawa.
Hilmi melihat cahaya terang yang berasal dari luar rumah kayu. Sekilas sebelum bangkit dari atas makhluk itu dia juga melihat Firza yang baru saja terlempar ke sudut dapur tak jauh dari Shena dan Adly berdiri.
Hilmi terseok-seok menghampiri Shena dan menarik lengannya. Sedikit membentak kepada Adly, Hilmi mengatakan, "You didn't hear what he said? Take Shena get out of here (Kau tak dengar apa yang dikatakannya? Bawa Shena keluar dari sini)"
"Firza teruk sangat." Adly mencemaskan Firza yang tampak seperti kehabisan tenaga meski pria itu sesekali masih bisa mengelak dan menendang makhluk besar yang ingin menjangkaunya.
"And we don't have time to think about it. Firza is more than understood what he was saying. (Dan kita tidak punya waktu untuk memikirkan hal itu. Firza lebih mengerti apa yang dikatakannya)" teriak Hilmi dengan menggertakkan giginya saat berbicara kepada Adly.
Selagi mereka berdebat, tiba-tiba sebuah kayu atap yang terbakar jatuh ke tengah dapur. Semua orang yang berada di sana terkejut tetapi sempat menghindar.
Hilmi berusaha menyeret Shena yang sepertinya enggan meninggalkan Firza. Kayu atap yang terbakar masih menyala di tengah dapur. Kini semua yang berada di sana menyadari kalau hawa panas yang mereka rasakan sedari tadi berasal dari sekeliling rumah kayu yang mulai terbakar.
Api mulai menjilat tiap sudut atap rumah dan mulai merembet ke dinding. Terdengar suara Chris yang bersorak-sorai dari luar seperti kegirangan karena berhasil menyalakan api unggun di perkemahan.
Dalam suasana yang benar-benar kacau di bawah atap yang sudah terjilat api, Hilmi menyeret Shena dan terus mengatakan kepada Adly untuk mengikutinya.
Dalam waktu yang bersamaan, pandangan mata Shena tertuju pada Firza yang sedang menahan tombak bertali dengan kedua tangannya.
Sedangkan pandangan mata Adly tertuju pada makhluk perempuan yang sedang mendatangi Firza dari sisi kanan dengan sebuah pisau di tangannya. Tampak dua makhluk itu sangat ingin menghabisi Firza secepatnya.
Refleks Adly berbalik dan dengan menggunakan dahan kayu panjang yang masih digenggamnya, Adly menarik besi pegangan panci yang berisi air mendidih di atas tungku.
Sekali tarik, panci itu menumpahkan air panas dan seluruh isinya yang berupa jeroan mengenai makhluk perempuan itu. Makhluk itu seketika menjerit dan menggelepar. Jarak antara Adly dan Firza terhalang sebuah kayu besar dengan api yang menyala.
Lagi-lagi Firza mengeluarkan kata-kata, "Please... just go. Take out her from here. (Kumohon... pergilah. Bawa dia dari sini)"
Firza memohon kepada mereka untuk segera pergi membawa Shena.
Adly segera membuka pembatas kulit yang mulai terbakar dengan menggunakan dahan kayu yang masih di pegangnya.
Hilmi memegang kepala Shena agar wanita itu menunduk dan tidak mengenai pembatas ruangan yang terbakar. Seluruh ruangan semakin panas dan mengeluarkan asap.
Shena berbalik melihat Firza yang masih di posisi sangat tidak menguntungkan. Jantungnya serasa tak di tempatnya lagi, pria yang selalu menemaninya itu bermandi keringat dan darah yang keluar dari pelipisnya.
Dan hal yang sangat ditakutkan wanita itu akhirnya terjadi, Shena menjerit histeris saat tombak yang dipegang makhluk besar itu menghujam ke dada kiri Firza.
"Fir....Firza....Firzaaaaaa...." Shena meraung-raung dan Hilmi terus menyeretnya keluar dari rumah itu.
Bahkan Adly ikut membantu Hilmi menariknya untuk segera melangkahkan kakinya keluar dari pintu kayu yang bingkainya sudah dijalari api.
Api terus merembet dan menari-nari ke tiap sudut rumah. Chris berhasil membakar tiap sudut rumah jagal.
Pandangan terakhir yang dilihat Shena adalah saat Firza memegang ujung tombak yang menghujam dadanya sambil mengerang.
Shena merasa separuh nyawanya tertinggal di dalam rumah itu. Matanya terasa perih karena asap dan penuh oleh air mata. Dadanya terasa begitu sesak.
Firza tertusuk tombak dan berada di rumah kayu yang terbakar.
...***...
...To Be Continued...
...Jangan lupa tombol likenya ditebas ya......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
PHSNR👾
mau bakar kode2 dulu kek 😅😂
2025-02-19
0
bibuk duo nan
😭😭😭😭😭😭😭😭
2024-12-29
0
bibuk duo nan
ya ampun Firza 😭😭😭😭
2024-12-29
0