6. Malam Panjang

Shena merasakan bahunya diguncang pelan. Ia menoleh sambil menyipitkan mata. Seraya menyesuaikan pandangan ia melihat wajah Firza yang mengernyit cemas. Ia sempat melirik tangan Firza yang masih bertengger di bahunya.

Aku baru tidur sebentar tapi lumayan lama. Wajah laki-laki ini masih segar banget. Apa dia nggak tidur? Dan aku … aku tidur pulas. Bibirku? Apa aku ngiler? Syukur tangannya udah lepas dari bahuku.

Sedikit canggung Shena menegakkan sandaran kursi dan berpura-pura mengecek sabuk pengaman yang baik-baik saja. Ia meraba-raba sudut bibir. Ia tahu kalau Firza pasti sedang sedikit bingung menunggunya.

"Ada apa?" Shena akhirnya bersuara. Ia masih melihat raut kekhawatiran di wajah Firza.

"Pesawatnya berguncang. Beberapa kali. Lumayan keras. Kamu nggak berasa?” Firza memerhatikan wajah Shena beberapa detik lalu wanita itu menggeleng. Firza kembali melanjutkan, “Ini nggak seperti biasa. Pramugari sejak tadi juga bisik-bisik. Wajah mereka memang santai. Mereka sudah dilatih untuk itu. Jadi … aku rasa aku harus membangunkan kamu. Maaf kalau kamu terganggu.” Firza kemudian mundur dan kembali menyandarkan punggungnya di kursi.

Shena melihat selimut Firza masih terlipat rapi. Artinya Firza memang tidak tidur sejak tadi. Shena lalu mencondongkan tubuh untuk melihat Sofia. Wanita itu masih tidur nyenyak.

“Bu Sofia masih tidur,” ucap Shena, kemudian memandang Firza.

“Ibu di sebelah kita ini baru tertidur. Mungkin sekarang masuk ke deep sleep makanya nggak kebangun.”

“Bukannya udah dari tadi tidur?” Shena membulatkan mata. Ia lalu kembali menghempaskan punggungnya saat Firza menggeleng. “Tidurku juga nyenyak. Sampai harus kamu bangunin.”

“Enggak ada yang salah dengan tidur nyenyak. Ini memang waktunya jam tidur.” Firza bicara sambil melihat sekeliling.

“Memangnya kamu enggak ngantuk?” Shena memandang Firza yang masih melihat ke tempat lain. “ Jangan-jangan kamu belum ngantuk tapi lagi cari teman makanya bangunin aku.” Shena mencibir.

"Aku udah biasa,” ucap Firza. Kali ini ia sedang menoleh ke belakang. Belum ada lagi yang aneh selain pramugari yang tadi masih berkeliling sekarang sudah kembali ke belakang.

“Emang kamu kerjanya apa? Satpam?” Pertanyaan Shena sangat serius.

Firza menatap Shena dengan pandangan geli. "Iya. Satpam," jawabnya.

Firza merasa tidak perlu menjelaskan kepada Shena kalau pekerjaannya adalah dokter spesialis bedah yang terbiasa kerja tanpa kenal waktu. Operasi-operasi besar yang biasa berlangsung berjam-jam dan sering dimulai tengah malam hingga subuh.

“Aku nggak bermaksud ganggu tidur kamu, tapi ….” Firza lagi-lagi menoleh ke belakang. “Perasaanku nggak enak. Dan coba kamu lihat ke sekeliling kita. Semua orang asing. Bisa dibilang cuma kamu yang aku kenal di pesawat ini. Guncangan tadi terlalu sering dan aku pikir sebaiknya kamu nggak tidur.” Suara Firza lirih seperti bisikan.

Shena tekun menyimak omongan Firza dan mengangguk pelan tanda dia juga menyetujuinya.

Kayaknya ni cowo emang perlu teman ngomong aja kali ya. Sebenarnya pesawat udah biasa goyang, kan. Tapi … bisa aja dia emang paham situasi. Tapi juga … aku baru kenal. Tetap harus waspada. Bisa jadi juga kalau Firza ini punya trauma tertentu. Atau bisa jadi juga dia phobia ketinggian, atau phobia naik pesawat? Aku harus bisa menenangkan dia. Kasihan juga. Badannya besar, tinggi, tegap, tapi dia tetap manusia yang punya rasa takut. Mana parfum ni cowo juga bikin kehilangan konsentrasi. Aromanya hangat menembus jiwa.

Shena membereskan perlengkapan tidur dan memasukkan headset juga syalnya ke tas. Ia lalu menghabiskan sisa air mineralnya di botol. Firza juga kemudian terlihat lebih santai. Yaitu merapikan Kerah kemeja nya dan bersandar.

Dan untuk menghilangkan rasa gugupnya Shena kembali bercerita. Kali ini soal Afrika Selatan yang sering diceritakan ayahnya. Saat bercerita Firza mendengarkannya dengan tekun.  Tak sekalipun pria itu memotong ucapannya. Tapi pembicaraan sana menggunakan sedikit kekecewaan. Ia merasa Firza benar-benar mahal. Shena baru sadar kalau sejak tadi hanya ia yang berbicara. Firza tidak ikut menimpali.

Harusnya aku memang nggak perlu beramah-tamah dengan laki-laki ini. Kami cuma kenal di perjalanan. Bisa aja dia memang orang nggak bener. Tadi bangunin aku tidur. Sekarang diajak ngomong sok dingin banget.

Dalam remang cahaya kabin Shena melihat Firza mengetuk-ngetuk buku yang dibacanya tadi dengan telunjuk. Terlihat nyata kalau Firza memang tidak tenang. Rambut yang tadi tersisir rapi dan terlihat basah, kini sudah turun ke dahinya. Shena menghela napas diam-diam. Shena menyesal memandang Firza karena pria itu terlihat semakin tampan sekarang.

Ganteng. Dia memang ganteng. Satpam di mana, sih?

Shena masih memandang Firza yang kini sedikit menunduk. Tatapan Shema masih berlama-lama di cambang Firza ketika pesawat itu seperti sedang melewati lubang yang dalam. Terasa melonjak kemudian turun tiba-tiba.

“Aduh!” pekik Shena. Tak hanya mencengkeram lengan Firza, Shena membenamkan wajahnya di lengan pria itu. Mulutnya merapal doa yang ia hafal. Mulutnya komat-kamit dan matanya terpejam. Hidungnya dipenuhi aroma banget parfum pria dan lengan padat berisi itu membuat ketakutannya berangsur hilang. Seakan lengan berisi itu baru mengatakan bakal melindunginya. Pelan-pelan ia bangkit. Saat kepalanya tegak ia langsung menatap sepasang mata. Firza sedang menatapnya.

“Aku takut. J-jadi … pegang sebentar,” ucap Shena terbata.

“Itu bukan pegang,” sahut Firza.

“Peluk lengan,” ucap Shena, meringis.

“Memeluk,” ulang Firza.

Shena mengangguk sambil membasahi bibir lalu menjauhkan diri dari Firza. Merasa kalau wajahnya saat itu pasti merah. Di tambah lagi ia melihat noda lipstik di kemeja Firza. Matanya mendelik.

"Sekarang udah nyampe di mana?" tanya Shena, melirik noda lipstik yang ditinggalkannya.

Kalau enggak dikasih tau sekarang, Firza bisa malu kalau noda lipstik itu sampai dilihat orang. Atau bisa aja noda lipstik itu menimbulkan salah paham kalau dia ketemu istri atau pacarnya di tujuan nanti.

"Kalau perkiraanku nggak salah harusnya kita udah masuk ke wilayah Afrika. Biasa di layar ini kan keliatan kita udah nyampe mana. Tapi mungkin sambungan tv ke penumpang lagi error. Tv-nya juga belum bisa dinyalain sejak guncangan pesawat pertama terjadi.” Firza memalingkan wajah untuk menatap Shena.

"Ummm, Fir. Maaf yang tadi. Aku takut jadi….”

“Nggak apa-apa,” jawab Firza. Ia tersenyum sambil masih mengamati awak kabin ke sana kemari.

"Umm … Itu kemeja kamu lengannya kena lipstik ak--ku….” Shena mengatupkan bibirnya dan menatap Firza. Ia menunggu Firza mengecek lengan bajunya. Yang sesaat kemudian memang benar, Firza memutar sedikit lengan kirinya untuk melihat maksud Shena.

Firza menatap noda lipstik di lengannya. Bukan berbentuk bibir melainkan seperti noda lipstik yang dibersihkan dengan kapas. Ia lalu memandang Shena.

"Oh … ini? Nggak apa-apa. Pacarku bukan di Cape Town. Dia di daerah lain. Jadi, sampai di sana nanti aku nggak langsung ketemu dia. Jadi aku sempat mandi dan ganti baju. Nggak perlu khawatir,” ujar Firza seraya terkekeh.

Pacar ….

Tiba-tiba saja kekecewaan yang tidak dimengerti oleh Shena menyusup ke hatinya. Kenapa harus kecewa? Firza bukan siapa siapanya. Shena kemudian membalas senyuman pria itu.

"Oh, syukurlah. Tadi aku nggak enak. Sekarang udah lega karena orangnya udah tau.” Shena masih tersenyum dan Firza masih menatapnya. Senyuman itu tidak dipaksakan. Hanya senyuman itu tiba-tiba menjadi canggung. Tak mau berlama-lama saling menatap, Shena merogoh ponselnya dari tas. “Mumpung lagi tenang, aku baca-baca chat yang belum sempat aku balas tadi.” Shena lalu berpura-pura sibuk dengan ponselnya.

Meski yang baru dikatakan Shena hanya sebuah alasan, tapi hal itu membuatnya tanpa sengaja membuka aplikasi pesan dan kembali melihat ratusan pesan dari Ramon.

Shena nyaris mendengus keras. Ramon memang mencoba menghubunginya, tapi laki-laki itu tidak benar-benar mencarinya. Saat ia masih berada di Jakarta kemarin, kenapa Ramon tidak mendatanginya? Kenapa laki-laki itu cuma minta maaf berkali-kali melalui pesan? Shena menggeleng. Pria itu memang tidak benar-benar mengusahakan kebaikan untuknya. Kesedihan kali ini benar-benar beralasan.

Percakapan singkat soal pacar bersama Firza barusan kembali membangkitkan kerinduannya pada Ramon.

Firza yang berada jauh di ketinggian puluhan ribu kaki masih mengingat untuk menjaga perasaan wanita yang dicintainya. Sementara Ramon, hampir tidak ada usaha apa-apa untuk memperjuangkannya.

Shena membuka pesan dari Ramon yang sejak dari Jakarta diabaikannya, dirinya mencari kata-kata yang paling manis. Misalnya, “Aku udah bilang ke mama kalau aku akan tetap menikah dengan kamu."

Tapi meski Shena  menggulir pesan itu sampai jarinya pegal, ia cuma melihat pesan Ramon berisi, "Kamu di mana? Aku minta maaf. Kamu jangan telat makan. Kalau kamu butuh bantuan hubungi aku. Aku banyak salah sama kamu." Hal-hal yang dikatakannya hampir serupa dan mirip-mirip. Tapi tetap tidak ada menceritakan usaha yang dibuatnya.

Sekarang aku cuma punya Ibu dan Kak Shinta. Nggak ada siapa-siapa lagi. Ramon yang kuanggap seperti kekasih dan sahabat sekaligus, sekarang nggak ada lagi.

Kenapa harus ingat Ramon lagi? Kenapa aku jadi sedih? Apa aku nggak cukup berharga buat Ramon? Kenapa dia nggak bisa menolak perjodohannya?

Matanya terasa panas dan penuh. Pelan-pelan Shena menghapus air matanya sebelum turun. Tak mau kalah Firza melihat dan bertanya. Pria itu pasti akan mengira kalau ia menangis karena guncangan pesawat tadi.

Ketika Shena diam-diam menghapus air mata, ia melihat Firza dari sudut matanya. Pria itu merebahkan kepala dengan mata memejam.

“Syukurlah,” batin Shena.

******

Firza mencoba mencari kesibukan. Ia tidak mau membuat Shena malu karena memergokinya menangis. Gadis itu sudah bersusah payah menyembunyikan tangisnya. Sejak tadi Firza sadar kalau tujuan Shena ke Afrika sendirian bukan hanya sekedar jalan-jalan.

Firza menebak kalau sana sedang mencoba lari dari sesuatu. Walau terlihat ceria, Firza tahu kalau Shena menyimpan banyak hal. Gadis itu tidak menceritakan semuanya dengan gamblang. Ada bagian-bagian yang sengaja tidak disebut. Firza memberi Shena ruang privasi. Hak semua orang untuk bersedih dan diam menikmati kesedihan itu sampai mereka sendiri yang membuka diri.

Firza memejamkan matanya dan pura-pura tidur. Ia sangat berharap kalau itu adalah air mata terakhir Shena untuk kesedihan yang sama. 

To Be Continued

Terpopuler

Comments

Bakul Lingerie

Bakul Lingerie

apa karena udah lama banget sampe memori pertemuan Shena - sama Firza terasa agak samar. Kayaknya dlu pas baca, setelah Firza bangunin Shena, mereka ga ngobrol se aktif ini. apa cuma perasaanku aja ya😅

2025-01-31

1

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

😁

2024-11-01

0

🥑⃟вуυηgαяι

🥑⃟вуυηgαяι

aaaa mo atu cwok kek Firza😩😩😩

2024-07-26

0

lihat semua
Episodes
1 1. Secangkir Kopi Stres
2 2. Pengangguran Officially
3 3. Berangkat ...!
4 4. Mister Fingers
5 5. One of Destiny?
6 6. Malam Panjang
7 7. Serangan Panik
8 8. Orang Asing
9 9. Luluh Lantak
10 10. First Night
11 11. Makhluk Asing
12 12. Bangsa Pemangsa
13 13. Potongan Lain
14 14. Tepian Sungai
15 15. Puisi Pendek
16 16. Konspirasi Tim Pencari
17 17. Mulai Membunuh
18 18. Hari Keempat
19 19. Terperangkap
20 20. Busur Silang
21 21. Api Unggun Besar
22 22. Para Teman Baru
23 23. Tiga Pemuda
24 24. Poor Me
25 25. Relationship
26 26. A Last Dinner
27 27. Let You Go
28 28. Naja Alshena
29 29. Firza Alamsyah
30 30. Segelas Kopi Rindu
31 31. It's You?
32 32. Persiapan
33 33. The Crew
34 34. Menuju Bukaan Sempurna
35 35. Yes, It's You
36 36. Z-na-ctk-bgt
37 37. Hari Yang Apes
38 38. Tamu Tak Diundang
39 39. Finally Meet You
40 40. Di Teras Temaram
41 41. Dalam Sebuah SUV
42 42. The Surgeon
43 43. Young, Dumb and Broke
44 44. The Warm You
45 45. Dari Shena Tentang Firza.
46 46. Dari Firza Tentang Shena
47 47. Our First Trip
48 48. Janji Di Atas Atap
49 49. Perkenalan Kembali
50 50. Mantan (1)
51 51. Mantan (2)
52 52. Kesan Pertama
53 53. Naik Daun
54 54. Pendatang Baru
55 55. Mulai Ngelunjak
56 56. Tinggalkanku
57 57. Dilema
58 58. My Medicine
59 59. Note Paper
60 60. Get Me Wrong
61 61. Jalan Malam
62 62. Berpapasan
63 63. Let Me Explain Later
64 64. Kemana Kita?
65 65. Bukan Pecundang
66 66. This is The End
67 67. Post it Again
68 68. My Limit
69 69. Kabur
70 70. Tamu Tak Diundang
71 71. Firza Saha?
72 72. Penjelasan
73 73. Drama Kampung
74 74. Can't Let You Go
75 75. Deep Conversation
76 76. Sabtu Malam Ala Subang
77 77. Gara-Gara Dadang
78 78. Restu
79 79. Back to Coffeeshop
80 80. Kejutan Lainnya
81 81. Strong Shena
82 82. Are You Okay?
83 83. Buntu
84 84. SHM
85 85. To My Beloved
86 86. Thankyou Dear
87 87. Melepas Rindu
88 88. Forum di Dalam Forum
89 89. Focus on You
90 90. Prepare
91 91. Makan Besar
92 92. Negeri Asal Rendang
93 93. XL
94 94. Obat Gelisah
95 95. Ketemu Mamak
96 96. Cinta di Ranah Minang
97 97. Demam Panggung
98 98. Akhirnya Sah
99 99. Meriang
100 100. Positif ??
101 101. Mules
102 102. Tahan Dulu
103 103. Our Sunshine
104 104. Alya Anak Ayah
105 105. This is Our Fate
106 PENGUMUMAN
107 EXTRA PART 1
108 EXTRA PART 2
Episodes

Updated 108 Episodes

1
1. Secangkir Kopi Stres
2
2. Pengangguran Officially
3
3. Berangkat ...!
4
4. Mister Fingers
5
5. One of Destiny?
6
6. Malam Panjang
7
7. Serangan Panik
8
8. Orang Asing
9
9. Luluh Lantak
10
10. First Night
11
11. Makhluk Asing
12
12. Bangsa Pemangsa
13
13. Potongan Lain
14
14. Tepian Sungai
15
15. Puisi Pendek
16
16. Konspirasi Tim Pencari
17
17. Mulai Membunuh
18
18. Hari Keempat
19
19. Terperangkap
20
20. Busur Silang
21
21. Api Unggun Besar
22
22. Para Teman Baru
23
23. Tiga Pemuda
24
24. Poor Me
25
25. Relationship
26
26. A Last Dinner
27
27. Let You Go
28
28. Naja Alshena
29
29. Firza Alamsyah
30
30. Segelas Kopi Rindu
31
31. It's You?
32
32. Persiapan
33
33. The Crew
34
34. Menuju Bukaan Sempurna
35
35. Yes, It's You
36
36. Z-na-ctk-bgt
37
37. Hari Yang Apes
38
38. Tamu Tak Diundang
39
39. Finally Meet You
40
40. Di Teras Temaram
41
41. Dalam Sebuah SUV
42
42. The Surgeon
43
43. Young, Dumb and Broke
44
44. The Warm You
45
45. Dari Shena Tentang Firza.
46
46. Dari Firza Tentang Shena
47
47. Our First Trip
48
48. Janji Di Atas Atap
49
49. Perkenalan Kembali
50
50. Mantan (1)
51
51. Mantan (2)
52
52. Kesan Pertama
53
53. Naik Daun
54
54. Pendatang Baru
55
55. Mulai Ngelunjak
56
56. Tinggalkanku
57
57. Dilema
58
58. My Medicine
59
59. Note Paper
60
60. Get Me Wrong
61
61. Jalan Malam
62
62. Berpapasan
63
63. Let Me Explain Later
64
64. Kemana Kita?
65
65. Bukan Pecundang
66
66. This is The End
67
67. Post it Again
68
68. My Limit
69
69. Kabur
70
70. Tamu Tak Diundang
71
71. Firza Saha?
72
72. Penjelasan
73
73. Drama Kampung
74
74. Can't Let You Go
75
75. Deep Conversation
76
76. Sabtu Malam Ala Subang
77
77. Gara-Gara Dadang
78
78. Restu
79
79. Back to Coffeeshop
80
80. Kejutan Lainnya
81
81. Strong Shena
82
82. Are You Okay?
83
83. Buntu
84
84. SHM
85
85. To My Beloved
86
86. Thankyou Dear
87
87. Melepas Rindu
88
88. Forum di Dalam Forum
89
89. Focus on You
90
90. Prepare
91
91. Makan Besar
92
92. Negeri Asal Rendang
93
93. XL
94
94. Obat Gelisah
95
95. Ketemu Mamak
96
96. Cinta di Ranah Minang
97
97. Demam Panggung
98
98. Akhirnya Sah
99
99. Meriang
100
100. Positif ??
101
101. Mules
102
102. Tahan Dulu
103
103. Our Sunshine
104
104. Alya Anak Ayah
105
105. This is Our Fate
106
PENGUMUMAN
107
EXTRA PART 1
108
EXTRA PART 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!