Kepala Shena terasa pusing berputar-putar, semuanya terasa begitu cepat. Firza tak lagi berada di sampingnya, langkah kaki para pria yang berlari ke tengah hutan itu sekarang bahkan sudah hilang tak terdengar. Tinggal mereka yang semuanya diam tak bersuara, hanya suara Saida yang menangis sesegukan lirih memecah keheningan.
"Saya Adly. Dua teman saya yang ikut berlari tadi tu Hilmi dan Chris. And who is the another man? The tallest one? Your friend ? (Dan siapa pria satunya lagi? Yang paling tinggi? Temanmu?)" Pria yang tadi memegang bahu Saida kini berbicara dengannya.
Tampak raut wajah khawatir dari caranya bertanya.
Shena merasakan apa yang dirasakan oleh Adly. Mereka sama-sama sendirian sekarang. Jika kedua temannya tidak kembali, mereka benar-benar sendirian. Seperti halnya Shena yang memang sendirian sedari awal tapi tak ada yang mengetahuinya.
"The other man is Firza. He is my fiance. A Doctor. I hope they are fine and can get back together with Hana as soon as possible. (Pria satunya itu Firza. Dia tunanganku. Seorang Dokter. Aku harap mereka akan baik-baik saja dan bisa kembali secepatnya bersama Hana)"
Shena menjawab dengan sesantai dan sebiasa mungkin, meski dia menyadari nada suaranya bergetar.
Shena juga sudah pernah mengatakan kalau Firza adalah tunangannya. Tapi kecil kemungkinan orang-orang yang sedang sibuk memikirkan nasib diri sendiri ini mampu memikirkan tentang orang lain. Shena juga menyadari semua mata penumpang mengawasinya.
Shena adalah penumpang selamat dan yang paling tak banyak bicara diantara mereka. Dia sudah cukup kesulitan mengatasi keadaannya sendiri hingga dia tak begitu peduli dengan keadaan orang di sekelilingnya.
"Oh...your fiance is brave enough. (Oh, tunanganmu cukup pemberani)" Salah seorang warga asing yang sempat memegang kakinya beberapa saat lalu bersuara. Shena hanya tersenyum kecut.
Adly menuntun Saida dan mendudukkannya di dekat sebatang pohon tempat awal ketiga pemuda itu duduk.
"Yeah.. I hope they will be okay. And Hana too. (Yah, Aku harap mereka akan baik-baik saja. Hana juga)" Adly menambahkan kalimat itu sambil melihat ke arah Shena.
Shena tak ingin kembali ke tempatnya tidur tadi. Karena tempat itu terlindung dari pandangan. Dia membayangkan bisa saja sesuatu atau seseorang melakukan sesuatu padanya tanpa terlihat dari balik pohon.
Shena tetap duduk agar tetap terlihat oleh Adly. Entah kenapa dia mempercayai pria yang terlihat lebih muda darinya itu. Adly tampak seperti pemuda biasa dengan pikiran yang biasa-biasa saja seperti dirinya.
Shena terus mengawasi arah hutan tempat di mana Firza dan kedua pemuda itu menghilang. Pikirannya berkecamuk tak tenang, matanya mengantuk dan badannya terasa remuk tapi dia tak mungkin memejamkan matanya sekarang.
...--oOo--...
Firza dan kedua orang pemuda tiba di tengah hutan yang benar-benar tanpa cahaya sedikit pun. Tidak ada yang memberi komando tapi mereka bertiga berdiri berdekatan.
Firza mengamati jalan di depan mereka yang seperti sudah terbuka dan dilalui sesuatu. Salah seorang pemuda yang berwajah oriental berada di posisi paling belakang mengamati jalan di belakang mereka.
Di kejauhan samar-samar mereka mendengar sesuatu benda berat sedang terseret di antara dedaunan. Langkah kaki berat juga terdengar menginjak daun kering dan ranting.
Firza meletakkan telunjuk ke bibirnya agar dua pemuda yang bersamanya tidak bersuara. Rasa merinding menjalar ke seluruh tubuhnya.
Entah makhluk apa yang bergerak di dekat mereka, tapi sepertinya makhluk itu sudah benar-benar memahami hutan tersebut. Agak menyesal rasanya dia berlari meninggalkan kelompoknya, terutama Shena yang sendirian dan tidak bisa berjalan.
"Saya Firza. Siapa nama kalian?" Firza berbisik memecah keheningan dan suasana ngeri yang dirasakannya.
"Saya Chris dan dia Hilmi. Kami teman satu university." Pemuda berwajah oriental menjawab pertanyaannya.
"Kita sudah terlalu jauh dari kelompok kita, dan saya menyadari kalau sesuatu atau seseorang sedang mengamati kita sekarang. Sesuatu yang sangat mengerti hutan ini." Firza berbicara dalam bahasa Indonesia baku agar bisa dimengerti oleh rekannya dari negara tetangga itu tanpa bisa melihat ekspresi mereka karena matanya terus mengamati keadaan sekeliling.
Firza meneruskan bicaranya, "saya berpikir hal yang tidak baik sedang terjadi pada diri Hana, kita tak bisa meneruskan mencarinya malam ini. We have to go back. (kita harus kembali)"
"I think so (kuharap juga begitu). Suasana di sini membuat saya bergidik. Sesuatu sedang membawa Hana jauh ke dalam hutan." Pemuda yang bernama Hilmi menjawab Firza.
Kemudian Chris memberi aba-aba telunjuk di bibir dan menunjuk jalan di belakangnya. Dia memberi perintah agar mereka kembali ke jalan tempat mereka datang tadi.
Tiba-tiba terdengar suara geraman di kejauhan, samar-samar sekali tapi sangat jelas di telinga ketiganya. Mereka seperti berpikiran yang sama, bahwa suara geraman itu adalah pemilik langkah berat yang menyeret Hana.
Firza tak berani membayangkan apa yang sedang terjadi pada diri wanita itu. Dalam diam dan mengendap-endap mereka berjalan menyusuri jalan awal. Harapan menemukan Hana malam itu jelas pupus sudah. Terus mencarinya ke dalam hutan adalah misi bunuh diri dalam versi yang berbeda.
Sebelum lari mengejar arah suara Hana tadi, Firza membayangkan jika wanita itu terluka akan sesuatu dan bisa dihampiri untuk ditolong.
Tapi keadaannya sekarang berbeda. Mereka tidak ada yang tahu pasti apa yang sedang terjadi di dalam sana.
Pikiran Firza sekarang hanya ingin sampai secepatnya ke tempat awal mereka dan melihat keadaan Shena. Dia tahu kalau Shena pasti mengkhawatirkannya. Chris terus berjalan pelan di depan mereka, Hilmi mengikuti dan Firza sekarang berada di posisi paling belakang. Suara geraman yang mereka dengar tadi sekarang seperti semakin jelas. Suara itu mendekat, Chris dan Hilmi juga menyadarinya dan mereka mempercepat langkah.
Suara geraman dan langkah kaki itu semakin cepat mendekati arah mereka. Bukan hanya seorang tetapi beberapa langkah kaki.
Firza spontan mengatakan, "RUN!!" (Lari!!")
Dan mereka kemudian berlari. Diikuti suara langkah di belakang yang juga seperti berlari mengejar mereka.
"Chris hurry up. (Chris cepat)" Hilmi menepuk pundak Chris yang sepertinya sudah lelah bercampur shock.
Mereka bertiga terus berlari tanpa melihat ke belakang. Dari kejauhan Firza melihat cahaya api redup, mereka hampir sampai ke tempat mereka. Entah siapa yang sudah bisa menyalakan api dalam kelompok mereka tadi.
Dan seketika Firza menyadari suara langkah berat yang mengejar mereka sudah tak terdengar.
"No one behind us. (Tak ada yang mengikuti kita)" Chris berbicara terengah-engah. "But hurry guys. (Tapi kita harus cepat)"
Firza melihat Shena menatapnya dengan wajah pucat tanpa ekspresi. Firza menyadari wanita itu pasti terus-terusan mengawasi tempatnya dan kedua pemuda tadi menghilang. Masih dengan nafas terengah-engah Firza menghampiri Shena dan duduk di sebelahnya.
Saida yang melihat dua pemuda itu datang menghampiri Adly yang sedari tadi menemaninya langsung berdiri dan memegang lengan Chris.
"Mana Hana? Dia tak kembali bersama korang?"
Chris menggeleng lemah dan duduk di sebelah Adly. Hilmi masih berdiri dan menarik lengan Saida agar wanita itu juga duduk.
Hilmi mendekatkan dirinya agar bisiknya bisa didengar Saida yang masih syok.
"Ada sesuatu yang membawa temanmu. Kami tidak tahu sesuatu itu apa. Tapi sesuatu itu juga mengejar kami hingga kami hampir tiba di sini. Hana it's not okay (Hana tak baik-baik saja). But we can't speculate (Tapi kita tak bisa berspekulasi). What is that (Itu apa). Saya bergidik mendengar suara geraman yang sepertinya mau menuntun kami masuk ke dalam hutan."
Semua penumpang menyimak apa yang dikatakan Hilmi dalam diam. Meski Shena yakin dua pria penumpang asing ada yang tidak mengerti maksud perkataan Hilmi karena bahasanya yang bercampur antara Inggris dan Melayu.
"I think when the sun rises we have to go back to the wreckage. There is something watching us here. It's possible that hana had been brought into the forest. I feel that something is not far from us now. Keep the fire on and we must stay alert. (Menurutku saat matahari terbit kita harus kembali ke reruntuhan. Ada sesuatu yang mengawasi kita di sini. Mungkin saja Hana telah dibawa ke dalam hutan. Aku merasa ada sesuatu yang tidak jauh dari kita sekarang. Tetap nyalakan api dan kita harus tetap waspada)" Firza memecah keheningan.
Dua pria asing; Mike dan Freddie terlihat berbisik-bisik.
"Agree with you (setuju denganmu), kita tak tahu apa yang mengejar kita tadi." Chris menimpali.
"That is so close bro... the forest atmosphere is so terrible. That something is so close from us. They are behind us. (Itu sangat dekat Bro ... suasana hutan sangat mengerikan. Ada sesuatu yang sangat dekat dari kita. Mereka ada di belakang kita)" Hilmi berbicara kepada Adly.
Saida sudah berhenti dari tangisnya dan menyimak pembicaraan mereka, ketiga pemuda sekarang duduk merapat di dekatnya. Tampaknya dia sudah mulai menerima situasi yang mereka hadapi sekarang.
Pasangan suami-istri terlihat sangat lelah dan ketakutan. Sang istri yang terlihat lebih kesakitan tampak pucat dalam cahaya api unggun kecil yang temaram.
Firza duduk dalam diam sambil mengatur nafasnya. Shena memperhatikan raut wajah pria itu dari samping.
Firza juga terlihat sangat lelah. Seingatnya pria itu baru beristirahat sebentar sejak kembali dari mencari kotak P3K.
Fitur wajahnya semakin lama semakin menarik di mata Shena. Hidung Firza yang tinggi, rambut di dagunya yang tergunting rapi, cambangnya yang tumbuh hingga melewati telinga bagian bawahnya membuat fiturnya menjadi too good to be true (terlalu bagus untuk bisa jadi kenyataan) bagi Shena.
Dan yang disadarinya sekarang adalah dia mampu melupakan wajah Ramon ketika berada di sebelah Firza. Shena merasa dirinya berada dalam bahaya kalau saja dirinya benar-benar jatuh cinta pada pria asing teman seperjalanannya itu.
Belum selesai Shena mengagumi dan mengamati wajah pria itu, Firza menoleh ke samping dan nyaris memergoki tatapannya.
Shena tersenyum cepat dan berkata, "syukurlah kalian balik ke sini secepatnya, kami di sini udah mulai khawatir."
Firza memalingkan wajahnya lagi ke depan dan melingkarkan tangannya memeluk lutut.
"Wanita itu, Hana. Aku ga yakin dia masih hidup. Besok pagi-pagi banget kita harus balik ke lokasi pesawat. Satu-satunya benda yang ga asing buat kita di hutan ini," ungkap Firza.
Shena menarik tepi lengan kemeja Firza agar pria itu melihatnya.
"Kamu istirahat sebentar, aku bakal tetap terjaga untuk ngawasin keadaan," ucap Shena dengan senyum untuk menenangkan Firza.
Posisi mereka masih berhadap-hadapan dengan para pemuda dan Saida, Firza merapatkan duduknya ke arah Shena yang sudah bersandar di sebatang pohon.
Kemudian pria itu mulai memejamkan matanya. Adly menambahkan ranting-ranting pohon ke api unggun untuk menjaganya agar tetap menyala.
Adly-lah yang menyalakan api itu ketika Firza dan dua orang temannya berlari ke arah suara Hana tadi. Adly mengeluarkan pemantik api dari salah satu tas yang dibawa mereka dari reruntuhan pesawat.
Shena tak tahu berapa lama dia tertidur, rasanya malam itu sangat panjang. Janjinya pada Firza untuk tetap terjaga tampaknya diingkarinya. Langit masih remang-remang menunggu matahari keluar dengan sempurna, didapatinya pria itu sedang membereskan perlengkapan mereka. Kemudian dia menoleh melihat Shena yang sudah terjaga.
"Mau berjaga sepanjang malam ya?" Firza bicara sambil tersenyum geli melihat Shena yang sibuk membetulkan rambutnya. Shena cuma bisa menyeringai.
Kemudian Firza menambahkan, "cepat minum secukupnya, sebentar lagi kita mulai jalan."
Shena melihat satu persatu orang di kelompok mereka sudah mulai berdiri dan berjalan. Dua pria asing berjalan mendahului mereka semua. Pasangan suami istri menyusul dengan terseok-seok. Mereka berjalan dengan bertumpu satu sama lain. Ketiga pemuda dan Saida menyusul pelan di belakangnya.
Kemudian Firza menjulurkan tangan kanannya untuk menolong Shena berdiri. Kaki kirinya yang masih bengkak tak sanggup menopang berat badannya, Firza melingkarkan tangan kiri Shena ke pinggangnya. Dan tangan kanan pria itu sudah berada di pinggang Shena. Di bahu Firza menggantung tas yang dibawanya dari reruntuhan pesawat kemarin.
Tak sadar berapa lama mereka berjalan beriringan. Meski sakit dan tertatih-tatih, Shena sangat menikmati kontak fisik di antara mereka.
Shena malu pada dirinya sendiri untuk mengakui, bahwa tubuh pria itu sangat hangat dan masih terasa wangi. Beberapa saat kemudian langkah pemuda di depan mereka terhenti.
Tiba-tiba suara pria asing yang jauh di depan berkata dengan keras ke arah mereka.
"Oh my God! What is happening here. All corpses disappear !!(Ya Tuhan! Apa yang terjadi di sini. Semua mayat menghilang)"
Ternyata itu suara Mike yang sudah tiba lebih dulu di pesawat dan pergi ke dalam untuk mengeceknya lagi.
Mike si pria asing mengatakan kalau semua mayat menghilang. Semua mayat korban jatuhnya pesawat yang sebelumnya masih terbaring di dalam telah lenyap. Shena dan Firza saling berpandangan ngeri.
...***...
...To Be Continued...
...Terimakasih karena sudah meringankan jari untuk memberi like pada karya ini....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
PHSNR👾
jadi ingat novel yang sering ku baca para korban jatuhnya pesawat juga, harus bertahan di antah berantah, novel itu favorit ku banget, kayaknya novel ini bakal jadi favorit ku juga 😍😍
2025-02-19
1
Evi Sirajuddin
Ceritanya sangat menarik
dan menegangkan
2025-02-06
0
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
Mayat² udah d angkut sama makhluk yg mengerikan
2024-11-01
1