19. Terperangkap

Shena masih menangis dan gemetar di pelukan Firza. Dia selalu mengulangi kata-kata "Aku ga mau kehilangan kamu" yang membuat perasaan Firza campur aduk antara senang, bingung, berterimakasih dan juga perasaan sayang yang muncul kepada wanita itu.

Firza melepaskan pelukannya untuk menatap Shena. Lengan kiri Firza masih mengeluarkan darah karena sayatan belati yang cukup dalam. Kemejanya yang tadi tergulung hingga batas siku kini terbuka dan robek bagian pangkal lengannya. Wajah dan pakaian Firza ternoda percikan darah makhluk yang sekarang tergeletak tak bernyawa.

Pria itu kemudian menuntun Shena ke bagian sungai yang airnya lebih dalam. Ia mendudukkan Shena pada sebuah batu tak jauh dari tas wanita itu. Firza membersihkan wajahnya yang terkena darah dengan air sungai, kemudian ia membuka tas Shena untuk mengambil tisu basah yang isinya tinggal beberapa lembar lagi. Dan ia mulai membersihkan wajah dan rambut wanita yang telah menyelamatkan nyawanya.

Firza membilas tisu di air berkali-kali. Dari bagian wajah, tangannya kemudian turun ke bagian dada Shena. Ia terus menyeka bagian dada hingga perut Shena yang kini berada di depan wajahnya.

Pemandangan seperti itu tidak asing bagi Firza karena profesinya. Bagian-bagian intim pasien yang perlu dilihatnya sebelum melakukan sebuah operasi sudah merupakan hal yang biasa. Hal itu tidak menimbulkan perasaan apa-apa.

Teman-temannya yang berbeda profesi sering bertanya dengan kelakar pada Firza. Jika melihat hal seperti itu sudah biasa, bagaimana dia merasa tertarik melihat bagian intim lawan jenisnya nanti.

Firza menanggapi teman-temannya dengan mengatakan hal yang membuat berbeda adalah feel terhadap orang yang sedang dihadapinya. Feel (perasaan) itulah yang membuatnya berbeda dan menimbulkan sesuatu lebih dari sekedar melihat pasien.

Firza selalu tertawa jika temannya bertanya soal itu. Mungkin teman-temannya lupa kalau dia juga seorang pria normal. Situasi dan sensasi sensual baginya tetaplah sama. Dan sekarang dia sedang melihat salah satu bagian sensitif seorang wanita yang telah diciumnya. Tak bisa membohongi perasaan jika darahnya sedikit berdesir ketika melakukan hal itu.

Setelah memastikan Shena telah bersih, pria itu mengambil tas Shena dan bertanya pada wanita itu pakaian yang mana mau dikenakannya. Shena mengatakan "kemeja" dengan suara yang sangat pelan.

Firza kemudian memakaikan kemeja itu pada Shena, mengancingkannya satu persatu dengan perlahan. Pria itu masih berjongkok di depan Shena sambil memegang lututnya dan tersenyum.

"Udah selesai, ayo balik ke tempat kita. Kamu udah terlalu jauh nyampe ke sini. Tadi aku nyariin kamu ke tempat yang semula kamu bilang. Aku ga bisa ngebayangin apa yang akan terjadi kalo aku ga dateng tadi. Aku juga ga bisa ngebayangin apa yang akan terjadi kalo kamu ga make parang besar itu. Makasi ya Shen...." Firza menatap wajah Shena yang sekarang kembali menangis.

Airmatanya mengalir dan Firza menghapus air mata itu dengan jari-jarinya. Shena masih syok karena dia baru saja menebas leher seseorang sampai tewas.

...--oOo--...

"Kamu luka. Luka ditangan kamu masih berdarah Fir...." Shena menarik lengan kiri Firza yang masih mengeluarkan darah.

Shena kemudian mengambil syal miliknya dan membalut lengan Firza menggunakan syal yang selama ini terlipat rapi dalam tasnya masih dengan tangan gemetar.

Syal shena itu bentuknya segi empat yang biasa dilipatnya menjadi segitiga. Syal berwarna krem dengan gambar ayam jago dan bunga yang berselang seling dengan garis berwarna oranye dan biru tua. Syal itu terbuat dari bahan katun yang mudah kusut. Shena benar-benar menyukai syal itu dan selalu menjaganya sejak dia berusia 17 tahun. Shena hanya memakainya ke suatu tempat yang dia anggap istimewa.

Dan yang paling membuatnya bangga adalah, dia belum pernah melihat orang lain mengenakan syal dengan motif sama dengan yang dimilikinya. Sekarang Shena memakai syal itu untuk membalut lengan Firza yang terluka. Firza melihat hal yang dilakukan Shena dengan senyum tipis yang hampir tidak terlihat. Pria itu merasa sekarang dia adalah pasien Shena.

Firza dan Shena berlalu dari tempat itu dengan terburu-buru. Tak lupa Firza menyambar parang yang baru saja merenggut nyawa sang pemilik. Firza mengatakan kepada Shena bahwa tidak ada gunanya mereka menyingkirkan mayat makhluk yang luar biasa berat itu. Mereka hanya akan membuang-buang waktu.

Yang perlu mereka lakukan sekarang adalah membereskan barang-barang dan menjauhi lokasi itu. Mereka harus naik ke hutan, sedikit menjauhi tepian sungai dengan tetap berada pada garisnya sehingga mereka tetap dengan mudah bisa mendatangi sumber air.

...--oOo--...

Mereka tiba di hadapan ketiga pemuda yang menatap mereka dengan tercengang. Pakaian Firza sudah bercorak noda darah yang mulai menggelap. Hilmi yang pertama membuka suara bertanya, "What's happen guys? (Ada apa)"

"One of them peeked at shena in the river. I saw that and ambushed him, we fought and I was almost death by a dagger. And then Shena cut his neck with the big machete. She saved me actually. (Salah satu dari mereka mengintip shena di sungai. Aku melihat itu dan menyergapnya, kami berkelahi dan aku hampir mati oleh belati. Lalu Shena memotong lehernya dengan parang besar. Dia sebenarnya menyelamatkanku)" tutur Firza yang mulai mengumpulkan botol air minumnya dan memasukkan ke dalam tas parasut.

Kemudian Firza melanjutkan, "Kita harus secepatnya pergi dari sini. We have to move again. Makhluk yang mengintip Shena tak berada jauh dari sini. Terbaring tak bernyawa. His friend can find his body anytime. And don't forget, they have lost 2 friends." Firza mengatakan bahwa teman-teman makhluk itu bisa saja menemukan jasad temannya kapan saja. Makhluk itu telah kehilangan dua orang temannya.

Tidak perlu diberi aba-aba ketiga pemuda langsung membereskan semua perlengkapan mereka untuk segera pergi dari situ secepatnya. Matahari semakin terang benderang dan mayat makhluk besar yang mereka tinggalkan tergeletak di tepi sungai cepat atau lambat akan ditemukan oleh temannya.

Sebelum berangkat, Chris sempat mengatakan kalau posisi mereka semakin menjauhi pasangan suami istri, Chen dan Mei. Mereka juga tidak tahu bagaimana keadaan pasangan itu sekarang, dan sepertinya sesekali mereka perlu mengecek ke balik cekungan tepi sungai.

Firza setuju, tapi untuk sekarang ada hal yang lebih penting lagi. Mereka harus bersembunyi dari makhluk-makhluk yang sekarang sudah pasti sedang memburu mereka.

Shena menggandeng lengan kiri atas Firza, lengan kiri bagian bawahnya masih terlilit syal Shena. Entah kenapa jika terjadi sesuatu hal dalam kelompok mereka, masing-masing orang yang mengalami hanya menceritakan sekilas saja peristiwa mengerikan yang baru terjadi pada diri mereka masing-masing.

Seperti tidak ingin mengulangi hal itu secara mendetil meski hanya dalam ucapan. Hal yang terjadi pada mereka di hutan ini kemungkinan besar akan menjadi hal pertama dan luar biasa yang terjadi pada mereka dalam hidup.

Dan jika bisa selamat keluar dari hutan itu, Shena tak yakin bakal bisa membicarakan semua hal yang dialaminya sekarang secara mendetil.

Matahari kembali meninggi dengan gagahnya ketika kelima orang itu tiba pada sebuah tempat yang berjarak hampir 1 jam berjalan kaki dari tempat mereka semula.

Shena berhenti masih dengan memegang lengan Firza, nafasnya terengah-engah dan keringat yang membasahi sekujur tubuhnya. Wanita itu langsung duduk di dekat sebuah pohon, wajahnya terlihat pucat.

Firza berjongkok di depan Shena dan memegang dahi wanita itu. "Kamu demam. Kayaknya kita berenti di sini aja."

Firza menurunkan semua bawaannya dan meletakkannya di sebelah Shena.

Sambil mendongak dia berbicara pada Hilmi yang masih berdiri. Firza berkata, "I think we will spend the night here. Shena is sick. (Kupikir kita akan menghabiskan malam ini di sini. Shena sakit)"

Hilmi mengangguk dan menurunkan tas yang dibawanya. Chris duduk sambil terus-terusan mengelap keringatnya. Wajah Chris juga tampak lebih lelah dibanding kemarin.

"I'm also not feeling well (Aku juga merasa tak sehat)" tukas Chris yang kemudian meneguk sebotol air hingga habis.

Pemuda itu mengeluarkan sapu tangan yang kemarin dipakai untuk mengompres mulut Adly yang sekarang sudah tampak lebih baik dan membasahi sapu tangan itu dengan air dari botol. Chris mengelap wajahnya dengan sapu tangan basah dan melipatkan sapu tangan basah itu di dahinya.

"I can't if I have to stay longer in this forest. We don't eat properly and that 'animals' consumes our energy faster.I don't want to move anymore. It's fine if I die here. Just leave me here. I am alright. (Aku tidak bisa jika aku harus tinggal lebih lama di hutan ini. Kita tidak makan dengan benar dan 'hewan' itu menghabiskan energi kita lebih cepat. Aku tidak ingin bergerak lagi. Tidak apa-apa jika aku mati di sini. Tinggalkan saja aku di sini. Aku baik-baik saja)" Chris berbicara dengan nada putus asa.

Fisik mereka yang letih dan situasi mereka yang selalu berada dalam bahaya membuat psikis mereka juga menjadi diuji. Shena hanya diam memaklumi perkataan pemuda itu, karena jika tidak ada Firza dirinya pasti akan mengatakan hal yang sama. Dirinya juga sudah merasa lelah sekali.

Hilmi menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu sembari mengatakan kalau mereka tidak akan meninggalkannya apapun yang terjadi. Adly mengiyakan perkataan Hilmi dengan mengangguk sambil menatap Chris yang masih mengompres dahinya.

Shena dan Firza duduk bersandar dalam diam. Kemudian Adly mengeluarkan beberapa permen yang diambilnya dari dalam tas yang sama saat dia mengeluarkan pemantik api beberapa hari yang lalu.

"Saya mendapat gula-gula di dalam beg ini. Tak banyak. Tapi cukup untuk kita." Adly berbicara dalam bahasa melayu dengan aksen yang khas, pemuda itu membagi permen satu untuk setiap orang dan menyimpan kembali sisanya.

...--oOo--...

Dua Tim Pencari yang merupakan tim yang berbeda dari tim yang telah tiba di bangkai pesawat bertemu pada salah satu titik koordinat di dalam hutan. Bersama mereka menyusuri bagian hutan tersebut.

Beberapa di antara anggota Tim Pencari menemukan beberapa benda yang diduga miliki korban pesawat naas itu. Sebelah sepatu, topi, jam tangan, serta beberapa potong pakaian yang terdiri dari kemeja yang robek, celana panjang pria yang tidak utuh, serta jaket dengan banyak noda darah.

Benda-benda itu dikumpulkan anggota tim ke dalam satu kantong plastik besar berwarna hitam. Mereka terus menyusuri daerah itu meski merasa heran kenapa benda-benda pribadi para korban pesawat bisa mereka temui di lokasi yang sangat jauh dari titik pesawat itu berada.

...--oOo--...

Langit sudah gelap dan itu artinya mereka sudah memasuki malam keempat di hutan belantara itu. Shena mengalami demam tinggi, dan Chris juga masih meringkuk tanpa suara di sudut pohon.

Firza memakaikan Shena sebuah jaket yang didapatnya dari pesawat dan masih terjejal di dalam tas parasut. Tubuh wanita itu meriang kedinginan, keringatnya terus-menerus keluar membasahi dahinya.

Firza membaringkannya di atas tanah yang sudah beralaskan selimut dan memberinya bantal tas tangan miliknya. Firza sangat cemas, meski telah mengaduk-aduk kotak P3K itu berulang kali tapi dia tetap tidak menemukan obat demam atau penghilang rasa sakit.

Firza hanya bisa mengompres dahi wanita itu dan membangunkannya berulang kali untuk meminum air putih sebanyak-banyaknya.

Hilmi dan Adly membuka-buka kantong yang berisi buah murbei yang tinggal sedikit, sedangkan buah aneh yang mereka dapat telah habis mereka makan di pagi hari karena ternyata rasanya cukup enak.

Sedangkan niat untuk mencari buah-buah untuk dimakan sudah hilang dari daftar keinginan mereka sejak Adly kembali dengan bibir yang bengkak kemarin malam.

Malam semakin larut, dan Firza duduk di dekat kaki Shena yang sedang tidur meringkuk. Dengan tangan kanannya dia memijat betis kiri Shena yang memang berada di dekatnya.

Adly dan Hilmi sudah tidur sedari tadi, Firza menawarkan diri untuk berjaga lebih dulu. Chris gelisah dalam tidurnya, mungkin karena pemuda itu juga sedang terserang demam seperti Shena.

Ketika hendak mengambil air minum, Firza melihat Chris duduk dan bergumam akan buang air kecil sebentar. Firza mengiyakan dan mengatakan pada Chris untuk tidak jauh-jauh dan cepat kembali.

Firza juga menawarkan untuk membangunkan salah satu sahabatnya untuk pergi menemani. Tapi Chris menolak dan mengatakan bahwa dia tidak apa-apa.

Firza mendengar langkah Chris yang pelan teredam dedaunan yang terinjak mulai menjauh. Hening beberapa saat, dan kemudian Firza mendengar langkah kaki di kejauhan.

Firza menduga itu pasti Chris yang sudah selesai dan menuju tempat mereka kembali. Masih baru akan menyandarkan kepalanya di batang pohon, tiba-tiba Firza mendengar teriakan Chris.

"Help...Help... Hilmi... Help Me... (Tolong... Tolong... Hilmi... Tolong aku...)" Jerit Chris menggema di heningnya malam.

Seperti baru saja dipukul, Firza berdiri dan menendang Hilmi. Hilmi tersentak duduk dan menarik tangan Adly.

Mereka mendengar kembali suara Chris yang masih berteriak memanggil-manggil nama kedua sahabatnya itu.

"Hilmi... Adly... I'm here... Heeellpp." Suara Chris terdengar tidak begitu jauh. Pria itu sedang menjerit minta tolong memanggil temannya.

Firza melesat bagaikan terbang berlari ke arah suara Chris. Disusul oleh Hilmi dan Adly yang kemudian juga berlari meninggalkan Shena yang masih duduk dan mengerjab dalam gelap menyesuaikan pandangannya.

...--oOo--...

Sedetik kemudian Shena menyadari jika dirinya berada sendirian di tempat itu. Firza dan kedua orang sahabat Chris sedang berlari mendatangi arah suara pemuda itu.

Kepala Shena masih sakit berdenyut, dia masih meriang kedinginan tapi dia mencoba berdiri dan pergi ke arah Hilmi dan Adly berlari tadi. Shena tidak mau berada di situ sendirian. Dia harus bersama teman-temannya.

Meski hidup atau mati Shena harus bersama mereka. Dengan langkah gontai Shena mulai berjalan cepat menyusul suara langkah kaki mereka dan suara teriakan Chris yang masih terus terdengar jelas meski lama-kelamaan suara itu terdengar menjauh. Shena mempercepat langkahnya hingga jadi seperti berlari kecil.

...--oOo--...

Firza yang melihat Chris diseret oleh dua orang makhluk semakin mempercepat larinya. Dengan jelas Firza bisa melihat jika yang menyeret Chris adalah seorang makhluk perempuan yang masih memakai baju Hana dan seorang makhluk laki-laki yang bertubuh lebih pendek dari makhluk yang telah ditebas oleh Shena.

Sejurus kemudian Hilmi dan Adly telah tiba di belakangnya dan terus ikut berlari menyusul Chris.

Berkali-kali tubuh mereka tergores oleh ranting-ranting pohon rendah dan kaki mereka tersandung oleh akar-akar pohon.

Sambil berlari Hilmi menyadari sesuatu dan berkata :

"We are taken to their home. This is the route to their home. (Kita dibawa kembali ke rumah makhluk itu. Ini jalan menuju rumah mereka)"

Makhluk-makhluk yang sudah sangat hapal dengan hutan itu sudah menghilang dari pandangan mereka.

Tapi Hilmi kemudian berlari mendahului Firza untuk membawa jalan menuju rumah kayu. Mereka terus berlari menerobos kegelapan hingga akhirnya mereka melihat dua makhluk itu menyeret Chris yang masih meronta-ronta.

"Let Him go!! (Lepaskan dia)" Suara Hilmi yang berteriak dalam kemarahan berhasil mencuri perhatian kedua makhluk itu.

Makhluk-makhluk itu berhenti menoleh ke belakang dan menyeringai marah. Rumah kayu yang memancarkan cahaya kuning redup dari dalam telah tampak di hadapan mereka.

Mereka telah tiba di sarang makhluk penjagal. Dan tampaknya mereka telah menyadari jika kedua orang keluarga mereka sudah tewas. Sorot mata makhluk itu sangat mengerikan.

Makhluk perempuan menarik Chris ke dalam rumah dan makhluk satunya mendatangi ketiga orang pria yang sekarang berdiri tanpa senjata menunggu makhluk itu menyerang. Adly mundur beberapa langkah sambil melihat ke kiri dan ke kanan.

Makhluk itu menuju Hilmi dan mengayunkan parang panjang yang lebih tipis dari parang yang ada pada mereka tapi tidak mereka bawa.

Saat mengejar Chris tak ada satu pun dari mereka yang ingat untuk membawa benda itu. Hilmi mengelak dengan mundur ke belakang, dan Firza menendang makhluk itu.

Adly yang sudah mendapatkan sebuah dahan pohon yang berukuran kecil tetapi panjang memukulkan dahan ke wajah makhluk itu. Hilmi ikut menendang makhluk itu yang berhasil membuatnya mundur beberapa langkah.

Karena merasa makhluk itu kewalahan menghadapi mereka bertiga, Firza mendekati dan menghujani makhluk itu dengan pukulan. Belum lagi selesai menikmati pukulan dari Firza, Hilmi kembali menendang makhluk itu hingga tersungkur dan parang di tangannya terlepas.

Adly yang sekarang terlihat seperti pemain anggar juga mendekati dan melibas makhluk itu dengan dahan panjangnya. Pelipis makhluk itu mengeluarkan darah.

Hilmi memungut parang tipis milik makhluk itu, dan dengan beringsut mundur dalam duduknya makhluk itu berlari masuk ke dalam rumah kayu.

Hilmi kemudian ikut berlari mengejar ke dalam rumah kayu yang tidak pernah terkunci. Firza menyusul dan sempat mengambil sebuah busur silang sederhana yang dilihatnya tersandar di dinding luar rumah.

Meski belum pernah menggunakan busur silang, tapi Firza menganggap lebih baik memegang senjata yang belum pernah digunakannya ketimbang dia memasuki rumah jagal itu dengan tangan kosong. Adly menyusul dua orang pria yang masuk lebih dulu masih dengan senjata dahan panjang di tangannya.

Firza dan Hilmi sudah tidak asing lagi dengan suasana di dalam rumah itu. Mereka langsung menyibak tirai yang terbuat dari kulit-kulit untuk menuju bagian dapur.

Tampak dua orang makhluk itu sedang berdiri di sebelah meja jagal bersama Chris. Makhluk perempuan menjepit leher Chris dengan sikunya. Suara Chris tercekat dan ia terlihat kesulitan bernafas. Mereka berdiri di sebelah kiri dan ketiga pria berada di sebelah kanan.

Kini mereka semua berada di dapur rumah jagal. Adly yang berada paling belakang melihat sebuah panci di sebelah kanannya. Panci berukuran sangat besar itu berisi air mendidih seperti sedang merebus sesuatu.

Tungku untuk merebus itu juga berukuran sangat besar. Kayu-kayu bakarnya berasal dari pohon-pohon kecil yang sudah mengering. Adly bergidik ngeri melihat sepanci besar air yang sedang mendidih dan memercik-mercik keluar.

Kedua makhluk itu tertawa-tawa puas melihat kedatangan tamu yang begitu banyak di rumah mereka. Makhluk yang tadi sempat dibuat babak belur oleh mereka bertiga kini telah menggenggam sebuah pisau besar yang terlihat sangat tajam.

Dia mengarahkan pisau itu ke arah perut Chris dan tertawa mengejek. Ludahnya berhamburan keluar menetes-netes sangat menjijikkan. Firza melirik busur silang yang berada di genggamannya, otaknya berpikir bagaimana cara menggunakan benda itu.

"Let Him go... (Lepaskan dia)" suara Hilmi terdengar rendah. Sudah tidak begitu percaya diri karena melihat Chris yang sudah tampak kepayahan bernafas.

Bagaimana mereka akan membebaskan Chris jika di perut temannya itu diletakkan sebuah pisau tajam yang kapan saja bisa merobek perutnya.

Firza kembali melirik busur silang di tangannya. Dalam diamnya, ia mencoba mempelajari busur itu. Dengan sebelah tangan kanan Firza mencoba meraba dan memastikan busur sederhana itu berfungsi.

Ketika akhirnya dia paham, pria itu mengangkat busur silang ke depan wajahnya dengan posisi siap menembak.

"You didn't hear? Let Him go. (Kau tak dengar? Lepaskan dia)" Firza mengarahkan busurnya ke wajah makhluk wanita yang menjepit leher Chris.

Jarak mereka berhadap-hadapan hanya sekitar 8 langkah. Dan kedua makhluk itu terperanjat saat melihat Firza mengarahkan busur itu ke makhluk perempuan.

Ekspresi yang diperlihatkan kedua makhluk itu bisa memastikan kalau busur silang itu masih berfungsi dengan baik. Saat Firza dengan percaya diri menggenggam erat busur itu, telinganya mendengar pintu rumah terbuka. Langkah-langkah kaki berat dan benda yang terseret terdengar mendekati mereka.

Firza melirik ke balik celah kulit-kulit pemisah ruangan yang sedikit tersibak. Tangannya masih terangkat menggenggam busur itu yang sekarang mengarah ke suara yang sedang mendekat. Ketika tirai kulit terbuka memperlihatkan satu makhluk lain yang datang, jantung Firza mencelos. Lututnya lemas.

Seorang makhluk laki-laki besar tinggi dengan rambut terikat rumit di atas kepalanya datang sambil menyeret Shena. Tangan makhluk itu melingkari leher Shena dengan ketat.

"Fir...." lirih Shena memanggil Firza dengan suara tercekat. Firza menurunkan busur yang digenggamnya. Dirinya merasa bodoh sekali telah meninggalkan Shena sendirian di tempat itu.

...***...

...To Be Continued...

...Jangan lupa tombol likenya ditebas ya......

Terpopuler

Comments

Rinisa

Rinisa

Cerita nya sangat menegangkan
Serasa ikut tahan nafas...🤭

2025-03-15

1

Wo Lee Meyce

Wo Lee Meyce

tegang bacax,,,serasa aku yg alami

2024-11-21

0

PHSNR👾

PHSNR👾

duuhhh ya ampuunn, sport jantung 😥😥

2025-02-19

1

lihat semua
Episodes
1 1. Secangkir Kopi Stres
2 2. Pengangguran Officially
3 3. Berangkat ...!
4 4. Mister Fingers
5 5. One of Destiny?
6 6. Malam Panjang
7 7. Serangan Panik
8 8. Orang Asing
9 9. Luluh Lantak
10 10. First Night
11 11. Makhluk Asing
12 12. Bangsa Pemangsa
13 13. Potongan Lain
14 14. Tepian Sungai
15 15. Puisi Pendek
16 16. Konspirasi Tim Pencari
17 17. Mulai Membunuh
18 18. Hari Keempat
19 19. Terperangkap
20 20. Busur Silang
21 21. Api Unggun Besar
22 22. Para Teman Baru
23 23. Tiga Pemuda
24 24. Poor Me
25 25. Relationship
26 26. A Last Dinner
27 27. Let You Go
28 28. Naja Alshena
29 29. Firza Alamsyah
30 30. Segelas Kopi Rindu
31 31. It's You?
32 32. Persiapan
33 33. The Crew
34 34. Menuju Bukaan Sempurna
35 35. Yes, It's You
36 36. Z-na-ctk-bgt
37 37. Hari Yang Apes
38 38. Tamu Tak Diundang
39 39. Finally Meet You
40 40. Di Teras Temaram
41 41. Dalam Sebuah SUV
42 42. The Surgeon
43 43. Young, Dumb and Broke
44 44. The Warm You
45 45. Dari Shena Tentang Firza.
46 46. Dari Firza Tentang Shena
47 47. Our First Trip
48 48. Janji Di Atas Atap
49 49. Perkenalan Kembali
50 50. Mantan (1)
51 51. Mantan (2)
52 52. Kesan Pertama
53 53. Naik Daun
54 54. Pendatang Baru
55 55. Mulai Ngelunjak
56 56. Tinggalkanku
57 57. Dilema
58 58. My Medicine
59 59. Note Paper
60 60. Get Me Wrong
61 61. Jalan Malam
62 62. Berpapasan
63 63. Let Me Explain Later
64 64. Kemana Kita?
65 65. Bukan Pecundang
66 66. This is The End
67 67. Post it Again
68 68. My Limit
69 69. Kabur
70 70. Tamu Tak Diundang
71 71. Firza Saha?
72 72. Penjelasan
73 73. Drama Kampung
74 74. Can't Let You Go
75 75. Deep Conversation
76 76. Sabtu Malam Ala Subang
77 77. Gara-Gara Dadang
78 78. Restu
79 79. Back to Coffeeshop
80 80. Kejutan Lainnya
81 81. Strong Shena
82 82. Are You Okay?
83 83. Buntu
84 84. SHM
85 85. To My Beloved
86 86. Thankyou Dear
87 87. Melepas Rindu
88 88. Forum di Dalam Forum
89 89. Focus on You
90 90. Prepare
91 91. Makan Besar
92 92. Negeri Asal Rendang
93 93. XL
94 94. Obat Gelisah
95 95. Ketemu Mamak
96 96. Cinta di Ranah Minang
97 97. Demam Panggung
98 98. Akhirnya Sah
99 99. Meriang
100 100. Positif ??
101 101. Mules
102 102. Tahan Dulu
103 103. Our Sunshine
104 104. Alya Anak Ayah
105 105. This is Our Fate
106 PENGUMUMAN
107 EXTRA PART 1
108 EXTRA PART 2
Episodes

Updated 108 Episodes

1
1. Secangkir Kopi Stres
2
2. Pengangguran Officially
3
3. Berangkat ...!
4
4. Mister Fingers
5
5. One of Destiny?
6
6. Malam Panjang
7
7. Serangan Panik
8
8. Orang Asing
9
9. Luluh Lantak
10
10. First Night
11
11. Makhluk Asing
12
12. Bangsa Pemangsa
13
13. Potongan Lain
14
14. Tepian Sungai
15
15. Puisi Pendek
16
16. Konspirasi Tim Pencari
17
17. Mulai Membunuh
18
18. Hari Keempat
19
19. Terperangkap
20
20. Busur Silang
21
21. Api Unggun Besar
22
22. Para Teman Baru
23
23. Tiga Pemuda
24
24. Poor Me
25
25. Relationship
26
26. A Last Dinner
27
27. Let You Go
28
28. Naja Alshena
29
29. Firza Alamsyah
30
30. Segelas Kopi Rindu
31
31. It's You?
32
32. Persiapan
33
33. The Crew
34
34. Menuju Bukaan Sempurna
35
35. Yes, It's You
36
36. Z-na-ctk-bgt
37
37. Hari Yang Apes
38
38. Tamu Tak Diundang
39
39. Finally Meet You
40
40. Di Teras Temaram
41
41. Dalam Sebuah SUV
42
42. The Surgeon
43
43. Young, Dumb and Broke
44
44. The Warm You
45
45. Dari Shena Tentang Firza.
46
46. Dari Firza Tentang Shena
47
47. Our First Trip
48
48. Janji Di Atas Atap
49
49. Perkenalan Kembali
50
50. Mantan (1)
51
51. Mantan (2)
52
52. Kesan Pertama
53
53. Naik Daun
54
54. Pendatang Baru
55
55. Mulai Ngelunjak
56
56. Tinggalkanku
57
57. Dilema
58
58. My Medicine
59
59. Note Paper
60
60. Get Me Wrong
61
61. Jalan Malam
62
62. Berpapasan
63
63. Let Me Explain Later
64
64. Kemana Kita?
65
65. Bukan Pecundang
66
66. This is The End
67
67. Post it Again
68
68. My Limit
69
69. Kabur
70
70. Tamu Tak Diundang
71
71. Firza Saha?
72
72. Penjelasan
73
73. Drama Kampung
74
74. Can't Let You Go
75
75. Deep Conversation
76
76. Sabtu Malam Ala Subang
77
77. Gara-Gara Dadang
78
78. Restu
79
79. Back to Coffeeshop
80
80. Kejutan Lainnya
81
81. Strong Shena
82
82. Are You Okay?
83
83. Buntu
84
84. SHM
85
85. To My Beloved
86
86. Thankyou Dear
87
87. Melepas Rindu
88
88. Forum di Dalam Forum
89
89. Focus on You
90
90. Prepare
91
91. Makan Besar
92
92. Negeri Asal Rendang
93
93. XL
94
94. Obat Gelisah
95
95. Ketemu Mamak
96
96. Cinta di Ranah Minang
97
97. Demam Panggung
98
98. Akhirnya Sah
99
99. Meriang
100
100. Positif ??
101
101. Mules
102
102. Tahan Dulu
103
103. Our Sunshine
104
104. Alya Anak Ayah
105
105. This is Our Fate
106
PENGUMUMAN
107
EXTRA PART 1
108
EXTRA PART 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!