13. Potongan Lain

Firza dan Shena masih memejamkan mata, ciuman mereka berakhir ketika Firza menariknya ke dalam dekapan. Shena membenamkan wajahnya di dada pria itu.

Langkah-langkah kaki semakin mendekat ketika tiba-tiba saja seekor babi hutan keluar dari balik pohon yang jaraknya tak sampai satu meter dari tempat mereka. Para makhluk itu tampaknya terkejut dan seperti memaki-maki dalam bahasa yang di telinga Shena seperti orang yang sedang kumur-kumur sikat gigi.

Salah seorang dari makhluk itu tampaknya menusuk babi hutan itu dan tertawa-tawa. Mereka berjalan menjauhi pohon tempat Shena dan Firza bersembunyi.

Perlahan Shena mengangkat wajahnya untuk melihat Firza, Firza masih menjulurkan kepalanya dari balik pohon untuk melihat kemana makhluk-makhluk mengerikan itu pergi.

Shena melihat kemeja Firza telah basah oleh airmatanya. Firza kemudian melihat Shena, pandangan mata sayu Firza begitu dalam menatapnya. Entah apa maksud pandangan itu, tapi mereka saling menatap tanpa bicara lebih dari 10 detik. Nafas pria itu masih tersengal-sengal saat pandangan mereka saling bertemu.

Kemudian Firza memeluk Shena lagi, kepala Shena tepat berada dibawah dagunya.

"Maaf." Firza menggumam lirih sambil mencium puncak kepala Shena.

Shena tak menyadari kalau pria itu baru saja mencium kepalanya yang sudah pasti tak karuan aromanya.

Merasa baru saja lepas dari maut, mereka kembali ke lokasi mereka, masih dengan mengendap-endap. Kaki Shena masih terasa sakit jika dibawa berjalan cepat. Tapi karena insiden darurat yang barusan terjadi, dia merasakan kalau kakinya sudah lebih bisa diajak kompromi.

Segala sesuatu yang terjadi karena terpaksa memang tak ada kata tidak bisa. Sekarang kakinya terpaksa sembuh sendiri.

Seandainya bukan karena di tengah hutan begini, karena keseleonya ini, mungkin saja dia memakai kursi roda dan didorong ke mana-mana oleh Ramon.

Ahh... Ramon lagi... Ramon lagi. Shena menggeleng dan berdecak pelan menepis pikirannya.

Ini sudah memasuki hari kedua mereka di hutan, para penumpang yang berasal dari benua yang sama terlihat lebih cepat akrab. Chen sang suami dari pasangan yang berbulan madu ternyata orang yang cukup humoris. Meski terkadang Shena tak mengerti apa yang dibicarakannya bersama sang istri dalam bahasa mandarin, tapi melihat sang istri tertawa, Shena tahu kalau Chen berusaha menghibur istrinya.

Chen juga sering tertawa ke arah Shena jika menyadari Shena sedang mengamati mereka. Shena mengetahui nama pria itu ketika Chris memanggilnya. Setiap berbicara, Chris dan Chen juga selalu menggunakan bahasa Mandarin dengan aksen yang sama.

Firza dan Shena kembali duduk di tempat mereka. Hilmi mendatangi mereka seperti hendak membicarakan sesuatu, tapi pemuda itu malah terlihat heran dengan ekspresi Firza.

"Are you fever bro? Your face turned red, (Kamu demam? Wajahmu memerah)" tukas Hilmi pada Firza.

Shena berpura-pura tidak mendengarnya dengan membuka tas dan mengaduk-aduk isinya. Dia tak mencari apa-apa. Shena tidak penasaran kenapa wajah Firza memerah. Syok yang baru saja mereka alami dan apa yang mereka lakukan di balik pohon sudah merupakan alasan yang kuat bagi pria maskulin di sebelahnya itu untuk tersipu.

Untungnya Hilmi hanya mengamati wajah Firza, padahal wajah Shena mungkin terlihat lebih kacau lagi.

"I am okay, I just feel hot. (Aku baik-baik saja, cuma kepanasan)" Firza terkekeh dan kemudian Hilmi tersenyum seperti menyadari sesuatu.

"Saya nak cakap, dua lelaki asing berkulit gelap seperti mengetahui sesuatu. Mereka berdua selalu berbisik-bisik sambil memandang kami semua. The other one left, not back yet (Yang satunya pergi, belum kembali). Mungkin pergi ke tandas."

Firza melihat ke arah Mike yang duduk sendirian menunduk mengusap-usap kepalanya. Firza ingin memberitahu kepada ketiga pemuda itu apa yang baru saja mereka lihat tadi bersama Shena. Tapi Firza tak ingin menimbulkan kesan kepada para penumpang lain bahwa mereka membentuk kelompok di dalam kelompok.

Kemudian Firza berbisik kepada Hilmi. "Sebelum kembali kesini kami berpapasan dengan tiga orang makhluk yang sangat aneh dan mengerikan. Awalnya Shena mengira itu Hana karena salah seorangnya mengenakan pakaian Hana. Tapi ternyata bukan. Entah apa yang terjadi pada Hana, dan makhluk-makhluk itu sedang membawa bagian tubuh manusia."

Hilmi membelalakkan matanya, Firza memberi kode agar tetap tenang kemudian dia melanjutkan.

"Sepertinya makhluk-makhluk itu yang membawa semua mayat dari dalam pesawat. I think their place is not far from here. Shena and I almost got caught earlier. Tell your friends and that couple, we are not safe to stay long in one place. (Menurutku tempat tinggal makhluk itu tak jauh dari sini. Aku dan Shena hampir saja tertangkap barusan. Beritahu temanmu dan pasangan itu, kita tak akan aman kalau terlalu lama berada di sini)"

Hilmi menelan ludahnya berkali-kali, kemudian segera paham apa yang dimaksud Firza dia berdiri dan kembali duduk bersama teman-temannya.

Shena mengeluarkan syalnya dari tas, benda itu sangat menolong untuk membuatnya merasa aman dan dekat dengan rumah. Baginya syal itu mengeluarkan aroma bantal dan tempat tidurnya. Dia tak memakainya, hanya melihat dan melipat kembali syal itu serta memasukkannya kembali ke tas. Dia khawatir syal itu bakal kotor atau hilang.

Firza meneguk air mineral yang isinya tinggal setengah, kemudian dia menawarkannya pada Shena. Shena mengambil botol air itu dari tangan Firza dan meneguknya. Sambil minum terbayang di kepala Shena betapa panas dan mendebarkannya ciuman mereka tadi.

Tapi demi apapun di dunia ini dia tak akan mau lagi berciuman dalam keadaan sambil bertaruh nyawa seperti tadi.

Shena sadar Firza melakukannya mungkin untuk mengalihkan pikiran Shena akan situasi mereka saat itu. Ditambah lagi mengingat mereka belum ada yang sikat gigi sejak mendarat di hutan ini, Shena tersenyum geli.

Aroma dan rasa bibir pria itu tetap enak baginya, hampir yakin Shena memastikan bahwa Firza bukanlah seorang perokok. Karena aroma Firza terasa begitu menyegarkan di mulut Shena.

Sebelum pikiran kotor lain masuk ke pikirannya, Firza membuka percakapan.

"Menurutku kita harus berpindah tempat sesering mungkin, bahaya sekali kalo kita berada disini terlalu lama. Kita belum tau apa yang ditakuti makhluk itu. Dan makhluk itu jelas-jelas memangsa manusia. Menurutku mereka semacam kanibal penghuni hutan ini. Apa ga pernah ada yang mengetahui keberadaan makhluk ini ya? Karna seingatku, aku belum pernah ngebacanya di jurnal mana pun." Firza berbicara sambil menulis diatas tanah menggunakan ranting, lebih tepatnya dia hanya menggambar bentuk lingkaran berulang-ulang. Pandangannya mengarah ke atas tanah dan lingkaran yang digambarnya.

"Kemana pun kamu pergi, aku ikut. Jangan tinggalin aku sendirian di sini," sambung Shena.

Shena menanggapi perkataan Firza dengan menepuk-nepuk pelan punggung pria itu. Dia paham kalau saat ini Firza sebenarnya juga takut dan frustasi.

"Suasana disini ga enak banget, aku boleh nyanyi ga? Pelan aja kok, aku juga kasian ama telinga kamu."

Shena hanya ingin membuat Firza merasa santai.

Dia menyadari kalau dirinya sekarang adalah beban bagi Firza dan pria itu mengetahui keadaan hutan ini lebih baik dari dirinya. Sebenarnya mudah bagi Firza untuk menyelamatkan diri sendiri tanpa harus menggotongnya ke mana-mana.

Firza menoleh ke arah Shena ketika perempuan itu mengatakan ingin bernyanyi, Firza tersenyum dan mengangguk.

Di lain sisi Firza merasa kalau Shena sedang depresi dengan keadaan mereka sekarang, tapi juga Firza merasa perempuan itu hanya sedang mencoba untuk menenangkannya.

Suara Shena yang bersenandung lirih tampaknya didengar oleh semua orang di kelompok mereka. Karena semuanya diam seperti ikut menikmati dalam suasana tegang yang khusyuk. Tak ada yang protes meski bisa dibilang suara Shena biasa saja tapi lagu yang dinyanyikannya bagai menyuarakan isi hatinya saat itu.

"Ku berandai kau disini mengobati rindu ruai

Dalam sunyi ku sendiri meratapi

Perasaan yang tak jua di dengar

Tak kan apa bila rasa ini tumbuh sendirinya

Tak berdaya diri bila di antara

Walau itu hanya bayang - bayangmu

Senyumanmu yang indah bagaikan candu

Ingin trus ku lihat walau dari jauh

Skarang aku pun sadari semua hanya mimpiku

Yang berkhayal akan bisa bersamamu"

Sesaat Shena berhenti menarik nafas dan melirik Firza, pria itu nyengir dan bergumam. "Hmm... lagu untuk mantan rupanya."

Shena meninju pelan lengan Firza dan berkata, "enak aja." Sambil memonyongkan mulutnya manja.

Shena tak bisa mengatakan lagu itu dinyanyikannya untuk Ramon, tapi lebih ke perasaan yang mungkin akan dirasakannya saat dia berpisah dengan Firza nanti.

Seandainya situasi mereka saat itu hanyalah camping sabtu-minggu dari kampus mungkin Shena bisa saja menyanyikan lagu yang lebih ceria. Dan Firza kemungkinan besar akan menjadi crush-nya di kampus khayalannya itu.

Ketika suasana hangat dan perasaan aman sedang menyebar di antara mereka, tiba-tiba saja Mike, si pria asing botak dan berkacamata berdiri dan berteriak.

"Help Freddie Guys... there is must be something happen to him. It's been over an hour, but he's not back yet. Something must happened. He said he would go pee for a while. (Tolong Freddie... Pasti terjadi sesuatu padanya. Sudah lebih satu jam dan dia belum kembali. Pasti terjadi sesuatu. Dia mengatakan hanya buang air kecil sebentar)"

Di antara mereka tak ada yang menyadari jika salah seorang pria asing itu belum kembali ke tempat mereka berada. Mungkin dikarenakan kedua pria asing itu selalu tampak asik membicarakan sesuatu yang tak dimengerti orang lain di kelompok itu.

Freddie yang beberapa kali bergelagat ingin menggoda Shena sudah sejam lebih belum kembali dari buang air kecil. Tak ada yang ingin pergi berlama-lama memisahkan diri dalam situasi mereka sekarang jika tak terjadi sesuatu.

Mike, temannya Freddie tampak frustasi. Pria itu menggaruk-garuk kepalanya meski kepalanya tanpa rambut. Dia juga menendang-nendang benda apapun yang berada di dekatnya berdiri, meninju udara kosong di hadapannya.

Gejala kecemasan tergambar jelas dalam perilaku Mike. Firza dan ketiga pemuda berdiri menghampirinya dan mencoba menenangkan.

"Calm down Sir. Breath in. We will look for your friend. (Tenang Pak, bernafas seperti biasa. Kita akan mencari temanmu)" Firza menepuk-nepuk bahu Mike.

"Where is he going? (Kemana dia pergi?)" Adly bertanya pada Mike. Mike menunjukkan arah belakang tempat mereka duduk tadi.

Kemudian Adly berkata sambil melihat wajah teman-temannya. "Let find him together (Ayo temukan dia sama-sama)"

Firza cepat menyanggah ajakan Adly dan berbicara.

"Jangan semua. Harus ada yang tetap di sini. Hilmi dan Chris tetap di sini. Chen menjaga istrinya, sedangkan Saida dan Shena sendirian. Hilmi dan Chris bisa menjaga mereka disini. I am go with you (Aku pergi denganmu)"

Hilmi dan Chris mengangguk, Shena yang mendengar percakapan mereka kembali merasa was-was karena akan ditinggal Firza. Shena tak menyukai situasi jika harus berjauhan apalagi berpisah dengan pria itu di hutan ini. Tapi dia tak boleh egois, mereka saling membutuhkan satu sama lain sekarang.

Tak membutuhkan waktu lama bagi ketiga pria itu untuk segera beranjak menuju tempat yang ditunjuk oleh Mike. Matahari sudah semakin tinggi, mereka yang ditinggalkan di tempat itu hanya bisa diam sibuk dengan pikiran masing-masing. Pepohonan yang tidak begitu rapat terkadang membuat mereka bisa melihat hewan-hewan kecil yang melintas.

Tapi pepohonan yang tidak begitu rapat ini juga membawa ketakutan tersendiri bagi Shena dikarenakan dirinya merasa begitu terekspos dari kejauhan. Makhluk-makhluk asing di luar sana dengan mudah bisa mengamati mereka. Itu sebabnya Shena selalu mencari pohon yang rapat dan terlindung sebagai tempatnya beristirahat.

Firza, Adly dan Mike sudah berjalan kira-kira seratus meter ketempat yang ditunjukkan oleh Mike tapi belum juga ada tanda-tanda Freddie di sekitar sana.

Mike mengangkat kedua telapak tangannya ke mulut hendak berteriak memanggil temannya tapi Firza menahannya. Firza khawatir suara Mike akan menuntun makhluk-makhluk itu ke arah mereka.

Kemudian Firza mengajak dua orang teman seperjalanannya itu untuk memutar searah jarum jam. Adly mematahkan dahan-dahan pohon rendah yang bisa dijangkaunya untuk membuat tanda di jalan yang mereka lalui.

Mike berjalan lebih dulu dengan tergesa-gesa, dia sepertinya tak sabar ingin mengetahui nasib temannya itu. Tak sampai 50 meter mereka berjalan, Mike jatuh ambruk sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Oh My God...Oh My God. They eat him. Oh My God Freddie. Poor Freddie. You said that they won't eat you up. You said that they won't eat you because we're the same. Oh No... they will eat me soon. (Oh Tuhan... Oh Tuhan. Mereka memakannya. Oh Tuhan, Freddie. Freddie yang malang. Kau mengatakan bahwa makhluk itu tak akan memakanmu, karena berkulit serupa. Oh Tidak, mereka pasti akan memangsaku juga)" Mike meraung sejadi-jadinya.

Mike menjerit-jerit membelakangi sesuatu yang telah dilihatnya di atas tanah tadi. Firza dan Adly mendekati sesuatu itu dan melihatnya dari jarak dekat.

Tampak oleh mereka Freddie tergeletak dengan kondisi yang mengenaskan. Tangan dan kaki kirinya tidak ada lagi. Bagian lengan kemeja dan celananya yang terpotong terletak di dekatnya. Keningnya berdarah seperti penyok ke dalam, tanda bahwa sesuatu yang keras menghantam wajahnya dari depan. Karena wajah itu rusak parah. Itu juga berarti Freddie melihat orang yang melakukan itu padanya ketika ia diserang.

Adly menjauh dan muntah di belakang Firza. Firza masih mengamati kondisi mayat Freddie. Mike terus meraung-raung dan meracau mengatakan hal-hal aneh.

Firza berbalik dan berbicara pada Adly.

"Potongan kaki yang kulihat bersama Shena dan dibawa oleh makhluk-makhluk itu adalah kaki Freddie. Itu pasti kaki Freddie. Freddie sudah dibunuh sejak dua jam yang lalu saat aku dan Shena berpapasan dengan mereka. Kemungkinan besar makhluk itu akan kembali ke sini untuk mengambil potongan tubuh Freddie yang lain. Kita harus segera menjauh."

Adly yang memahami maksud Firza terhuyung-huyung menarik lengan Mike untuk pergi. Tubuh Mike yang besar menyulitkan Adly sehingga Firza ikut menarik Mike untuk pergi dari sana.

Setengah terengah-engah dalam perjalananan kembali mereka, Firza bertanya pada Mike dalam bahasa yang dimengerti pria itu, "Apa maksudmu mengatakan kalau Freddie pernah bilang makhluk itu tak akan memangsa kalian?"

Mike masih meracau dalam bahasa asing yang berarti : "Aku tak tau, tapi Freddie bilang dia tak takut, makhluk itu sudah lama tinggal di hutan ini, mereka hanya memangsa orang asing tapi tidak dengan yang berwarna kulit yang sama dengan mereka. Tapi mereka memakan Freddie. Mereka pasti akan memakanku juga. Ya Tuhan.. kukira selama ini makhluk itu hanya mitos saja. Habislah aku. Lebih baik aku mati saja ketika pesawat itu jatuh disini."

Pria asing itu terus menangis tersedu-sedu. Tak menyangka seoramg pria dengan tubuh sebesar itu ternyata bisa menangis tak henti-henti seperti anak kecil.

"Oh My God, they will definitely chop me up, I'm just waiting for the time.(Oh Tuhan, mereka akan mencincangku, aku hanya tinggal menunggu waktu.)" Mike kembali meratap.

Mike mengatakan semua hal yang ada dipikirannya saat itu. Firza dan Adly tetap konsentrasi berjalan cepat menarik Mike untuk pergi sejauh-jauhnya dari sana.

Pikiran Firza berjejalan di dalam kepalanya.

Berarti selama ini kedua pria asing yang bersama mereka tau makhluk apa yang sedang mengawasi mereka di dalam hutan. Alasan Freddie begitu santai selama ini adalah karena Freddie percaya diri tak akan dimangsa oleh makhluk-makhluk itu. Persediaan air mereka menipis, dan mereka harus segera berpindah tempat sesering mungkin. Mereka harus bergerak selangkah lebih dulu ketimbang makhluk-makhluk itu. Tapi tampaknya malam ini mereka masih akan aman beristirahat karena Freddie sudah tersaji untuk 'makan malam' mereka.

Terbayang lagi di kepalanya, tubuh Freddie dengan sebelah tangan dan kaki. Potongan tubuh itu begitu halus menandakan bahwa senjata pemotongnya sangatlah tajam dan pelakunya sangatlah mahir melakukan hal itu.

Di mana ada mata air, di situ ada kehidupan. Mereka harus segera mencari sungai.

Firza memantapkan rencananya untuk segera menemui Shena dan berkemas. Mereka harus pergi sebelum gelap.

...***...

...To Be Continued...

...Mohon dibantu likenya ya......

...Terimakasih...

Terpopuler

Comments

Shu Chade

Shu Chade

Hebat

2024-04-28

0

Shu Chade

Shu Chade

Apa judul lagu ni.. Please...

2024-04-28

0

Mytha🕊

Mytha🕊

babang firza emang idamna bgt dah akh 🫠

2024-03-07

0

lihat semua
Episodes
1 1. Secangkir Kopi Stres
2 2. Pengangguran Officially
3 3. Go Baby Go
4 4. Mister Fingers
5 5. One of Destiny?
6 6. Malam Panjang
7 7. Serangan Panik
8 8. Orang Asing
9 9. Luluh Lantak
10 10. First Night
11 11. Makhluk Asing
12 12. Bangsa Pemangsa
13 13. Potongan Lain
14 14. Tepian Sungai
15 15. Puisi Pendek
16 16. Konspirasi Tim Pencari
17 17. Mulai Membunuh
18 18. Hari Keempat
19 19. Terperangkap
20 20. Busur Silang
21 21. Api Unggun Besar
22 22. Para Teman Baru
23 23. Tiga Pemuda
24 24. Poor Me
25 25. Relationship
26 26. A Last Dinner
27 27. Let You Go
28 28. Naja Alshena
29 29. Firza Alamsyah
30 30. Segelas Kopi Rindu
31 31. It's You?
32 32. Persiapan
33 33. The Crew
34 34. Menuju Bukaan Sempurna
35 35. Yes, It's You
36 36. Z-na-ctk-bgt
37 37. Hari Yang Apes
38 38. Tamu Tak Diundang
39 39. Finally Meet You
40 40. Di Teras Temaram
41 41. Dalam Sebuah SUV
42 42. The Surgeon
43 43. Young, Dumb and Broke
44 44. The Warm You
45 45. Dari Shena Tentang Firza.
46 46. Dari Firza Tentang Shena
47 47. Our First Trip
48 48. Janji Di Atas Atap
49 49. Perkenalan Kembali
50 50. Mantan (1)
51 51. Mantan (2)
52 52. Kesan Pertama
53 53. Naik Daun
54 54. Pendatang Baru
55 55. Mulai Ngelunjak
56 56. Tinggalkanku
57 57. Dilema
58 58. My Medicine
59 59. Note Paper
60 60. Get Me Wrong
61 61. Jalan Malam
62 62. Berpapasan
63 63. Let Me Explain Later
64 64. Kemana Kita?
65 65. Bukan Pecundang
66 66. This is The End
67 67. Post it Again
68 68. My Limit
69 69. Kabur
70 70. Tamu Tak Diundang
71 71. Firza Saha?
72 72. Penjelasan
73 73. Drama Kampung
74 74. Can't Let You Go
75 75. Deep Conversation
76 76. Sabtu Malam Ala Subang
77 77. Gara-Gara Dadang
78 78. Restu
79 79. Back to Coffeeshop
80 80. Kejutan Lainnya
81 81. Strong Shena
82 82. Are You Okay?
83 83. Buntu
84 84. SHM
85 85. To My Beloved
86 86. Thankyou Dear
87 87. Melepas Rindu
88 88. Forum di Dalam Forum
89 89. Focus on You
90 90. Prepare
91 91. Makan Besar
92 92. Negeri Asal Rendang
93 93. XL
94 94. Obat Gelisah
95 95. Ketemu Mamak
96 96. Cinta di Ranah Minang
97 97. Demam Panggung
98 98. Akhirnya Sah
99 99. Meriang
100 100. Positif ??
101 101. Mules
102 102. Tahan Dulu
103 103. Our Sunshine
104 104. Alya Anak Ayah
105 105. This is Our Fate
106 PENGUMUMAN
107 EXTRA PART 1
108 EXTRA PART 2
Episodes

Updated 108 Episodes

1
1. Secangkir Kopi Stres
2
2. Pengangguran Officially
3
3. Go Baby Go
4
4. Mister Fingers
5
5. One of Destiny?
6
6. Malam Panjang
7
7. Serangan Panik
8
8. Orang Asing
9
9. Luluh Lantak
10
10. First Night
11
11. Makhluk Asing
12
12. Bangsa Pemangsa
13
13. Potongan Lain
14
14. Tepian Sungai
15
15. Puisi Pendek
16
16. Konspirasi Tim Pencari
17
17. Mulai Membunuh
18
18. Hari Keempat
19
19. Terperangkap
20
20. Busur Silang
21
21. Api Unggun Besar
22
22. Para Teman Baru
23
23. Tiga Pemuda
24
24. Poor Me
25
25. Relationship
26
26. A Last Dinner
27
27. Let You Go
28
28. Naja Alshena
29
29. Firza Alamsyah
30
30. Segelas Kopi Rindu
31
31. It's You?
32
32. Persiapan
33
33. The Crew
34
34. Menuju Bukaan Sempurna
35
35. Yes, It's You
36
36. Z-na-ctk-bgt
37
37. Hari Yang Apes
38
38. Tamu Tak Diundang
39
39. Finally Meet You
40
40. Di Teras Temaram
41
41. Dalam Sebuah SUV
42
42. The Surgeon
43
43. Young, Dumb and Broke
44
44. The Warm You
45
45. Dari Shena Tentang Firza.
46
46. Dari Firza Tentang Shena
47
47. Our First Trip
48
48. Janji Di Atas Atap
49
49. Perkenalan Kembali
50
50. Mantan (1)
51
51. Mantan (2)
52
52. Kesan Pertama
53
53. Naik Daun
54
54. Pendatang Baru
55
55. Mulai Ngelunjak
56
56. Tinggalkanku
57
57. Dilema
58
58. My Medicine
59
59. Note Paper
60
60. Get Me Wrong
61
61. Jalan Malam
62
62. Berpapasan
63
63. Let Me Explain Later
64
64. Kemana Kita?
65
65. Bukan Pecundang
66
66. This is The End
67
67. Post it Again
68
68. My Limit
69
69. Kabur
70
70. Tamu Tak Diundang
71
71. Firza Saha?
72
72. Penjelasan
73
73. Drama Kampung
74
74. Can't Let You Go
75
75. Deep Conversation
76
76. Sabtu Malam Ala Subang
77
77. Gara-Gara Dadang
78
78. Restu
79
79. Back to Coffeeshop
80
80. Kejutan Lainnya
81
81. Strong Shena
82
82. Are You Okay?
83
83. Buntu
84
84. SHM
85
85. To My Beloved
86
86. Thankyou Dear
87
87. Melepas Rindu
88
88. Forum di Dalam Forum
89
89. Focus on You
90
90. Prepare
91
91. Makan Besar
92
92. Negeri Asal Rendang
93
93. XL
94
94. Obat Gelisah
95
95. Ketemu Mamak
96
96. Cinta di Ranah Minang
97
97. Demam Panggung
98
98. Akhirnya Sah
99
99. Meriang
100
100. Positif ??
101
101. Mules
102
102. Tahan Dulu
103
103. Our Sunshine
104
104. Alya Anak Ayah
105
105. This is Our Fate
106
PENGUMUMAN
107
EXTRA PART 1
108
EXTRA PART 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!