20. Persiapan dan Pilihan

*Haqqul POV*

 

 

Sfx:Tep... Sraaakk... Klekk..! Sriingg...

 

 

 

 

 

 

Aku berada dalam gudang persenjataan milik keluarga andhika, dan sedang memilah beberapa katana yang akan di pakai untuk menebas kumpulan mayat hidup di luar sana.

"Seperti nya ini sangat tajam dan juga tidak mudah patah, aku yakin paman agung memiliki katana dengan material yang paling berkualitas tinggi..." gumam ku dalam hati sambil mengamati corak dan mata katana.

"Tapi... Disini yang kulihat hanya lah katana, kurasa aku harus mengambil digudang lain.." pikir ku dalam hati yang kemudian menyarungkan katana yang kuamati tadi, lalu menyanggul nya di pinggang kiri ku.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sfx:Sreekk...! Jduaakk!

 

 

 

 

 

 

 

 

Tiba-tiba pintu tergeser dan dua orang wanita terjatuh masuk ke gudang, ternyata annisa dan sari yang mengintip dari pintu.

"Aduuh... Sakit... Nya.." ucap annisa yang agak kesakitan.

"Kakak... Sakit ya jatuh nya?" timpal sari yang jatuh menimpa tubuh annisa dengan wajah polos nya.

Sari kemudian turun dari tubuh annisa dan duduk dilantai, annisa mencoba duduk dan mengelus kening nya yang agak benjol.

"Kalian berdua tidak apa-apa? Apa ada yang terluka?" kata ku yang menghampiri mereka dan menolong nya.

"Iya aku tidak apa apa, haqqul"

"Kak haqqul, tadi kak anisa tanya ke paman agung, kemana kakak dan akhir nya sampai kemari" ucap sari dengan polos nya.

"Jadi begitu ya, sari" kata ku singkat lalu menggendong sari dengan muka datar.

"Lain kali berhati-hati lah, annisa" sambung ku sambil mengulurkan tangan.

"Emm... Iya baiklah.." sahut annisa yang menerima uluran ku dan mencoba berdiri.

Aku mengajak annisa dan sari untuk membereskan beberapa kotak kayu dan kardus, sari kuturunkan dan annisa mulai membantu membereskan dan sari juga ikut membantu menyusun kotak kayu kecil.

"Apa sari tidak berat bantu juga?" tanya annisa dengan menyusun kardus dengan rapi.

"Tidak kok kak, aku ingin membantu kak haqqul dan kak annisa" jawab sari dengan senyum polos.

"Terima kasih ya, sari" ujar ku yang mengelus kepala sari sambil menunjukkan senyuman mata.

 

 

*Annisa POV*

 

 

Kutata dengan rapi semua kardus, lalu tidak sengaja aku melihat senyuman mata haqqul dengan mengelus kepala sari yang sedang tersenyum polos.

Hati ku berdebar kencang, melihat senyuman mata nya membuat pipi ku sedikit memerah. Aku tidak pernah melihat haqqul tersenyum seperti itu sebelum nya, biasa nya bermuka dingin dan datar tapi keren, namun kenapa saat ini yang kulihat diri nya saat ini begitu hangat.

Aku sedikit gugup dan canggung ketika haqqul melihat ku dan juga sari, karena gugup aku melirik ke arah lain. Tanpa kusadari haqqul berdiri di hadapan ku dan memegang pipi kiri ku dengan lembut, lalu menatap dengan agak cemas.

"Apa kau sakit, sayang ku?" tanya haqqul.

"T-tidak... Kok! A-aku tidak apa apa!" jawab ku dengan agak gugup.

 

 

 

 

Tiba-tiba secara perlahan...

 

 

 

 

 

 

"Muaachh..."

 

 

 

 

 

 

 

 

Sebuah ciuman mendarat di kening ku dengan lembut dan disambut senyum hangat nya.

"Baiklah, kita bereskan ini semua lalu kembali ke teman-teman" kata haqqul yang kemudian kembali membereskan barang yang berserakan.

Sementara sari masih sibuk menata kotak-kotak perkakas kecil ditempat nya.

Setelah dicium, aku merasa semakin berdebar-debar dan terus memikirkan nya, tetapi aku hampir lupa menata kardus, kemudian melanjutkan membereskan nya bersama-sama.

 

 

 

 

10 Menit Kemudian...

 

 

 

 

 

 

 

 

Sfx:Srekk... Srak.. Tep..

 

 

 

 

 

 

 

 

"Fiuhh... Akhir nya selesai juga" ucap ku sambil merentangkan tangan ke atas karena pundak ku yang sedikit pegal.

"Annisa, gendong sari. Aku akan bawa peralatan ini" ucap haqqul.

"Iya haqqul" sahut ku.

Aku menggendong sari dan haqqul membawa beberapa katana, lalu kami bertiga berjalan kembali ke ruangan berkumpul nya teman-teman.

Sesampai nya diruangan dan melihat teman-teman, tampak mereka sudah bersiap-siap semua untuk melanjutkan perjalanan.

"Haqqul, kau sudah ambil katana nya?" ucap andhika.

"Tentu saja" jawab haqqul dengan singkat dan menaruh semua katana yang dibawa ke meja.

Paman agung memanggil bawahan nya dan berbisik, kemudian orang berjas hitam itu menganggukkan kepala dan pergi meninggalkan ruangan.

"Apa yang di bisikkan paman agung ke orang tadi" tanya ku perlahan ke marsha dan vika.

Tetapi marsha dan vika menggelengkan kepala tidak tahu.

"Siapkan rencana kalian! Paman hanya memberikan sedikit peralatan untuk bertahan di situasi darurat nanti" ujar paman agung dan bibi yukima tersenyum kepada kami semua.

"Terima kasih paman agung! Kami akan berjuang!" kata zidan dengan tersenyum penuh semangat.

"Hahahaha!!! Aku suka dengan semangat mu itu anak muda!!" sahut paman agung yang tertawa dan ikut tersenyum penuh semangat, terlihat di kedua orang ini muncul aura api yang berkobar-kobar.

"Baiklah kita susun dulu rencana nya" timpal haqqul dengan datar.

"Ok" jawab okta dan marsha serentak.

Aku dan vika hanya mengangguk, sementara kak kamiya hanya tersenyum ramah.

"Jadi bagaimana rencana kita selanjut nya?" tanya kelvin ke yang lain.

Zidan ikut berkumpul dan berdiskusi untuk rencana selanjut nya.

Paman agung dan bibi yukima kemudian pergi meninggalkan ruangan untuk memberikan kami waktu untuk diskusi.

*Kelvin POV*

"Tersisa berapa rumah lagi yang harus kita periksa?" tanya andhika.

"Hanya tersisa rumah ku dan haqqul saja yang belum di kunjungi" timpal ku.

"Jadi setelah ke rumah haqqul, kita akan berangkat memeriksa keadaan rumah ku. Lalu setelah kita selesai memeriksa nya, kita akan pergi kembali ke sekolah. karena aku sedikit khawatir, aku tidak yakin bantuan akan datang setelah melihat situasi yang seperti ini" sambung ku dengan penjelasan yang panjang lebar.

"Seperti nya begitu.. Jalur ke sekolah dengan cepat, tapi aku kurang tahu jalan di daerah rumah kelvin" timpal haqqul.

"Kak kamiya mungkin tahu, haqqul" kata zidan.

"Iya serahkan saja pada ku, masalah jalan pintas akan selesai di tangan ku" sahut kak kamiya dengan tersenyum ramah.

"Waahh.. Kak kamiya hebat.." ucap okta dengan kagum.

"Tapi apa cukup, waktu yang kita miliki?" timpal vika dengan berpikir.

"Kita harus bertindak cepat" sambung marsha.

"Iya, benar yang dikatakan marsha, waktu kita tidak banyak" ujar annisa yang ikut berpikir.

Semua terdiam dan berpikir, bagaimana mempercepat nya lagi, agar waktu tidak terbuang sia-sia.

"Aku tahu jalan pintas yang sangat pendek menuju sekolah, tapi aku tidak yakin bisa melewati nya dalam situasi seperti ini" ucap kak kamiya yang punya ide dan menjelaskan nya.

"Apa maksud mu tidak yakin melewati nya?" timpal ku yang agak penasaran lalu melirik kak kamiya dengan pose masih berpikir.

 

 

"Karena jalan pintas itu adalah pasar" jawab kak kamiya dengan serius.

"Pasar?" sahut vika dan marsha yang tidak mengerti maksud kak kamiya.

"Kenapa dengan pasar nya?"

"Iya, pasar. Di blok belakang rumah kelvin, ada sebuah lapangan luas dan lahan pertanian. jika kita melewati itu, kita akan menemukan pasar disana. Tapi satu hal yang kukhawatirkan, yaitu jika keadaan waktu awal terjadi nya bencana ini pasar itu ramai. Kalian tahu maksud ku bukan?" kata kak kamiya menjelaskan.

"Banyak zombie berkeliaran disana..." sahut haqqul dengan dingin dan datar.

 

 

Marsha, vika, okta dan annisa tertegun dan agak takut, sementara sari takut sambil memeluk annisa dengan erat.

"Bukan itu saja..., resiko nya cukup besar. Mereka bisa bersembunyi di berbagai tempat di dalam pasar tersebut. Dan juga...., apa lahan pertanian aman di lewati? Setahu ku, pemilik lahan pertanian itu mempekerjakan banyak petani di lahan pertanian tersebut" ujar kelvin dengan serius berpikir.

Kami semua terdiam lagi dan berpikir, tiba-tiba suara pintu terbuka hingga memecah suasana hening di dalam ruangan.

 

 

 

 

 

 

Sfx:Tok.. Tok.. Ceklek..! Blam!

 

 

 

 

 

 

Seorang bawahan berjas hitam memasuki ruangan dan memberikan dua koper perak kepada andhika.

"Tuan andhika ini dari ayah anda, tuan agung memberikan ini untuk keadaan darurat di perjalanan" ucap orang berjas itu.

"Baiklah, terima kasih"

"Kalau begitu, saya permisi tuan andhika" kata orang berjas hitam tersebut lalu keluar ruangan.

"Apa itu andhika?" ucap zidan yang penasaran.

"Entahlah.. Akan kubuka"

Semua terlihat penasaran dengan isi yang ada di dalam koper tersebut, kecuali haqqul dan kak kamiya.

Andhika pun membuka koper tersebut dan tersenyum sinis.

"Seperti nya akan mudah melewati rute jalan pintas tadi"

"Waah.. Pistol..." ucap zidan yang kagum dengan mata nya yang berbinar binar.

"Pistol ya.. Seperti nya kurang" timpal kelvin yang berpikir.

Annisa, marsha, dan vika hanya mengamati pistol tersebut.

"Apa kita bisa memakai nya...?" tanya marsha dengan agak bingung.

"Iya.. Kami perempuan, mana mungkin bisa menggunakan senjata api.." timpal vika yang juga kebingungan.

"Apa susah nya? Tinggal tembak saja.. Dor.." kata annisa dengan enteng nya.

"Nyata nya tidak semudah itu untuk pemula seperti kalian..." ujar haqqul dengan datar dan dingin.

"Jadi... Bagaimana cara nya?" tanya okta dengan polos.

"Nanti saja aku jelaskan waktu perjalanan, sekalian langsung praktek menembak" timpal andhika.

"Sekarang lebih baik kita bersiap-siap berangkat, waktu kita tidak banyak" ujar kak kamiya.

Kami mengangguk tanda mengerti lalu mengemasi barang dan bersiap-siap.

 

 

 

 

 

 

 

 

30 menit kemudian....

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sfx:Ceklek..! Krieeeet....

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Suara paman agung dan bibi yukima yang membuka pintu hendak masuk menemui kami.

"Hei anak-anak, apa kalian sudah siap semua?" tanya bibi yukima dengan lembut.

"Sudah!" ucap kami serentak.

"Aku akan membagi kan senjata yang cocok untuk kalian" kata haqqul.

Andhika hanya mengangguk dan memberikan dua koper perak nya kepada haqqul.

Haqqul membuka kedua koper tersebut, lalu memberikan pistol yang sama kepada vika dan marsha.

Vika dan marsha pun menerima pistol tersebut, tapi masih kebingungan dengan cara pemakaian nya.

"Kalian berdua kuberi pistol FN 57 dengan kaliber 5,7 mm dan juga 30 amunisi peluru, gunakan sebaik mungkin dalam situasi yang darurat, dan ini sarung pistol nya" sambung haqqul.

"Baiklah haqqul" jawab marsha.

"Siap" timpal vika.

Vika dan marsha menyarungkan pistol nya dengan sarung pistol yang dikenakan di pinggang nya, lalu menyimpan amunisi ke tas mereka masing-masing.

Haqqul kemudian memberikan dua pistol kepada annisa, yaitu pistol SIG P250. Annisa menerima dua pistol itu dan sarung nya, serta 40 amunisi peluru.

"Kurasa ini cocok untuk mu, memakai dual SIG P250. Nanti akan kuajarkan cara menggunakan nya" ucap haqqul menatap annisa dengan senyuman hangat.

"T-terima kasih... Haqqul.." jawab annisa dengan gugup.

Haqqul hanya mengangguk dan marsha, vika dan aku merasa heran melihat gugup nya annisa.

Haqqul kemudian mengambil satu pistol lagi dari koper dan 30 amunisi peluru memberikan nya kepada okta.

"Untuk okta yaitu Glock 20, tanya saja pemakaian nya ke andhika" singkat haqqul.

Kemudian andhika tertegun dan malu, okta pun pipi nya sedikit memerah dan memberanikan diri bertanya ke andhika.

"A-andhika.. Mau kah mengajari ku... Cara menggunakan pistol ini...?" ucap okta dengan gugup.

"I-iya... Aku mau okta.." timpal andhika yang ikut gugup.

"Baiklah... Tunda dulu drama nya karena waktu kita tidak banyak..." sindir haqqul dengan wajah datar nya.

"Hahahaha!! Lihat anak kita sayang!! Dia malu dan gugup" tawa paman andhika ke anak nya.

"Iya sayang, seperti nya anak kita sudah tumbuh semakin besar dan dewasa" sahut bibi yukima dengan menunjukkkan senyuman mata.

"B-bukan begitu... I-ibu..?! Grr! Ini pasti ulah mu?!" kata andhika yang pipi nya memerah dan agak kesal kepada haqqul.

"Ulah ku? Tapi aku tidak melakukan apapun.."

"K-kau ini suka sekali menyindir ku ya...?!"

"Betul, karena aku senang saja melihat wajah mu yang merah itu, jadi terlihat lucu dan membuat ku ingin tertawa" timpal haqqul dengan datar.

Andhika masih memerah pipi nya dan melipat tangan di depan dada.

Semua pun tertawa karena melihat andhika yang lucu.

Haqqul melanjutkan memberikan pistol kepada ku, dengan 30 amunisi peluru.

Aku menerima pistol tersebut dan di beri 30 amunisi peluru.

Seperti nya zidan juga di beri oleh haqqul pistol yang sama seperti ku dan 30 amunisi peluru, lalu haqqul menjelaskan ke kami berdua.

"Colt 1911, pistol ini cocok untuk kalian, karena kecepatan pistol ini cocok dengan kalian berdua. Seperti ketinggalan zaman model nya, tetapi pistol ini memiliki daya hancur yang kuat dan dapat dibawa kemana mana" ujar haqqul menjelaskan sambil memberikan sarung pistol kepada ku dan zidan.

Aku mengangguk paham, sementara zidan mata nya terkagum-kagum dengab pistol tersebut sampai tidak mendengar apa yang dikatakan haqqul sebelum nya.

"Dan untuk kak kamiya ini cocok sekali dengan mu"

Haqqul memberikan pistol dan 30 amunisi peluru kepada kak kamiya.

"Ruger RedHawk 454 Casull, memiliki lensa bidik dan juga akurasi yang tinggi" kata haqqul.

"Hmm.. Kelihatan nya bagus.. Terima kasih" ucap kak kamiya menerima pistol redhawk dengan tersenyum ramah, lalu menyarungkan pistol nya di pinggang.

"Ini andhika, desert eagle untuk mu. Daya hancur nya sangat kuat, dan itu sangat cocok kau kenakan, sementara aku akan menggunakan S&W 500 Magnum" ujar haqqul yang memberikan desert eagle kepada andhika.

"Oh iya satu lagi, yang laki-laki akan di bekali dengan katana" sambung haqqul memberikan masing-masing satu katana, kecuali haqqul yang membawa dua katana.

Semua menyarungkan pistol nya di sebelah kanan, kecuali annisa yang menyarungkan dua pistol nya di kanan kiri pinggul nya. Kemudian para laki-laki menyarungkan katana nya di pinggul kiri nya.

Semua sudah siap dan membawa tas masing masing.

"Oh iya okta, dimana reina? Aku tidak melihat mu menggendong nya sejak tadi?" tanya annisa.

"Ibu ku yang akan merawat reina untuk saat ini, karena jika bersama kita bisa berbahaya" sahut andhika.

"Begitu ya.."

"Iya.."

"Yooosshh...!!! Pergilah kalian anak-anak!! Petualangan yang menegangkan sedang menunggu kalian diluar sana!!"

"Baik, paman agung!!" ujar kami semua serentak.

"Baik ayah, akan kulindungi mereka semua sampai darah terakhir ku!!" kata andhika dengan tegas.

"Baiklah nak!!, itulah anakku!!" timpal paman agung yang menyemangati anak nya.

"Pulanglah dengan selamat anakku andhika, kalian semua tenang saja. Reina aman bersama kami" ucap bibi yukima dengan lembut.

"Terima kasih bibi yukima! Aku mohon lindungi keluarga terakhir ku!" kata zidan dengan sedikit menitikkan air mata lalu menghapus nya.

"Kami pergi dulu, terima kasih paman agung, bibi yukima" ucap kami semua.

Kami pun keluar kuil dan mulai menuruni tangga untuk memulai petualangan kami.

Beberapa menit kemudian kami selesai menuruni tangga dan bergegas menuju bus TK yang kami parkir di depan rumah annisa tidak jauh dari sini.

Namun kami melihat beberapa zombie berkeliaran siap memangsa kami.

"Kalian siap?" tanya ku kepada teman teman.

"Tentu saja"

 

 

"Siap.."

"Mulai...!"

 

 

 

 

"Lets play game..."

 

 

 

 

Semua teman-teman ku terlihat bersemangat dan tidak sabar.

 

 

 

 

 

 

 

 

"Kalau begitu... Kita mulai petualangan nya..."

 

 

To Be Continued.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!