*Kelvin POV*
Sfx: tap.. Tep.. Tap.. Tep.....
Anak tangga yang terus kami naiki akhir nya berakhir dengan terlihat nya tiga bangunan kuil yang bercorak seperti kuil di jepang.
Aku dan dan zidan kagum melihat rumah andhika, kemudian di depan sudah ada beberapa orang dengan berpakaian jas hitam dan berkacamata hitam menyambut kami semua untuk masuk ke kuil.
"Syukurlah tuan andhika sudah sampai dengan selamat" ucap beberapa orang yang menyambut tadi.
"Iya, lalu dimana kedua orang tua ku?" tanya andhika kepada mereka.
"Mereka sudah menunggu anda tuan di ruang tengah" jawab orang berjas hitam yang merupakan anak buah dari ayah andhika.
"Iya baiklah, kalian semua terus awasi keadaan diluar, jangan sampai ada mayat hidup yang menginjak kediaman putra!"
"Siap tuan andhika, akan kami laksanakan segera!!" ujar beberapa anak buah andhika dengan tegas lalu keluar untuk berjaga-jaga.
"Sekarang kalian semua ikut aku, aku akan memperkenalkan kedua orang tua ku kepada kalian" ucap andhika kepada kami semua.
Aku dan zidan mengangguk setuju.
"Iya andhika" jawab okta dengan tersenyum ke arah andhika sambil menggendong reina.
Marsha ikut tersenyum agak lega karena menemukan tempat aman walaupun untuk sesaat dan sambil menggandeng tangan sari yang masih duduk di bangku TK.
Vika, annisa, kak kamiya juga ikut mengangguk setuju, kami pun mengikuti andhika menuju ruang tengah. Andhika membuka pintu dan masuk di ikuti kami semua.
Tampak orang tua andhika sedang duduk di dalam ruang tengah yang kami masuki, menunggu kedatangan putra nya yang baru selamat dari tragedi dunia.
"Aku pulang ayah, ibu" ucap andhika yang duduk dihadapan kedua orang tua nya.
Kami semua pun menyalami kedua orang tua zidan dan ikut duduk. Terlihat semua dekorasi ruangan mirip seperti kuil yang ada di kyoto, jepang.
Aku, zidan dan kak kamiya juga sedikit kagum dengan suasana kuil nya.
"Sudah lama aku tidak melihat kuil semenjak pindah ke indonesia" ucap kak kamiya.
"Eeh... Jadi kak kamiya itu orang luar ya..?" sahut annisa sambil berpikir.
"Tentu saja, aku pindah ke indonesia sejak kedua orang tua ku tiada" kata kak kamiya dengan tersenyum ramah.
Marsha, vika, marsha dan okta hanya mengatakan oh serentak menandakan paham apa yang diceritakan kak kamiya.
"Wah wah ternyata anda orang luar yang tinggal lama di indonesia, maaf tidak memperkenalkan diri sebelum nya"
"Nama ku adalah agung putra sekaligus ayah dari andhika putra, lalu disamping ku ini adalah yukima kato, dia adalah istri ku sekaligus ibu dari andhika putra" sambung ayah andhika memperkenalkan diri.
"Iya, nama saya adalah shin kamiya, panggil saja kamiya, saya adalah guru yang mengajar di sekolah mereka" jawab kak kamiya dengan tersenyum ramah.
"Oh jadi begitu, kalau begitu terima kasih guru kamiya telah mau mendidik anak kami menjadi lebih baik dan berguna untuk orang lain" kata ayah andhika sambil tersenyum.
"Oh tidak apa apa pak agung, sejujur nya anak bapak agung ini sangat berprestasi dalam kelas, dan bergaul dengan anak-anak yang baik ini" sahut kak kamiya dengan tersenyum ramah.
"Kami sangat berterima kasih guru kamiya" ucap ibu andhika dengan ikut tersenyum.
"Sama-sama ibu yukima"
"Kalau begitu saya ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan putra ku sebentar" kata ibu andhika yang beranjak dan keluar ruangan bersama andhika.
"Apa kalian ingin berjalan jalan melihat-lihat sambil kuceritakan tentang masa lalu kuil dan keluarga kami?"
"Tentu saja paman, mereka semua sudah penasaran dengan kuil ini" kata haqqul dengan wajah datar nya.
"Iya kami penasaran paman agung, kami semua mau kok, kan teman-teman" timpal zidan dengan penuh penasaran dan tidak sabar.
"Iya.. Sabar dulu zidan" ujar marsha sambil masih memangku sari.
"Aku juga ikut"
"Sama, aku juga ikut" ucap annisa yang menimpali perkataan vika.
Okta hanya mengangguk sambil tersenyum polos dengan menggendong reina.
"Aku juga" kata ku singkat.
"Baiklah semua, ikuti paman ya!" sahut paman agung dengan tersenyum penuh semangat.
"Paman, aku ingin ke gudang mu sebentar untuk mengambil peralatan ku" ujar haqqul menatap paman agung dengan wajah datar nya.
Paman agung mengangguk dan haqqul pun pergi ke gudang meninggalkan kami, kami beranjak melihat-lihat kuil sambil di temani oleh paman agung.
"Sebaik nya paman mulai darimana ya cerita nya.." ucap paman agung dengan berpikir dan berjalan.
"Mulai dari kuil ini saja paman!" sahut zidan dengan nada tidak sabar.
"Hahaha... Hei anak muda, kau bersemangat sekali ya? Baiklah, paman akan cerita kan tentang kuil ini" timpal paman agung yang tertawa sejenak dengan keras lalu tersenyum sambil berjalan dan menyilangkan tangan di dada.
"Kuil ini adalah kuil yang di wariskan secara turun temurun oleh keluarga dari istri ku, kakek buyut dari istri ku lah yang membangun kuil ini bersama masyarakat. Kalau di ingat-ingat pertemuan paman dengan istri ku yaitu, waktu melakukan misi dan musuh dalam misi tersebut adalah istri ku sendiri" ucap paman agung yang mulai bercerita tentang masa lalu nya sambil mengantar kan kami semua berjalan-jalan mengamati seluruh sudut kuil.
Kami hanya mendengar dan terus mengikuti paman agung yang sedang bercerita.
"Paman bukan kah dulu para penjajah adalah musuh indonesia? Kenapa masyarakat tidak membenci keluarga istri paman? Kenapa malah membantu membangun kuil?" sahut zidan dengan nada dan wajah penuh pertanyaan.
"Pertanyaan yang bagus, anak muda! Akan kujawab!" kata paman agung.
"Itu karena keluarga dari istri ku tidak setuju dengan penjajahan dan memilih untuk melindungi penduduk disini dengan semua pasukan nya, kakek buyut dari istri ku adalah seorang samurai yang terkenal di era nya, hingga memiliki banyak anak buah dan murid yang terlatih" sambung paman agung menjawab pertanyaan zidan sambil terus berjalan memasuki ruangan khusus.
"Waah menakutkan nya.." ucap vika dan di ikuti anggukan marsha sambil menelan ludah, sari hanya bingung dengan tatapan polos nya, tidak mengerti apa yang sedang kami bicarakan.
"Hahaha...! Tenang saja, kalian tidak perlu takut, walaupun terlihat menyeramkan tapi kakek buyut istri ku itu baik hati dan menggunakan kekuasaan nya untuk melindungi warga nya dari serangan penjajah" timpal paman agung yang tertawa melihat wajah vika dan marsha yang agak ketakutan.
"Jadi begitu, lalu pertemuan anda dengan istri anda kenapa harus menjadi musuh?" tanya kak kamiya.
"Itu waktu aku bekerja menjadi asisten dari ayah nya haqqul, pada waktu itu kami membenci ada nya penjajah, begitu pun dengan ayah nya haqqul, eric dwi wardhana. Kami berdua waktu itu pemegang pasar gelap" jawab paman agung dengan panjang lebar.
Kulihat ruangan ini penuh dengan benda benda kuno dan juga senjata kuno yang terpajang rapi di setiap dinding dan sudut ruangan.
"Dan disini adalah peninggalan dari keturunan terdahulu dari istri ku, semua disimpan dengan rapi dan juga bersih" sambung paman agung menjelaskan ruangan ini.
"Hebat sekali paman!" sahut zidan dengan mata berbinar-binar melihat beberapa katana peninggalan kakek buyut.
"Paman agung, andhika itu orang yang seperti apa?" tanya okta sambil menatap paman agung dan dengan rasa ingin tahu.
Paman agung melirik sekilas okta dan memejamkan mata sejenak sambil tersenyum.
"Andhika itu anak ku yang bodoh, sembrono, keras kepala dan juga payah!!" ujar paman agung dengan kesal dan nampak dari mata nya api kekesalan yang berkobar.
"Tapi dia adalah anak yang baik, suka menolong, dan tidak suka menyusahkan orang lain, orang yang dia sayangi akan dilindungi nya sampai titik darah penghabisan nya. Dulu paman melatih andhika hingga menjadi pembunuh bayaran dan sekarang dia berhenti, lalu memilih mencari suasana baru" sambung paman agung sambil menyilangkan tangan di dada.
"Jadi begitu..., syukurlah.." timpal okta dengan tersenyum kecil.
Aku dan yang lain melihat-lihat benda dan senjata yang ada dalam ruangan ini, okta tengah sibuk mengobrol dengan paman agung sambil menggendong reina.
Sementara vika dan annisa melihat hiasan kuno jepang yang terpajang di atas meja, kak kamiya dan zidan melihat pajangan senjata yang ada disudut ruangan.
Semua tampak sibuk dan seketika perhatian mereka teralih oleh kedatangan bibi yukima dan andhika.
"Teman teman persiapkan diri kalian, kita akan berangkat ke tempat selanjut nya" ucap andhika dengan tersenyum.
"Heeeehhh... Berangkat?! Padahal aku udah nyaman disini" gerutu zidan.
"Udah jangan banyak mengeluh!" timpal annisa yang memukul kepala zidan sampai benjol dengan kesal.
"Aduuh..?! Sakit annisa! Pukulan mu itu seperti monster" gerutu zidan lagi sambil elus kepala nya yang benjol.
Annisa memukul nya lagi, sehingga benjolan nya bertambah menjadi 3.
"Apa kalian semua setuju, teman-teman?" ucap ku yang memberikan pertanyaan ke semua teman-teman.
"Iya kami setuju, lebih cepat lebih baik" sahut vika.
"Seperti nya begitu" kata marsha.
"Setujuuu..!" ucap sari dengan tersenyum senang.
"Tujuan kita masih jauh" timpal kak kamiya dengan tersenyum ramah.
"Aku juga setuju, andhika" ucap okta yang memegang tangan andhika sambil tersenyum tulus.
"B-baiklah.. Kalau begitu... Kita bersiap-siap dulu.." kata andhika dengan sedikit gugup dan pipi nya sesikit memerah.
"Ummhh... Seperti nya putra kita ini sudah punya pasangan nya, suami ku" sindir bibi yukima ke andhika.
"I-ibu.. J-jangan begitu.. Aku malu..?!"
"Pilihan nya sangat cocok istri ku, dia sama seperti mu dulu" timpal paman agung memberikan jempol ke arah andhika dan okta.
Okta kulihat juga sedikit malu dan masih menggendong bayi reina, entah kenapa kami melihat nya seperti sebuah keluarga kecil.
"A-ayah?! I-ibu..?! Sudah lah, aku malu..?!" ujar andhika yang gugup dengan wajah memerah nya.
"Baiklah baiklah.. Hihihi.."
"Ayah, ibu, aku ada satu permintaan. Bisa kah ayah menyuruh bawahan kita untuk menyelamatkan teman-teman dan guru ku yang maaih ada disekolah? Mereka menunggu pertolongan, tapi seperti yang kalian tahu, dunia sedang mengalami kekacauan.." ucap andhika memohon pada paman agung dan bibi yukima.
Kami hanya bisa diam seribu bahasa, mendengarkan permintaan andhika kepada kedua orang tua nya.
"Dan ibu aku akan ikut bersama teman-teman ku untuk melindungi mereka dan menolong mereka dari kesulitan"
Kedua orang tua andhika berpikir sejenak lalu bibi yukima tersenyum kecil, begitu pun dengan senyum sinis paman agung ke andhika.
"Baiklah andhika, ibu percaya bahwa kau bisa melindungi teman-teman mu, mama akan menunggu setelah semua beres" kata bibi yukima dengan tenang dan senyuman kecil nya.
"Dasar anak sialan, tidak perlu di beritahu pun ayah sudah tahu" timpal paman agung.
"Dasar orang tua" sahut andhika dengan muka datar nya.
"Apa kau bilang anak bodoh!" sahut paman agung dengan nada kesal.
"Sudah sudah, jangan bertengkar, atau mau aku hukum?" timpal bibi yukima dengan tersenyum.
Seketika wajah paman agung dan andhika agak pucat.
"T-tidak kok istri ku, lihat lah kami hanya bercanda kok! Benar kan andhika!!" ucap paman agung dengan senyum terpaksa dan mencari alasan dengan merangkul andhika.
"I-itu benar kok bu, aku dan ayah hanya bercanda?!" kata andhika yang setuju dengan paman agung dan ikut tersenyum paksa.
"Baguslah kalau begitu" ujar bibi yukima dengan tersenyum.
Entah kenapa rasa nya suasana ini sangat familiar sekali, sungguh hangat dan nyaman senyuman mereka...
Aku berpikir apakah ada hari esok untuk ku menikmati suasan ini lagi...
To Be Continued.....
Hay para readers setia, selamat menikmati membaca
chapter yang telah di up.
Jangan lupa vote, comment, kritik dan saran nya ya, sebagai dukungan kalian
semua para readers~!
Karena readers yang baik adalah readers yang meninggalkan jejak dikolom
komentar maupun vote, wkwkwk~
Selamat membaca
Salam Author
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Rena Harianto
perasaan yany pacaran sama zidan kan marsya.tapi kok yang sering jaga adek nya zidan malah okta sama anisa.
bearti marsya cuma suka sama kk nya aja tidak sama adek nya.
coba tau gitu okta aja yang jadi pacar zidan
2021-03-06
0