8. Sebuah Janji dan Kepercayaan

*Vika POV*

Sfx: tap...tap..tap..

Suara langkah kaki seseorang terdengar mendekat ke arah kami, sampai akhir nya kami semua menoleh dan rupa nya marsha yang sudah keluar dari kamar.

"Bagaimana keadaan zidan, marsha!?" ucap annisa.

"Dia baik-baik saja... Dan sekarang sedang tidur..., syukurlah zidan sekarang sudah lebih tenang" ujar marsha yang kemudian duduk disamping ku.

"Syukurlah..." timpal annisa lega.

"Aku sudah menguburkan mayat orang tua zidan ke tempat yang layak" kata rizal yang bersandar di sofa dan memejamkan mata.

"Baguslah rizal! Terima kasih ya!" timpal marsha yang tersenyum kepada rizal.

"Hei-hei..!! Bukan dia saja yang menguburkan nya! Kami berdua juga ikut membantu marsha!" kata annisa cemberut.

Okta pun mengangguk kan kepala tanda setuju seperti annisa dan mengembungkan pipi cemberut.

"Iya-iya... Terima kasih ya teman-teman ku" ujar marsha dengan tersenyum.

"Lalu... Pak shin dan kelvin dimana?, kok tidak kelihatan sejak tadi?" sambung marsha sambil menoleh kesana kemari mencari keberadaan dua orang tersebut.

"Mereka mengecek keadaan rumah mu marsha" ucap okta dengan nada nya yang polos.

"Mengecek rumah ku??" kata marsha dengan nada tak tahu.

"Tapi orang tua ku tidak ada dirumah" sambung marsha.

"Maksud nya!? Lalu kemana mereka??" tanya ku dengan menatap wajah marsha.

"Waktu kita diperjalanan itu aku sempat menerima pesan dari handphone, itu dari orang tua ku. Mereka bilang sedang ditugaskan langsung secara darurat untuk ke pos alun-alun dan membantu korban-korban yang ada disana sekaligus mencari vaksin untuk menghilangkan virus zombie ini" ujar marsha dengan panjang lebar.

Semua yang mendengar penjelasan marsha hanya mengangguk kan kepala tanda kalau kami mengerti.

"Apa kalian sudah memasak makan malam untuk nanti?" ucap marsha yang mengalihkan topik pembicaraan.

"Tentu saja sudah" timpal annisa dengan singkat.

"Kita tunggu saja sampai zidan bangun dan juga pak shin dan kelvin kembali dari rumah mu" ucap ku yang menyandarkan kepala disofa.

Sfx: kriieeeettt..... Cklekk!! Tap.. Tap.. Tap..

Aku kemudian mendengar sebuah pintu yang dibuka dan langkah kaki seseorang.

"Hey semua! Maaf aku ketiduran tadi!" ucap zidan yang menghampiri kami dengan sengum nya yang sudah ceria kembali.

"Kau sudah bangun zidan?" kata ku dengan nada terkejut.

Kami semua juga sedikit terkejut dengan kedatangan zidan, apa zidan masih teringat kejadian sore tadi.

"Lalu dimana mayat orang tua ku?" tanya zidan yang melihat tak ada mayat diruangan tengah ini.

"Aku menguburkan nya dengan layak di halaman rumah mu, maaf tidak meminta izin dari mu...." jawab rizal dengan nada agak berat.

Zidan kemudian duduk di samping dan menepuk punggung nya, rizal hanya kaget melihat senyum zidan dan di tepuk punggung nya.

"Terima kasih teman, aku sekarang merasa lebih baik dan juga... Orang tua ku mengorbankan diri dan memberikan kepercayaan kepada ku... Untuk melindungi satu-satu nya keluarga ku" ujar zidan yang tersenyum dengan tatapan sayu.

Zidan kemudian berajak dari sofa dan mengepalkan tangan kanan dengan wajah semangat menatap rizal.

"Kau tahu rizal!? Bukan kah kita masih punya tujuan lain!" ucap nya dengan penuh percaya diri.

"Tujuan lain?" kata rizal dengan nada tak tahu.

"Bukankah kita masih harus ke 6 tempat lagi" ujar rizal dengan senyum percaya diri.

Kami semua tertegun lalu tersenyum, karena zidan begitu peduli terhadap kami semua walaupun saat ini hati nya berteriak ingin menangis karena kehilangan.

"Aku tidak bisa berlarut dalam kesedihan karena kehilangan..., oleh karena itu aku akan berusaha melindungi keluarga dan juga teman-teman ku" sambung nya dengan senyum tulus yang menghiasi bibir nya.

Kami yang melihat wajah zidan yang tersenyum tulus hanya tertegun dan kagum dalam hati, entah kenapa aku merasa suasana ini sangat tidak aaing lagi bagi ku dan begitu hangat. Aku berharap kita semua bisa berkumpul seperti ini dan suasana ini akan tetap ada dan tidak akan memudar.

Suara ritikan hujan yang sudah reda mengiringi malam ini dengan hawa dingin nya, bulan dan bintang menghias malam ini dengan indah.

Sfx:tik..tik..tik..tik..tik.. Krieeett... Klekk... Cklek...!

Tiba-tiba suara seseorang yang membuka pintu depan terdengar sampai ke telinga kami semua, sontak aku beranjak dari sofa dan mengecek pintu depan dengan langkah pelan penuh waspada.

"Siapa yang membuka pintu malam-malam begini...? Apakah zombie..?" gumam ku dalam hati dengan perasaan tidak enak.

Aku mengintip dari balik dinding dan ternyata dua orang yang ditunggu baru saja kembali... Setelah mengecek rumah teman nya.

"Kalian akhir nya kembali juga..! Ucap zidan yang mengagetkan ku karena zidan sudah berdiri di depan ku dengan okta dan annisa yang di belakang nya.

"K-kalian..!! Sejak kapan disini!?" ujar ku yang kaget kemudian keluar dari balik dinding lalu melihat kelvin dan pak shin yang berada di depan pintu dengan tubuh yang basah kuyup.

"Kami mendengar pintu depan di buka dan juga kenapa vika mengendap-endap..?? Timpal okta dengan polos nya.

"Huh.. A-aku gk kenapa-napa kok!" jawab ku dengan agak terbata-bata menyembunyikan ekspresi malu ku dan mencari alasan.

"Benarkah..?" kata okta yang berpikir dengan polos.

"Siapa zidan di depan!!" ucap marsha yang sedikit berteriak dari ruang tengah.

"Kelvin dan pak shin, marsha!!" jawab zidan yang melihat marsha yang menghampiri.

"Jadi bagaimana kelvin?, apa kau menemukan sesuatu?" tanya annisa yang langsung to the point.

Kelvin dan pak shin tidak menjawab pertanyaan annisa lalu menunjukkan 2 koper yang di bawa nya.

"Haahh... Diluar sana sangat deras sekali hujan nya, tapi itu menguntungkan kami karena para zombie yang ada di luar sedang kebingungan karena suara hujan ini, yahh... Walaupun kami basah kuyup" ucap kelvin menghela nafas dengan pakaian nya yang basah.

"Marsha, ini beberapa barang penting yang ada dirumah mu" kata pak shin dengan senyum ramah nya.

"Terima kasih pak shin" ucap nya senang lalu membawa 2 koper itu masuk ke dalam.

"Zidan, bantu aku, ini berat tahu!" sambung marsha dengan menggerutu melarikan salah satu koper nya ke zidan.

Zidan hanya cengengesan kemudian membantu membawa koper milik marsha ke kamar mereka. Rizal menghampiri kami dengan membawa 2 handuk dan melemparkan nya ke arah pak shin dan kelvin. Mereka berdua menangkap handuk yang dilempar ke arah mereka berdua dengan sigap.

"Mandilah dulu, kamar mandi nya sudah siap. Setelah ini kita makan malam" ucap rizal yang kemudian kembali lagi ke ruang tengah lalu tidur disofa.

Aku, annisa dan okta pergi ke ruang tengah dan menyalakan tv sambil mengobrol bersama, pak shin dan kelvin pergi ke kamar mandi.

*Okta POV*

Malam yang diselimuti hawa dingin cukup membuat ku sedikit kedinginan walaupun berada di dalam rumah.

"Annisa, tolong atur suhu ac nya... Aku kedinginan..." ucap ku memeluk annisa karena dingin dan merengek seperti anak kecil dengan wajah polos.

"Iya-iya" kata annisa tersenyum dan mengelus kepala ku.

Annisa kemudian meraih remote ac dan mengatur suhu nya menjadi hangat, aku masih memeluk annisa agar tidak kedinginan.

Aku, annisa, dan vika pun mengobrol sekadar basa-basi, biasa karena anak perempuan memang begini.

Pak shin dan kelvin yang sudah keluar dari kamar mandi, mengganti pakaian nya dan beristirahat di sofa di temani rizal.

20 menit kemudian......

 

 

 

 

19:20 wib

Sfx:tap..tap..tap..

Suara langkah kaki zidan dan marsha menghampiri kami, terlihat marsha menggensong seorang bayi perempuan yang imut.

"Eeh... Bayi siapa ini.. Lucu nya!" ucap vika mencubit pipi bayi mungil itu dengan gemas.

"Imut sekali!" timpal annisa ikut gemas melihat bayi yang di gendong marsha.

"Entah kenapa aku melihat kalian, seperti pasangan suami istri yang baru saja kedatangan sang buah hati" ujar kelvin yang yang sedikit menyindir sahabat nya itu.

"Betul sekali kelvin, seperti keluarga kecil yang bahagia" sambung pak shin dengan tersenyum melihat marsha dan zidan.

"Ma-masa sih!?, k-kami seperti pasangan suami istri?!" ucap zidan yang terbata-bata dengan wajah agak merah sambil menggaruk kepala yang tidak gatal dan memandang ke arah lain karena cukup malu.

"Benarkah..!" timpal marsha yang terkejut dan pipi nya mulai memerah menahan malu.

"Iya, itu benar.. Lalu? Siapa nama bayi ini?" tanya ku dengan wajah polos.

"Nama nya reina setiawati, adik ku yang paling kecil dan juga umur nya baru menginjak 8 bulan" jawab zidan.

"Ohh..." jawab kami semua singkat dengan mengangguk kan kepala.

"Hey! Ayo makan! Aku sudah lapar..." ucap rizal yang mengagetkan kami karena sebelum nya rizal masih tertidur dengan nyenyak nya.

"Baiklah kalau begitu, ayo makan malam bersama" ujar annisa dengan tersenyum.

"Iya tapi aku akan tidurkan reina di kamar nya zidan dulu, kalian kesana duluan saja nanti aku menyusul" timpal marsha yang kemudian pergi ke kamar zidan untuk menidurkan reina.

Kami semua pergi ke ruang makan lalu menggeser kursi, duduk dan mengitari meja makan yang di penuhi berbagai makanan yang lezat dan siap di santap. Tidak lama kemudian marsha datang dan bergabung bersama kami semua.

Kami berdoa bersama kemudian mulai melahap makanan yang ada di hadapan kami dengan lahap. Semua terlihat menikmati makanan nya dengan suasana penuh tawa dan senyuman semua nya.

Akhir nya semua makanan yang ada di meja makan habis tidak bersisa, semua sangat kekenyangan setelah memakan masakan yang lezat sehingga terlihat zidan dan rizal yang mengelus perut nya.

Zidan dan rizal kekenyangan dengan perut buncit setelah menghabiskan masakan yang ada di meja lalu tertidur pulas di ruang tengah di depan tv.

"Setelah makan langsung tidur, cepat sekali mereka..." ucap annisa yang melihat zidan dan rizal yang sudah tidur dengan pulas nya.

"Yah begitulah mereka berdua" timpal kelvin yang ikut melihat zidan dan rizal dengan tersenyum.

"Kalau begitu kita istirahat dulu saja" ujar vika yang menguap karena sudah mengantuk.

"Iya.. Tapi.. Siapa yang akan berjaga?" ucap marsha.

"Aku dan pak shin yang akan berjaga dan nanti gantian dengan mereka" jawab kelvin sambil menunjuk ke zidan dan rizal yang tertidur.

"Iya kalian istirahat saja" timpal pak shin dengan ramah.

"Terima kasih pak shin, ya sudah ayo ke kamar, aku sudah ngantuk" kata ku yang sudah mengantuk.

"Iya sama-sama dan juga... Jangan panggil aku dengan sebutan pak, itu seperti aku terlalu tua untuk sebutan pak, jadi panggil saja nama ku" ujar pak shin dengan senyum ramah.

"Aku ini juga baru berumur 24 tahun loh, dan masih muda yah... Walaupun tidak semuda kalian" sambung pak shin dengan senyum sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Baiklah kami semua akan memanggil pak shin dengan nama kamiya, boleh?" timpal kelvin.

"Tentu saja boleh!, silahkan saja" jawab kamiya.

"Kalau begitu kami istirahat duluan ya, kak kamiya" ucap vika dan marsha yang kemudian pergi ke kamar zidan untuk istirahat.

"Kami mengandalkan mu kelvin! Kak kamiya!" ujar annisa memberikan jempol untuk menyemangati mereka berdua.

"Oke siap komandan!!" ucap kelvin dan kamiya serentak lalu tersenyum.

Aku dan annisa pun pergi ke kamar zidan dan tidur bersama marsha dan vika.

Kupejamkan mata berbaring disamping annisa, hanya satu yang kupikirkan untuk saat ini... Bagaimana keadaan mu disana andhika...

Aku membuka mata kembali dengan tatapan ke arah langit-langit kamar, apa kau baik-baik saja disana andhika....

"Tidak bisa tidur ya...?" ucap annisa yang mengagetkan ku.

Aku memiringkan badan ke arah annisa dengan tersenyum polos.

"I-iya annisa, aku hanya kepikiran keadaan andhika diluar sana..., apakah dia baik-baik saja disana" dengan yang khawatir dan sedih.

"Aku juga begitu okta, apa haqqul baik-baik saja... Tapi tenang saja okta" ucap annisa yang kemudian mengelus kepala ku dengan lembut.

"Mereka pasti akan baik-baik saja sampai kita bertemu mereka berdua, bukan kah andhika sudah berjanji untuk kembali kepada mu okta" sambung nya menyakinkan ku dengan senyuman nya.

"Mereka pasti kembali, percayalah..." sambung annisa lagi dengan wajah sayu dan bibir yang dihiasi senyum tulus.

"Iya annisa, aku percaya..." jawab ku dengan senyum seperti anak kecil.

Kami berdua akhir nya tertidur bersama dengan hati yang percaya akan kembali nya para pengeran.... Di malam sunyi yang hanya rembulan dan bintang yang bersinar dengan indah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sementara itu di tempat haqqul dan andhika....

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

*Andhika POV*

19:50 wib

Aku memainkan korek api zippo ku sambil menatap jauh ke arah bus yang tadi pagi kami tumpangi.

Aku mengingat kejadian setelah bus itu terguling, terasa... Seperti hidup kembali sebagai...

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Seorang pembunuh......

 

 

To Be Continued.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!