*Haqqul POV*
Aku masih tidak sadarkan diri dengan luka yang cukup parah, entah bagaimana nasib ku selanjut nya nanti.
Apa aku akan mati disini...
Aku membuka mata perlahan dan tersadar dari pingsan yang cukup lama, tiba-tiba kepala terasa sangat sakit dan memegangi nya.
"Ugh... Ini dimana..?" ucap ku yang melihat sekitar dan diri ku sudah berada di dalam ruangan seperti ruang operasi.
Tiba-tiba pintu terbukan dan dua orang masuk lalu menghampiri ku, aku sedikit terkejut karena salah satu orang itu adalah ayah ku dan yang satu nya orang yang berpakaian ala professor.
"Kau sudah sadar nak?" ucap ayah ku yang melihat keadaan ku.
"Sudah, tapi kenapa aku bisa disini ayah? Dan juga... Tempat apa ini?" tanya ku yang melirik sekitar.
"Kau ditemukan pingsan dengan luka yang parah oleh teman ayah" jawab ayah dengan tersenyum.
"Ini tempat laboratorium milik teman ayah yang menemukan mu dan ayah yang mendanai nya" sambung ayah yang menyindir orang di samping nya.
"Dan aku adalah pemilik laboratorium ini, walaupun ayah mu ini yang mendanai nya, walau agak pelit sih" ujar seseorang di samping ayah yang merasa tersindir dan membalas sindiran ayah ku.
"Hey hey.. Jika aku pelit, aku tidak akan mau membantu mu sampai saat ini" kata ayah ku dengan tersenyum.
"Laboratorium?? Siapa anda sebenar nya??" tatap ku ke orang di samping ayah itu dengan tatapan bingung.
"Oh aku hampir lupa! Perkenalkan nama ku adalah zainal, kau boleh memanggil ku professor zainal" ucap professor dengan nada malas memperkenal kan diri.
"Aku haqqul dwi wardhana, putra kedua dari eric wardhana" kata ku membalas perkenalan nya.
"Hei eric lihat lah, seperti nya percobaan ku berhasil" sambung professor zainal yang menyikut ayah ku dan menunjuk ke arah lengan kiri ku.
"Wooaahh.. Hm..! Hm..! Seperti nya begitu!" ucap ayah ku yang kagum melihat lengan kiri ku.
Aku tidak mengerti dengan apa yang ayah dan professor zainal bicarakan tapi, perasaan seingat ku tangan kiri ku sudah terputus saat melawan andhika.
Aku semakin penasaran dan kemudian melihat tangan kiri ku, betapa terkejut nya diri ku...
Sebuah tangan yang terbuat dari baja khusus melekat di tubuh ku dengan desain yang mirip seperti asli, hanya saja tidak ada kulit nya.
Dengan mata berbinar dan kagum melihat tangan kiri ku, entah kenapa sangat keren sekali bentuk nya dan juga pasti kekuatan nya sangat besar. Ayah ku hanya menunjukkan senyum lega nya karena melihat ku tidak bersedih karena kehilangan tangan kiri ku.
"Syukurlah anak mu senang dan tidak bersedih karena kehilangan tangan nya" ucap professor zainal yang melihat ayah ku dengan tatapan malas.
"Bersemangat lah sedikit professor! Tenang saja, aku sangat berterima kasih memiliki teman seperti mu zainal! Hahahaha!!" kata ayah ku dengan menepuk punggung professor zainal dengan keras dan tertawa keras.
"Ugh!! Dasar.. Aku seperti dimanfaat kan saja..., Oh iya seperti nya dia akan datang untuk menemui anak nya" ucap professor zainal sambil melihat catatan yang di pegang nya dengan serius.
"Yaa.. Tentu saja dan ini akan jadi pertemuan yang menyenang kan tentu nya" ujar ayah ku dengan tersenyum.
"Aku jadi teringat dengan masa-masa saat kita masih duduk di bangku yang sama dulu" kata professor zainal yang mengenang diri nya waktu bersama ayah dengan tersenyum.
"Itu masa lalu yang cukup menyenangkan " timpal ayah ku dengan tatapan sayu dan tersenyum kecil.
Tiba-tiba...
Sfx:BLAAAAAAMMM!!!!
Suara seseorang yang membuka pintu dengan keras, orang itu kemudian menghampiri kami bertiga dengan tersenyum menyeringai.
Professor zainal dan ayah ku hanya datar melihat kemunculan orang yang menghampiri nya itu.
"Bisa kah kau menghilangkan kebiasaan mu itu agung..." ucap ayah ku dengan wajah datar nya.
"Kau tidak berubah sedikit pun ya agung.." timpal professor dengan wajah datar yang sama seperti ayah ku.
"Hahaha!! Maaf maaf, tapi kemunculan ku seperti itu sangat keren bukan?" ucap orang itu yang tidak lain bernama agung.
"Biasa saja" dengan nada malas nya professor zainal.
"Hum..hum.." angguk ayah ku setuju dengan pendapat professor zainal.
"Padahal aku sudah berusaha untuk cukup keren..." ujar paman agung yang pundung.
"Oh iya, apa anak mu baik-baik saja eric, maaf kan aku, gara gara anak ku itu, anak mu jadi terluka dan harus kehilangan tangan nya" ucap paman agung meminta maaf ke ayah ku.
"Tidak perlu seperti itu agung, anak kita sama-sama terluka dan itu karena ulah mereka sendiri, jadi tidak perlu meminta maaf seperti itu" ujar ayah ku yang menolak permintaan maaf paman agung dengan halus.
"Lagipula kita adalah 3 mawar, hahaha!!" sambung ayah ku yang tertawa dan menepuk punggung paman agung dengan keras.
"Kau benar juga, aku ingat nama itu yang punya ide adalah zainal. Hahahaha!!!!" paman agung pun ikut tertawa.
Professor zainal memasang wajah datar nya menatap ayah dan paman agung.
Aku hanya bingung dengan wajah tidak mengerti tentang apa yang mereka bertiga katakan, tetapi satu hal yang aku mengerti yaitu.... Tangan ku berubah jadi keren. Yang kulakukan hanya mengagumi tangan ku sendri dengan mata berbinar-binar tanpa memperdulikan tiga orang yang berbicara.
Kemudian professor zainal mendekati ku dan mengajakku ke sebuah tempat, aku hanya mengangguk lalu mengikuti nya dan mengacuhkan ayah dan paman agung yang masih berbincang-bincang.
Kami berdua mulai menyusuri lorong-lorong laboratorium, rasa nya cukup sepi dan banyak sekali ruangan-ruangan di sepanjang lorong.
"Jadi... Apa kau menyukai tangan mu yang baru?" tanya professor zainal yang mulai angkat bicara dengan nada malas nya.
"Eh..? Tentu saja professor, saya sangat menyukai nya" jawab ku yang melihat tangan kiri ku lagi dengan mata yang berbinar-binar.
"Baguslah kalau begitu, minta izin ke ayah mu nanti untuk seminggu sekali datang ke lab ku, karena aku masih harus menyempurnakan tangan robot mu itu" timpal nya dengan nada malas.
"Baiklah professor, bolehkah aku bertanya professor?"
"Tentu" kata professor singkat.
"Professor, apa kau teman dari ayah ku?" tanya ku dengan masih berjalan bersama nya.
"Hmm.. Bisa di bilang kami adalah sahabat sejak smp. Aku, ayah mu dan orang yang berbicara dengan ku dan ayah mu tadi agung putra, kami adalah sahabat. Waktu itu aku memberi nama persahabatan kami dengan sebutan 3 mawar, hingga saat ini pun masih begitu" ujar professor yang menunjukkan senyum kecil nya.
Mungkin professor mengenang masa-masa waktu duduk di bangku smp saat bersama ayah dan paman agung.
"T-tunggu, seperti nya aku pernah mendengar nama putra, tapi dimana ya?" gumam ku dalam hati.
Kami berbincang-bincang sebentar hingga akhir nya kami sampai dan menghentikan langkah di depan sebuah pintu salah satu ruangan lab. Professor zainal pun membuka pintu tersebut lalu masuk ke dalam, aku hanya ikut masuk dan melihat seseorang yang sedang tiduran di kasur nya.
"Lama sekali kau professor, dimana ayah ku, seharus nya dia sudah datang!?" ucap seseorang itu yang masih tiduran di kasur nya dengan nada kesal.
"Sabarlah, ayah mu sudah datang, dia sedang ada keperluan sebentar di ruangan lain" timpal professor zainal yang agak jengkel.
Seperti nya aku pernah mengenal suara ini, apa mungkin....
"Oohh.. Kau membawa orang lain ya professor, hey apa kabar rival ku?" ucap nya dengan senyum menyeringai.
"Aku tidak merasa menjadikan mu rival ku" ucap ku dingin kepada nya.
"Ugh... Rasa nya kata-kata mu itu sama tajam nya dengan katana mu" ujar nya menghela nafas dengan nada berat.
"Jadi bagaimana keadaan mu andhika...?"
"Lebih baik dari sebelum nya haqqul" kata andhika dengan nyengir.
"Melihat kalian berdua mengingatkan ku kepada ayah kalian waktu bertengkar" ucap professor zainal.
"Bagaimana dengan tangan kanan mu andhika?" sambung professor zainal.
"Kurasa baik-baik saja, walaupun aku merasa agak aneh" ucap andhika dengan melihati tangan robot yang melekat di tubuh nya.
"Kalau begitu aku akan mengetes kemampuan tangan itu, kalian berdua ikut aku!" kata professor zainal dengan serius dan pergi keluar ruangan.
Aku dan andhika pun mengikuti professor zainal dari belakang, kurasa professor ingin tahu kehebatan tangan robot ini.
Agak lama kami mengikuti professor zainal, akhir nya kami pun berhenti di sebuah ruangan putih yang cukup luas, mungkin seperti ruangan untuk uji coba atau semacam nya. Professor menyuruh kami berdua untuk menunggu disini kemudian professor zainal pergi ke ruangan lain.
Aku melihat di dinding atas terdapat sebuah ruangan kecil, seperti ruang kendali dan tidak berapa lama kemudian professor zainal, ayah ku dan paman agung sudah berada di ruang kendali tersebut.
Sfx:Hei anak-anak kalian mendengar suara ku? Baiklah akan kukatakan saja secara langsung... Aku ingin kalian saat ini saling bertarung, aku ingin memastikan sesuatu dan ayah kalian sudah mengijinkan ku, sekarang bertarunglah dan gunakan tangan robot kalian!!
Sebuah speaker yang ada di sudut ruangan berbunyi dengan keras dan yang berbicara professor zainal sendiri, andhika mengacungkan jempol ke arah ruang kendali dan aku hanya mengangguk dengan tatapan dingin.
"Baiklah mari kita mulai latihan nya..!" ucap andhika yang bersemangat dengan senyum menyeringai.
"Jika itu yang di katakan professor akan kulakukan..." tatap ku ke andhika dingin.
Kami berdua mulai menjaga jarak dan mulai dengan posisi siaga. Aku mulai duluan dengan berlari ke arah dengan cepat dan menendang perut andhika, tapi itu di tahan dengan tangan robot nya.
Dengan cepat andhika menangkis nya ke samping dan hendak memukul wajah ku, tapi dengan sigap aku menghindari pukulan nya.
"Kau memang benar-benar rival ku!! " ucap andhika yang terus beradu pukulan dengan ku.
Sfx:BAAKK!! BUKK!! BRAAKK!! DAAAKK!! BUUKKK!! DHUAKK!!
"Tentu saja..." kata ku dengan nada dingin dengan terus melancar kan pukulan dan tendangan ku ke arah andhika dengan sekuat tenaga.
Kami berdua bertarung dan terus beradu pukulan dengan tangan robot kami.
Sfx:fokus kan diri kalian agar mendapatkan kekuatan yang terkuat dari tangan robot itu!!
Kami mendengar apa yang dikatakan professor lewat speaker tersebut dan mulai menjauh dan menjaga jarak.
Aku dan andhika mulai mengfokuskan diri dan menutup mata. Rasa nya sesuatu yang bergejolak ingin keluar dari dalam tubuh ku, dan itu cukup dingin sekali.
Tiba-tiba....
Sfx: KRAAK..KLAAKK..TRINGG..!!!
Aku membuka mata dan terkejut karena tangan robot ku tiba-tiba di selimuti oleh es seperti tangan es. Mata ku berbinar-binar kagum melihat tangan ku begitu keren.
Aku kemudian melihat andhika yang masih fokus lalu membuka mata nya dengan senyum menyeringai.
Sfx:BWWWOOSSHH!!! WWUSSH!!
Sebuah api berkobar menyelimuti tangan robot andhika dengan menyala-nyala. Aku yang melihat nya hanya berbinar-kagum. Kemudian aku sadar bahwa ini masih dalam pertarungan lalu bersiaga.
"Panas! Panas! Panas! Ehh?? Ternyata tidak panas?" ucap andhika yang mengibas-ngibaskan tangan nya karena berpikir tangan nya akan merasa panas tetapi ternyata tidak.
"Eehh ini ya kekuatan sebenar nya dari tangan robot ini, menarik sekali" sambung andhika yang kagum.
Tanpa basa-basi lagi aku berlari ke arah nya dan menghantam tubuh nya dengan tangan robot ku yang di selimuti es.
Tapi dengan cekatan andhika menahan nya dengan tangan robot nya yang di selimuti api.
Aku kemudian mundur agak jauh dan bersiap menyerang lagi, begitu pun dengan andhika yang juga bersiap menyerang.
Dengan kuda-kuda gaya bertarung kami sendiri-sendiri, kami berdua berlari saling mendekat dan memukulkan tangan robot kami dengan sekuat tenaga.
Belum sempat pukulan kami beradu dan hampir dekat tiba-tiba suara professor zainal menghentikan pertarungan kami.
Sfx:Cukup anak-anak!!
Kami berdua melihat ruang kendali dan melihat professor zainal, ayah ku dan paman agung keluar dari ruangan itu untuk menghampiri kami.
Api yang menyelimuti tangan robot andhika mulai reda dan lenyap, begitu pun dengan es yang menyelimuti tangan robot ku seketika itu es nya hancur menjadi pecahan es dan mencair.
Professor kemudian menghampiri kami dengan mengacungkan jempol tanda senang dengan pertarungan kami.
"Hebat sekali anak-anak" ucap professor dengan nada gembira.
"Agung, eric seminggu sekali bawa anak kalian ke lab ku, karena aku ingin melihat perkembangan selanjut nya" sambung professor zainal.
"Baiklah zainal, aku mengandalkan mu"
"Aku juga" timpal ayah ku dengan tersenyum.
"Kalau begitu aku dan anakku akan pulang" kata paman agung dan mengajak andhika pulang.
"Kalau begitu aku juga akan pulang bersama anakku" timpal ayah ku.
Kami berempat pamit kepada professor zainal dan keuar dari laboraturium milik nya.
Dua mobil hitam sudah terparkir di liar lab, ayah ku dan paman agung pun berbincang-bincang sebentar lalu bersalaman dan pulang.
Sebelum aku masuk mobil andhika memanggil ku.
"Hey haqqul! Mau kah kau jadi sahabat dan rival ku?" ucap nya dengan begitu percaya diri.
"Tentu saja, kita akan bertemu lagi" jawab ku datar kemudian masuk mobil.
Ayah ku masuk mobil dan sopir pun mulai menancap gas menuju rumah kami.
"Ayah.." ucap ku yang melihat langit yang mulai terbit matahari dengan indah.
"Iya nak, ada apa?" dengan menoleh ke arah ku.
"Hari ini cukup menyenangkan bagi ku ayah.." kata ku dengan tersenyum polos.
Ayah ku kemudian memejamkan mata sembari tersenyum kecil lalu membuka mata kembali.
"Iya nak.."
To Be Continued.....
Hay para readers setia, selamat menikmati membaca
chapter yang telah di up.
Jangan lupa vote, comment, kritik dan saran nya ya, sebagai dukungan kalian
semua para readers~!
Karena readers yang baik adalah readers yang meninggalkan jejak dikolom
komentar maupun vote, wkwkwk~
Selamat membaca
Salam Author
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments