*Haqqul POV*
Menatap keluar jendela dan melihat kota yang menyedihkan. Dengan wajah datar kupejamkan mataku untuk istirahat.
Andhika tidak duduk denganku karena dia sibuk menghibur Okta. Terasa hening sekali sampai Annisa menghampiriku.
"Boleh aku duduk bersama mu?" tanya Anisa yang masih berdiri di samping tempat duduk ku.
"Kau tidak perlu ijin ku untuk duduk...duduklah.." Jawab ku tanpa membuka mata.
Annisa kemudian duduk, aku membuka mata perlahan dan melihat Annisa yang duduk di sampingku.
"Ituu...kejadian yang lalu...maafkan aku..." dengan wajah tertunduk penuh penyesalan.
"Kejadian yang lalu...? Yang mana...?" ucap ku dengan nada tak tahu.
"Waktu dirumah vika itu... Aku memukul mu dengan keras dan sampai kau pingsan" dengan tertunduk menyesal.
"Bukan kah kau sudah meminta maaf kepada ku.." menatap mu dengan eyesmile.
Annisa membalas tatapan ku dengan wajah yang masih menyesal.
"Sudahlah...ini hanya lah luka kecil, jadi berhentilah meminta maaf" ujar ku menenangkan hati nya yang masih merasa bersalah kepada ku.
"Benarkah itu..?" tanya annisa.
"Iya.." jawab ku tersenyum.
"Annisa jika kau mempunyai kekasih, apa yang kau lakukan?" sambung ku menatap keluar jendela bus.
"E-eh...kalau itu..aku akan menyayangi nya sepenuh hati ku dan tak akan membiarkan nya pergi meninggalkan ku"
Jawab nya dengan tersenyum kecil.
"Jadi begitu ya..lalu, jika ada yang menyukai dan mencintai mu, apa kau mau menerima cinta nya?" tanya ku lagi.
"Tergantung sih, kalau dia mau menyayangi ku apa ada nya, aku pasti akan menerima nya" ujar nya yang masih terpahat senyum kecil dibibir nya.
"Hm...begitu, annisa"
"Iya?"
Annisa menatap ku dan aku pun membalas tatapan nya itu.
"Maukah kau jadi pacar ku annisa..?" ujar ku menyatakan perasaan yang ada didalam hati kecil ku dihadapan annisa.
"A-apa..!?! J-jadi pacar mu!?" ucap annisa dengan sedikit berteriak karena terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulut ku.
Pipi annisa memerah dan bicara nya mulai menjadi sedikit gugup. Teman teman ku yang sibuk dengan yang lain mendengar annisa yang sedikit berteriak, kemudian mereka semua melihat ke kami berdua.
"A-apa kau bercanda?!" kata annisa dengan pipi yang memerah tak percaya.
"Tidak kok, aku tidak bercanda...mau kah kau mendampingi ku berjalan bersama menjalani hidup ini sebagai sepasang kekasih yang saling mencintai...?"
Ucap ku dengan tersenyum menatap mu.
"Cieee....kalian berdua, selamat ya!!" kata teman teman ku bersorak melihat ku menyatakan perasaan ku.
Annisa kemudian bangkit dari kursi nya dan menghadap ke teman teman nya.
"Enggak...k-kami..belum..p-pa.."
"Iya kami sekarang sudah menjadi sepasang kekasih" timpal ku memotong perkataan annisa.
Sambil beranjak dari kursi ku dan memegang kedua pundak annisa dari belakang kemudian tersenyum kepada teman teman ku.
Sementara annisa tidak bisa berkata apa apa dengan wajah nya yang memerah karena malu diri ku menyatakan perasaan ku kepada nya.
"Hari ini dua orang menyatakan perasaan nya dan jadi kekasih, selamat" ucap kelvin yang menghampiri kami semua dengan tersenyum.
"Ada apa kelvin? Apa ada sesuatu yang ingin kau sampai kan?" tanya zidan.
"Oh iya aku baru ingat!?, kita sebentar lagi akan sampai dirumah mu zidan, tapi masalah nya..."
Kelvin tidak meneruskan nya dan menatap keluar jendela.
Kami semua menatap keluar jendela dan melihat pemandangan yang tidak mengenakkan hati.
Dikanan kiri dan didepan bus dikelilingi para zombie yang berkeliaran cukup banyak hingga suara bus menabrak para zombie itu cukup terdengar jelas.
Sfx:Brakk..!! Bukk..!! Dakk..!! Buakk..!!!
Bus melaju dengan cepat dan masih menabrak cukup banyak zombie. Kulihat didepan sana jalan raya sudah nampak didepan mata.
Tapi...
"ANAK ANAK!!! PEGANGAN YANG ERAATT!!!" teriak pak shin.
Tiba tiba.....!!!!!!
Sfx:Bruummm...!! KLLAAKK!! CIIITTT!! DAAAAKKK!!!!! BRAAAAKKKK!!!! SSSS.....!!!
Bus melindas tumpukan mayat zombie yang ada dibawah nya sampai terguling ke samping kanan lalu terseret hingga menabrak pembatas jalan raya.
Kami semua yang ada didalam bus tergoncang kesana kemari, aku sontak memeluk annisa dan melindungi nya dari goncangan bus yang terguling.
Sementara yang lain saling berpelukan dan berpegangan apa pun yang kuat untuk menahan goncangan ini.
Para zombie yang ada diluar mulai berjalan terseok seok secara perlahan ke arah bus kami yang terguling menabrak pembatas jalan.
Kelvin mendobrak pintu bus dengan kaki nya dan keluar dari dalam bus.
"Pelan pelan saja keluar nya" ucap kelvin mengulurkan tangan ke marsha, vika, dan zidan lalu membantu mereka.
Aku mendobrak pintu belakang bus dan mengeluarkan annisa dan rizal, sementara itu andhika menyusul keluar bersama okta lewat pintu belakang bus.
Kelvin membantu mengeluarkan pak shin di dalam sana yang terluka, aku keluar dan melihat sesuatu..
Kami semua melihat pemandangan yang tidak ingin kami lihat...
Untuk sesaat hati kami berputus asa dengan apa yang kami lihat....
Ini lebih buruk daripada bus terguling....
Sesuatu yang buruk itu ialah neraka.....
*Zidan POV*
Apa kami akan berakhir disini....
Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat, para zombie sudah mengepung siap untuk menyerang kami.
Tak ada jalan keluar..., semua sudah dihadang para zombie sialan itu.
Aku melihat keadaan teman teman ku banyak yang terluka. Pak shin terluka cukup parah dilengan dan kepala nya.
Kaki marsha dan vika terkilir, sementara annisa dan okta sedikit lecet karena dilindungi haqqul dan Andhika. Rizal juga hanya merasakan sakit ditubuh nya.
Kelvin dan aku terluka tidak terlalu parah, tetapi yang parah adalah mereka berdua. Haqqul dan adhika yang terbentur kepala dan tubuh nya di dinding bus cukup keras hingga darah mengucur di atas dahi mereka berdua.
"Ki-kita tidak ada harapan lagi...apa kita akan berakhir disini..." ucap rizal gemetar dan takut tak percaya.
"Aku masih belum ingin mati.." ujar vika dengan ketakutan yang mendalam.
"Aku juga tak ingin mati sia sia disini.." timpal ku dengan nada sedih dan takut.
Okta kemudian menenangkan hati vika yang sedih dan takut.
Dan kelvin menepuk pundak ku untuk menenangkan diri ku juga.
Kami semua tertunduk dan putus asa melihat para zombie mulai mendekat dan bersiap menerkam, kecuali andhika dan haqqul yang tampak tenang seperti tidak terjadi apa apa.
Kemudian aku melihat andhika yang masuk ke dalam dab mengambil sesuatu, kemudian keluar dengab membawa P3K, pedang kayu, beberapa bom rakitan dan dua bilah pisau yang sudah di persiapkan haqqul di rumah vika.
"Apa jangan jangan, mereka ingin melawan para zombie itu...tidak mungkin..?! Itu mustahil..!! Gumam ku khawatir dengan apa yang mereka berdua lakukan.
Andhika dan haqqul mengambil sedikit perban untuk menutup luka dikepala mereka yang mengucurkan darah.
Setelah usai memperban kepala mereka andhika melemparkan kotak P3K nya kepada ku.
Aku menangkap kotak P3K itu dan mengobati luka teman teman ku dengan obat antiseptik lalu memperban nya dengan erat.
"Apa kalian ingin melawan nya..!?" tanya kelvin menatap mereka berdua yang sedang bersiap siap.
"Kami punya rencana agar kita semua selamat dan ini hanya satu-satu nya harapan kita yang terakhir" jawab haqqul dengan nada yang tenang.
"Apa kalian bodoh!! Lihatlah mereka sangat banyak sekali!! Kita tidak bisa melawan sebanyak itu?!" ujar kelvin dengan sedikit marah kepada mereka berdua.
"Hei..hei....!! Daripada kita disini menunggu kematian kita yang sia sia lebih baik aku melawan mereka walaupun harus mati, aku tidak ingin mati konyol hanya karena tergigit dan tak bisa melawan..." kata andhika sedikit kesal.
"Sudah sudah kita akhiri saja debat kalian yang tidak ada aeti nya ini, dan juga aku ingin bertanya pada mu kelvin" ucap haqqul dengan menatap ku tajam.
"A-aku..." kelvin tidak bisa menjawab dan tertunduk.
Aku menghampiri mereka bertiga yang sedang berdebat.
"Apa kalian yakin..?! Mustahil untuk menang melawan puluhan zombie yang ada didepan kita..?! Kita tidak akan sanggup jika hanya segini, apa lagi banyak yang terluka" ucap ku sambil menunjuk ke arah para zombie yang ada dibawah sana.
"Kalian cukup diatas bus ini saja, kami akan membukakan jalan untuk kalian lari sekaligus kami menjadi umpan nya agar kalian selamat" kata andhika dengan wajah penuh semangat.
"T-tapi..?!"
Ucapan kelvin terpotong haqqul.
"Tenang saja, apa kau percaya pada kami, aku dan andhika tidak akan mati semudah itu" ujar haqqul tersenyum kepada kelvin.
Ternyata annisa dan okta mendengar pembicaraan kami berempat.
Annisa dan okta menghampiri kami yang masih bicara panjang lebar.
"Andhika apa kau akan meninggalkan ku" ucap okta sedih menahan air mata menatap ke andhika dengan wajah sayu nya.
Andhika memeluk okta dan mengelus rambut nya yang lembut.
"Bukankah aku sudah mengatakan nya bahwa aku akan selalu bersama mu apa pun yang terjadi, tapi kali ini aku melakukan ini demi kita semua agar selamat" ucap andhika menenangkan hati okta yang menangis.
"Tapi kau akan mati jika berhadapan dengan zombie sebanyak itu..hiks.." ujar okta menangis dalam pelukan andhika.
"Okta kekasih ku...percaya lah pada ku, aku akan segera kembali dan menepati janji ku pada mu..cukup kau yakin dan tunggulah saat aku kembali kepada mu.." kata Andhika dengan tersenyum kecil.
Andhika kemudian mengambil sapu tangan kecil yang berada disaku baju nya lalu mengusap air mata yang mengalir di pipi okta.
Setelah mengusap air mata nya andhika pun memberikan sapu tangan kecil itu kepada okta.
"Aku janji akan kembali secepat nya, tuggulah aku di kuil ku..." ucap andhika mengulurkan jari kelingking manis tanda janji.
Okta kemudian tersenyum dan membalas mengulurkan jari kelingking manis nya dan menerima keputusan andhika.
Annisa yang sejak tadi melihat hanya tertunduk ketika melihat haqqul.
Haqqul menyadari nya dan kemudian menghampiri annisa.
"Annisa apa kau tidak ingin mengucap kan apapun ke kekasih mu ini" ucap haqqul tersenyum kepada annisa.
"D-dasar bodoh?! Aku b-bukan kekasih mu?!" jawab nya dengan pipi yang memerah.
"T-tapi..hati hati lah jangan sampai mati...jika tidak ada kau rasa nya akan sepi...." ujar annisa sambil memandang ke arah lain dengan pipi yang sedikit memerah karena malu.
Haqqul tersenyum mendengar perkataanyang keluar dari mulut annisa.
"Tenang saja aku akan kembali" ucap nya dengan senyum dan nada santai nya.
Aku masuk ke dalam bus yang sudah terguling dan mengambil tongkat kayu lalu baseball kemudian keluar.
Kuberikan tongkat kayu itu ke kelvin, rizal membantu berdiri pak shin kemudian annisa dan okta membantu marsha dan vika yang terkilir kaki nya untuk berdiri.
"Apa kalian sudah membulatkan tekad kalian.." tanya kelvin kepada haqqul dan adhika.
Haqqul dan andhika hanya diam tidak menjawab sambil bersiap siap.
"Kalau begitu jangan sampai kalian mati disini" ucap kelvin.
Mereka berdua hanya tersenyum sinis dan bersiap untuk menyerang kawanan mayat hidup yang sudah lapar menunggu kami.
"Kita akan bertemu dikuil ku, itu janji kami berdua" ucap andhika.
"Baiklah kami akan menunggu disana" jawab ku dengan nada khawatir tentang keselamatan mereka.
Aku melihat ke arah para zombie itu, jarak dengan mereka 4 meter, sementara itu dibelakang mereka sudah banyak dan menghadang hingga tak terlihat jalan keluar.
Andhika memegang pedang kayu dan menyangga nya di pundak.
Haqqul bermain dan memutar mutar pisau dengan tangan nya.
"Mari kita mulai pesta utama nya..." kata Andhika dengan wajah senyum penuh semangat.
To Be Continued.....
Hay para readers setia, selamat menikmati membaca
chapter yang telah di up.
Jangan lupa vote, comment, kritik dan saran nya ya, sebagai dukungan kalian
semua para readers~!
Karena readers yang baik adalah readers yang meninggalkan jejak dikolom
komentar maupun vote, wkwkwk~
Selamat membaca
Salam Author
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
bekok
Lanjut
2021-08-08
0