Seorang gadis berkulit putih dengan bola mata yang berwarna biru sedang merias diri di dalam kamar. Gadis keturunan Belanda itu akan bertemu seseorang malam inj, ia mempercantik dirinya dadanya berdegup kencang saat seseorang yang di sukainya sejak lama mengajakanya bertemu malam ini, karena adanya peraturan asrama di larang berkeliaran di malam hari jadi mereka akan bertemu diam diam tanpa sepengetahuan orang lain. Teman sekamarnya sudah tidur dari tadi.
" Sempurna" ucapnya percaya diri melihat tampilan dirinya depan cermin.
Ia segera keluar kamar diam diam, keadaan asrama sangat sepi tidak ada satu pun orang berkeliaran entah mereka sudah tidur. Gadis yang bernama Rika itu melangkah hati hati tanpa menimbulkan bunyi derap langkah kaki. Saat tiba di lobi asrama ia merasa bingung pintu keluar sedang terbuka dan tidak ada siapa siapa di sana padahal orang itu mengatakan kalau ia akan menunggunya di luar. Orang itu bisa membuka asrama sesukanya karena ia memang di beri kunci cadangan.
Rika celingak celinguk mencari keberadaan orang yang mengajaknya bertemu tapi ia tidak menemukannya terpaksa Rika menuju taman belakang asrama putra, tempat yang di janjikannya.
Dua puluh menit menunggu, orang itu belum datang juga.
" Kok belum datang sih" katanya risau. Ia benar benar membenci jam karet. Angin malam bertiup, gadis itu kedinginan ia lupa membawa jaket.
" Aduuh. Di mana ia?" Rika meninggalkan tempat itu. Perutnya sakit kemasukan angin. Ia lari menuju toilet.
Sebelum sampai ke toilet, ia sempat melihat pria yang mengajaknya bertemu.
" Sean" panggilnya
Namun sayangnya, Sean tidak mendengarkannya justru Sean semakin menjauh.
" Apa apaan dia?" tanya Rika dalam hati. Tapi ia tidak bisa mengejar Sean karena ampas perutnya meronta ronta ingin di keluarkan. Terpaksa ia berlari ke toilet dekat kantin.
Beberapa saat kemudian, kegiatan bersemedinya sudah selesai. Ia segera mencuci tangan.
Tok... tok...tok...
Suara ketukan pintu.
" Tunggu sebentar" sahut Rika dari dalam toilet. Ia tidak menyangka kalau masih ada yang lain berkeliaran di sekolah, ia pikir cuma dirinya yang melanggar aturan.
Rika membuka pintu, namun ia bingung tidak ada seorang pun.
" Hah, di mana orang itu?" Rika bertanya tanya.
" Aakh" Gadis Belanda itu meringis kesakitan, lehernya di cekik oleh seseorang dari belakang.
" L e p a s k a n" suara Rika terbata bata. Mulutnya terbuka, matanya berair menahan sakit di lehernya.
Namun sosok yang mencekiknya malah semakin menambah kekuatannya membuat Rika semakin susah bernafas. Rika sekuat tenaga melepaska tangan orang itu dari lehernya namun kekuatannya jauh lebih lemah dari orang yang mencekiknya. Beberapa menit kemudian Rika jatuh ke tanah, nyawanya sudah tidak ada. Dia sudah mati dalam keadaan lidah terjulur ke luar.
Sosok itu tersenyum puas, ia mendapatkan korban lagi malam ini. Tinggal tujuh orang yang tersisa dari rencananya namun ia bisa membunuh yang lain jika membahayakannya. Orang misterius itu memegang rambut pirang Rika lalu menarik gadis seperti menarik tali, ia hendak membawanya ke suatu tempat.
Di perjalanan.
" Malam ini lebih dingin dari biasanya" kata seseorang.
" Uhhm, macam hidup di daerah salju" balas temannya.
Sosok itu tersentak.
" sia*, mereka dekat dari sini" gumamnya waspada. Matanya tajam melihat sekelilingnya.
" Entah perasaanku saja tapi tadi seperti ada suara yang memanggilku"
" Sean " kata sosok itu dalam hati.
Sadar keberadaannya bisa di temukan, sosok itu berlari menyembunyikan dirinya di taman belakang asrama putra. Ia meninggalkan tubuh Rika yang sudah kaku, ia tidak sempat membawanya.
" Siapa di sana?" Gilang berteriak saat sadar ada yang berlari dengan kencang di belakangnya.
" Ada apa" Sean bertanya.
" Ada seseorang yang lewat tadi di belakangku. Apa kau melihatnya?"
Si ketua osis itu menggeleng.
Keduanya segera mencari cari namun tidak sampai semenit, mata Sean menangkap sesuatu di sana. Ia tidak bisa melihatnya dengan jelas karena gelap.
" Gilang kemarilah. Ada sesuatu di sana" panggil Sean. Gilang melangkah mendekati Sean. Mereka berdua menyorotkan senternya ke arah objek yang di lihat oleh Sean.
" Mayat" katanta bersamaan.
" Keparat. Pembunuh itu mendapatkan korban lagi" Sean mengumpat.
Gilang memeriksa tubuh Rika. Ia menemukan bekas cekikan yang masih kemerahan di leher gadis itu.
" Tubuhnya masih hangat, ia barusan di bunuh" kata Gilang sambil memegang tangan Rika.
" Jangan jangan yang lewat tadi di belakangmu adalah pembunuhnya" Sean menerka.
Gilang mengangguk " Aku yakin itu, dia ingin membawa mayat ini ke suatu tempat. Tapi saat ia menyadari keberadaan kita, ia pergi bersembunyi meninggalkan mayat ini. Ia bisa tertangkap kalau ia tetap membawa mayat ini"
Sean manggut manggut.
" Apa pembunuh itu akan membawa mayat ini ke tempat persembunyiannya" kata Sean dalam hati, kalau itu benar berarti jalan untuk masuk ke tempat persembunyiannya ada di dekat sini"
" Hei Sean lihat " ujar Gilang. Ia menyorotkan senternya ke arah wajah tubuh kaku itu.
Sean memperhatikannya dengan seksama.
" Rika " Sean jatuh terduduk di depan mayat Rika. Tanpa terasa air matanya jatuh dari pelupuk matanya. Ia menangis sedih di samping mayat Rika.
Gilang hanya diam melihat temannya itu menangis, ia tahu betul kenapa Sean bisa menangis sesedih itu.
***
Rika dan Sean teman masa kecil. Orang tua mereka sangat dekat karena saking dekatnya orang tua mereka berencana menjodohkan mereka saat besar nanti. Sean kecil dan Rika kecil belum mengerti apa apa saat orang tua mereka mengatakan kalau mereka harus bersama sampai maut memisahkan baru sampai saat mereka duduk di bangku smp Rika dan Sean paham apa maksud dari perkataan orang tuanya pada waktu itu.
Tapi Sean yang sama sekali tidak memiliki perasaan pada Rika mulai merasa muak saat Rika mulai mencintainya. Baginya Rika adalah saudara tidak mungkin Rika akan mencintai saudaranya sendiri apalagi menikahinya. Namun beda halnya dengan Rika Gadis keturunan Belanda itu benar benar cinta mati pada Sean, pertemanan mereka selama bertahun tahun tidak menciptakan ikatan batin di dalam dirinya justru menyebabkan rasa cintanya semakin hari semakin kuat apalagi saat Rika tahu orang tua Sean sangat mendukungnya.
Dalam kesibukannya selama pelajar di sekolah pagi sampai siang kemudian sore hari ia ikut les privat. Rika tetap meluangkan waktunya untuk menghubungi Sean namun karena Sean sama sekali tidak memiliki perasaan padanya, ia sering mengabaikan telepon dari Rika.
Di abaikan oleh Sean, Rika tidak pernah menyerah karena ia tahu betul bagaimana sifat Sean yang sebenarnya ia tidak akan pernah mengecewakan orang yang sangat berarti baginya. Rika berharap Sean mencintainya ia banya melakukan pengorbanan untuk Sean namun apa yang ia harapkan sangatlah mengecewakan justru Sean semakin jauh darinya.
Jangan lewatkan episode selanjutnya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Susi Ana
jempol hadir, mampir ya
2021-01-08
2