"Apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Vita.
" Kau pernah dengar tentang ibuku kalau ibuku sudah meninggal?"
Vita mengangguk.
"Iya. Aku tahu kalau ibumu sudah meninggal kau sendiri yang cerita padaku. Seorang wanita hebat yang melahirkanmu" kata Vita.
"Ummh. Bukan itu yang ingin ku katakan"
"Lalu?"
"Baru baru aku tahu kabar mengejutkan kalau ibuku ternyata meninggal karena di bunuh" ujar Sean. Ia melirik Vita menunggu reaksi gadis itu.
Vita terkejut namun ia segera menyembunyikan keterkejutannya.
"Jadi ibumu meninggal karena di bunuh.siapa yang sudah membunuhnya? Apa orang itu sudah di penjara?" cerocos Vita.
" Orang itu belum di penjara dia masih berkeliaran sana sini. Agak sulit di kenakan hukum karena ia berasal dari keluarga berpengaruh" balas Sean.
"Siapa orangnya?" tanya Vita pura pura.
"Dia orang yang berharga bagiku. Kau orangnya. Iya kau sendiri orangnya. Kau telah merenggut kebahagiaanku" ujar Sean lemah tapi wajahnya menunjukkan kemarahan.
Vita menundukkan kepalanya.
"Jangan menuduh sembarang Sean. Bagaimana bisa kau seenaknya menuduhku. Apa kau punya bukti"
"Aku memang tidak punya bukti tapi ayah dan pamanku pasti memilikinya" kata Sean.
"Itukan. Kau sendiri tidak punya bukti apa apa. Kau hanya percaya pada perkataan keluargamu yang belum tentu benar"
" Keluargaku yang berbohong atau kau yang bohong. Jadi itu alasannya kau tidak pernah ku ajak bertemu keluargaku begitu pula sebaliknya"
Vita diam. Ia tidak bisa berkata kata.
"Aku sering berpikir andaikan kita berpisah? bagaimana caranya hubungan kita akan berakhit ternyata beginilah caranya" tanpa ingin mendengar balasan Vita,Sean berdiri lalu melangkah meninggalkan gadis itu.
Beberapa detik...
" Berhenti Sean. Aku tidak ingin hubungan kita berakhir. Aku masih menyayangimu" sahut Vita dari belakang Sean.
Sean menoleh dan ia terkejut melihat gadis itu sudah memegang pisau dapur entah darimana ia mendapatkannya.
"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Sean.
"Jangan main main denganku" jawab Vita.
"Kaulah yang main main denganku Vita"
"Kau tidak boleh pergi dariku. Aku akan tetap mempertahankan kau di sisiku bagaimana pun caranya. Hidup atau mati" Vita segera berlari mengayunkan pisau itu ke arah Sean. Pria itu membela diri namun sayangnya lengan kanannya terkena sabetan pisau Vita. Darah segar mengucur dari lengan kekarnya.
"Sia***. Apa kau sudah gila" kata Sean. Emosinya mulai memuncak.
"Ya. Aku gila karenamu sayang" ujar Vita sambil memainkan pisau yang ada di tangannya.
"Kau sudah lama gila sejak kau membunuh ibuku"
Vita tersenyum. Ia menunjukkan tawa mengerikannya.
"Aku memang sudah membunuh ibumu sebelum kita pacaran dan ternyata anaknya mencintaiku" ucap Vita " Kalau kau meninggalkanku aku akan membunuhmu"
"Jadi itu rupamu yang sebenarnya. Ternyata selama ini kau menggunakan topeng. Aku menyesal pernah mencintaimu" balas Sean. Ia tidak takut Vita membunuhnya tapi ia harus hidup demi ayahnya.
Sean meringis menahan sakit. Kaki kirinya sudah terkena sudah terkena tusukan pisau Vita. Di balik tubuh semampainya ternyata Vita mempunyai kekuatan yang luar biasa. Orang orang yang tidak mengenalnya tidak akan menyangka kalau gadis yang berusia 15 tahun itu adalah seorang pembunuh.
Sean mengumpulkan kekuatannya. Ia harus meloloskan diri dari gadis rubah ini. Sean segera menendang perut Vita dengan kaki kanannya membuat gadis itu terlempar jatuh. Tubuh mungilnya membentur kursi panjang yang ada di situ.
" Kau ternyata masih punya kekuatan yah. Bagaimana kalau kaki yang satumu itu ku potong" Vita menyeringai. Ia segera berdiri lalu berlari kembali ke arah Sean.
Sean berhati hati. Serangan apa lagi yang akan di keluarkan cewek sinting ini. Sebelum Vita mengayunkan pisaunya, Sean terlebih dahulu menendang wajah gadis itu dengan segenap kekuatannya alhasil Vita jatuh terlempar kembali sambil memegang wajahnya yang lebam, pisaunya lepas dari tangannya. Sean segera menggunakan kesempatan ini, pria itu berlari dari sana dengan langkah yang tertatih tatih.
"Aku hampir terbunuh" kata Sean dalam hati. Ia segera meninggalkan taman kota itu dengan mobilnya.
Di perjalanan menuju rumahnya. Sean menyetir dengan linangan air mata. Pipinya basah karena matanya tak henti hentinya mengeluarkan butiran kristal. Ia belum sepenuhnya bisa menerima kenyatan ini. Mendengar Vita membunuh ibunya dan melihat Vita malam ini hampir juga membunuhnya. Pria itu melirik ke arah kursi sebelah kirinya, pisau Vita yang berlumuran darah ada di sana. Ia mengambilnya tadi saat pisau itu sudah lepas dari tangan Vita.
Keinginan yang besar untuk hidup bahagia bersama dengan Vita di masa depan tiba tiba sirna. Sean segera menepis perasaan itu jauh jauh. Tapi cinta yang mendalam tidak menutup kemungkinan kalau Sean masih mengharapkan Vitanya. Andaikan ia terlahir kembali, ia ingin bersama dengan Vita lagi tanpa bayang bayang masa lalu yang kejam.
Sejak hubungan Vita dan Sean hancur, Sean tidak pernah lagi menjalin hubungan dengan gadis lain . Sean yang dulunya banyak bicara dan ceria kini berubah menjadi Sean pendiam dan dingin. Ia sudah mati rasa terhadap perempuan.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi, pria itu belum tidur. Ia barusan mengulang kembali masa lalu dengan Vita di dalam memori otaknya. Selama 4 jam pria itu menundukkan wajahnya di atas meja. Andaikan Jasmine bangun dari tidurnya, ia pasti berpikir kalau Sean sedang tidur dalam keadaan duduk tapi nyatanya pria itu sedang berkhayal.
Sean mengangkat wajahnya. Ia meregangkan otot ototnya, kemudian ia mengambil segelas air hangat lalu meneguknya kemudian mengambil ponselnya mengetikkan sesuatu dikirimnya pada Gilang. Ia tidak akan masuk kelas hari ini.
Jasmine menggeliat di atas kasur, rupanya gadis itu sudah bangun. Ia membuka matanya lalu melihat Sean sedang duduk sambil memegang segelas air.
"Kau sudah bangun?" tanya Sean masih dalam posisi membelakangi Jasmine.
"Yaah" jawab Jasmine lemah. Ia belum sepenuhnya sadar " jam berapa sekarang?"
" Jam 05.00"
Jasmine tersentak bangun.
"Aku akan segera pergi. Nanti akan ketahuan penjaga asrama kalau aku tidur di sini"
"Tunggu 20 menit lagi masih gelap di luar" ujar Sean.
"Tidak. Aku akan segera pergi. Ini sudah pagi. Aku yakin pembunuhnya tidak berkeliaran lagi" kata Jasmine sambil melipat selimut yang ia pakai.
Sean menghabisakan segelas air yang di pegangnya tadi.
"Baiklah kalau itu maumu. Akan ku antar" Sean berdiri dari duduknya.
" Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri" tolak Jasmine.
"Jangan banyak bicara. Aku akan mengantarmu" paksa Sean.
Jasmine akhirnya menerima tawaran Sean. Mereka berdua segera keluar lalu pergi menuju asrama putri. Saat mereka keluar, situasi di luar masih sepi belum ada manusia yang menunjukkan batang hidungnya bahkan bagian kebersihan pun belum menunjukkan wajahnya mungkin karena kejadian di sekolah akhir akhir ini jadi seluruh penghuni sekolah belum ada yang menampakkan diri.
Sean mengantar Jasmine sampai ke depan kamarnya.
"Ternyata kau punya kunci cadangan untuk membuka pintu depan" bisik Jasmine.
" Tentu saja. Ketua osis pasti memilikinya" ucap Sean songong.
"Sombong sekali" bisik Jasmine tersenyum lalu menghilang di balik pintu.
Sean tersenyum. Ia senang melihat tingkah gadis itu. Sean berbalik arah namun indra penciumannya bekerja. Ia mencium bau amis darah, darimana bau ini? Sean menoleh ke kanan dan ke kiri lalu ia menemukan bercak darah di lantai lorong asrama. Pria itu segera menunduk, memeriksa bercak darah itu.
"Pembunub itu mencari Jasmine" kata Sean dalam hati.
Nantikan episode selanjutnya!
Jangan lupa komen, like dan vote
dukungan dari pembaca sangat berharga buat author
Terimah kasih!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Nur Mutmainna Patta
paling si Vita jelly drink
2023-08-11
1
나의 햇살
jangan² si Vita karena udah membunuh paman Sean juga udah dijadikan sebagai mesin pembunuh semenjak tinggal sama bibinya/keluarganya
2022-04-14
0
나의 햇살
udah gila si Vita semenjak dijadikan mesin pembunuh
2022-04-14
0