Kematian keempat

Ketiga polisi dari pusat kota sudah tiba di SMA Rajawali. Siapa lagi kalau bukan Dimas, Vikal dan Mira.

"Aku tidak menyangka kalau SMA terbaik ini akan mengalami kisah pembunuhan" ungkap Mira.

polisi wanita itu menatap dengan seksama bangunan tiga lantai yang ada di depannya. Entah kenapa ia merasakan aura menakutkan menyelimuti tempat itu.

"Aku sudah tidak sabar menangkap siapa dalang di balik pembunuhan ini" kata Vikal gemas.

"Jangan memandang remeh. Pembunuh itu cerdas jangan sampai dia yang membunuhmu" tegur Dimas.

"Tidak akan" ucap Vikal percaya diri.

Ketiga polisi itu melangkah dengan mantap ke lolasi sekolah. Beberapa hari ke depan mereka akan tinggal di tempat ini.

"Kira kira di mana pembunuhnya bersembunyi" ujar Mira sambil melihat lihat bangunan tinggi di hadapannya.

"Entahlah"

***

"Kau lihat tadi dua orang polisi datang ke sini?" tanya Jasmine.

"Iya. Aku harap pembunuhnya segera di tangkap. Aku sangat penasaran" kata Bunga. Ia menopang dagunya dengan tangan sambil melihat lihat pemandangan yang ada di luar asrama.

"Aku sangat takut dengan situasi ini. Kenapa hari pertama sekolah langsun di suguhi oleh kejadian yang mengerikan"

Bunga mengangkat bahunya. Ia berusaha untuk tenang tapi sejujurnya ia juva merasa gelisah.

Tring...tring...tring...

Ponsel Bunga berdering. Ia segera mengambil ponselnya nama Rara terpampang di sana.

"Halo " sapa suara dari seberang.

"Halo juga" balas Bunga

"Kau sibuk sore ini" tanyanya.

"Tidak"

"Datanglah ke kamarku"

"Oke"

Bunga mengakhiri panggilannya.

"Siapa?" tanya Jasmine

"Teman sekelas kita Rara. Dia memanggilku ke kamarnya. Kamarnya ada di lantai satu no.138. Kau ingin ikut" ajak Bunga.

Jasmine menggeleng.

"Tidak. Kau saja yang pergi"

"Baiklah" Bunga bersiap siap. Ia segera turun dari lantai dua.

Setelah kepergian Bunga.

Jasmine duduk dengan malas di atas kursi meja belajarnya. Ia menyandarkan dahinya ke atas meja.

" Aaah, seharusnya aku tidak datang ke sekolah ini" ucapnya lemas. Ia rindu kedua orang tuanya. Ia ingat kasurnya yang nyaman di rumah.

Kemudian nada dering pesan berbunyi di ponselnya.

Jasmine segera mengambil ponselnya yang tergeletak di atas tempat tidur, memeriksa siapa yang mengirimya pesan.

"Hai. Ini aku Sean

boleh kita bertemu?"

Begitu isi pesan yang masuk

"Boleh di mana" balas Jasmine.

"Taman belakang asrama"

"Oke"

Jasmine menghela nafasnya , ketua osis itu ingin bertemu dengannya. Entah kenapa sean ingin menemuinya tapi Jasmine tidak perlu banyak tanya sudah menjadi kebiasaan baginya banyak laki laki yang ingin bertemu dengannya. Namun dari sekian banyak pria yang ingin berkencan tapi sampai saat ini Jasmine masih tetap menjomblo.

Jasmine segera menyambar handuknya yang di gantung di dinding. Ia kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai mandi.

Jasmine segera memakai baju santai. Ia memakai kaos berwarnah merah dan trening hitam. Ia membiarkan rambut basahnya tergerai lalu memakai sedikit bedak di wajahnya mulusnya kemudian memoleskan pelembab bibir berwarnah merah muda di bibir manisnya. Ia segera keluar kamar lalu menuju taman belakang asrama seperti yang di maksud oleh Sean.

Sesampainya di sana Sean sudah duduk menunggu . Penampilan Sean sore ini juga terlihat menawan. Sean melirik ke arah Jasmine yang melangkah mendekatinya entah kenapa hatinya berdesir melihat perempuan yang satu ini. Ia merasa canggung dan malu begitu banyak perempuan perempuan cantik yang di lihat olehnya di luar sana namun Jasmine adalah perempuan tercantik yang pernah di lihatnya. Jasmine segera duduk berdampingan dengan Sean. Tanpa rasa malu Jasmine duduk di samping seniornya itu, berbeda dengan Sean sejak pertama kali Sean sudah merasa gugup.

Taman belakang asrama memang di buat khusus bagi setiap siswi yang ingin beristirahat melepaskan penat. Begitu banyak bunga bunga cantik berwarna warni yang ada di dalam taman ini bahkan tempar duduk dari berbagai bentuk menghiasi tempat itu seolah olah di rancang bagi muda mudi untuk berkencan.

Sean semakin canggung, dadanya berdesir hebat saat Jasmime duduk di sampingnya, bau aroma wangi menusuk indra penciuman Sean. Benar benar sempurna. Gadis yang ada di sampingnya ini benar benar fatamorgana yang menjadi kenyataan.

" Ada apa kakak memanggilku?" tanya Jasmine sopan.

Sean melihat gerakan bibir itu yang sangat sensual. Bibir sexy yang berwarnah merah ranum itu bahkan jauh lebih sexy dari bibir model lipstik ternama di negara ini. Ini pertama kalinya ia berbicara dengan seorang Dewi.

"Halo" Jasmine menggoyang goyangkan tangannya di wajah Sean.

Sean tersentak. Ia terpaku beberapa detik. Ia malu sendiri dengan tingkahnya. Namun ia cepat cepat mengubah ekspresinya menjadi datar.

"Aku ingin membicarakan kalungmu" ujar Sean.

"Kalungku"

"Iya

"Kalung itu terlihat mahal. Jadi itu hadiah dari orang tuamu"

Jasmine mengangguk.

"Siapa yang kau curigai mencuri kalungmu?" tanya Sean

"Entahlah. Pagi itu aku dan teman sekamarku berada di aula" jawab Jasmine.

"Aku rasa si pencuri dan si pembunuh saling berkaitan" ungkap Sean.

"Apa kakak yakin?" tanya Jasmine

Sean mengangguk.

"Aku dengar pembunuhnya memakai jubah panjang saat menjalankan aksinya. Aku sempat melihatnya kemarin malam. Dia memakai jubah merah dan membawa kapak" kata Jasmine serius.

Sean kaget mendengar perkataan Jasmine. Dia memperhatikan gadis itu dengan seksama.

"Dimana kau melihatnya?" tanya Sean.

"Di samping kantin sekolah depan laboratarium lama" jelas Jasmine" aku yakin ia salah satu penghuni sekolah ini. Ia ada di antara kita"

Sean manggut manggut. Benar kata orang tidak hanya cantik tapi gadis di sampingnya ini juga cerdas.

"Kenapa kau bisa seyakin itu?" tanya Sean lagi.

"Kalau dia orang luar pasti polisi sudah menangkapnya mengingat akses ke luar sekolah sangatlah ketat tapi ini juga membingungkan kenapa polisi sangat susah menangkap pembunuhnya bukankah kemarin di lakukan razia saat kami berada di aula dan aku dengar juga kalau polisi tidak mendapatkan bukti" jelas Jasmine panjang lebar.

"Entahlah. Kisah ini sangat rumit" kata Sean bingung.

"Atau ada ruangan lain di sekolah ini yang tidak kita ketahui " Jasmine bertanya tanya.

"Maksudmu"

"Ruangan tersembunyi"

Sean diam.Apa yang di katakan Jasmine memang masuk akal. Si princess itu tergolong orang jenius " sepertinya gadis ini bisa di masukkan ke dalam kelompok kami" pikir Sean dalam hati. Tapi ia tidak boleh percaya siapapun kecuali keempat temannya. Siapapun bisa menjadi tersangka apalagi siswa baru.

Sebelum Sean memutuskan akan memasukkan Jasmine ke dalan kelompoknya. Ia harus berbicara terlebih dahulu kepada keempat temannya.

"Hari sudah mulai malam. Pulanglah ke kamarmu" kata Sean.

"Iya"

Sean dan Jasmine berbalik masing masing ke kamarnya.

***

Hari sudah malam. Jam menunjukkan pukul 10.00 Bunga masih berada di kamar Rara dan Dina. Mereka bertiga sedang melukis. Bunga dan Rara sudah saling mengenal sejak lama karena mereka berdua pernah masuk ke kelas melukis yang sama.

"Catnya habis" ujar Rara saat lukisannya hampir rampung.

"Di kamarku ada cat. Aku akan ke sana mengambilnya" ucap Bunga. Kemudian ia dan Dina keluar kamar menuju lantai dua.

Beberapa menit setelah kepergian Bunga dan Dina.

Tok....tok.....tok.....

"Masuk saja tidak di kunci" sahut Rara dari dalam kamar. Ia pikir Bunga dan Dina yang mengetuk pintu.

Tok...tok....tok....

Suara ketukan masih terdemgar.

Rara langsun menuju ke arah pintu lalu membukanya.

"Kenapa tidak di buka saja. Tidak di kunci" ucap Rara lalu melihat ke luar.

Tapi bukan Bunga dan Dina yang ia lihat tapi orang lain.

Door...

Peluru tembakan dengan tepat bersarang di jantungnya. Rara langsun tumbang. Cairan merah segar keluar dari dadanya. Rara sudah menutup matanya untuk selamanya.

Door....door...door....

Tanpa rasa kasihan jubah merah itu menembak tubuh Rara yang sudah berkali kali. Suara tembakan tidak kedengaran karena pistol yang ia pakai tidak mengeluarkan bunyi sama sekali. Kemudian jubah merah itu meninggalkan Rara dengan kondisi yang mengenaskan.

Dari lorong asrama. Bunga dan Dina berjalan ke arah kamar Rara sambil menenteng cat lukisan. Mereka berdua melihat kamar Rara dari jauh. Cahaya ke luar berarti pintunya terbuka.

"Maaf agak lama. Soalnya teman sekamarku tadi sudab tidur. Aku memanggilnya berkali kali " ucap Bunga yang baru datang.

Tapi bukan jawaban yang ia terima tapi tubuh kaku Rara yang berlumuran darah yang mereka lihat.

Melihal hal itu.

Dina jatuh terduduk menutup mulutnya dengan kedua tangannya . Ia sangat tidak percaya dengan apa yang ia lihat sedangkan Bunga dengan spontan ia berteriak

"Aaaaaah"

Suaranya meggema di asrama putri.

Teror di Sekolah bakalan update tiap hari. Nantikan setiap episodenya,tanpa melewatkannya.

Salam hangat dari Author❤❤❤

Terpopuler

Comments

Bunda'a Gilang

Bunda'a Gilang

aq mampir Thor moga sampe tamat ya ceritanya jngan di gntung klamaan.....

2022-06-11

1

나의 햇살

나의 햇살

berarti pistolnya pakai peredam

2022-04-14

0

anggita

anggita

mapir lgi👍

2021-02-13

1

lihat semua
Episodes
1 Gadis Kaya yang Sombong
2 Ketua Osis yang Tampan
3 Di Mulainya Teror
4 Rencana Nanda
5 Mayat di Loteng Sekolah
6 Mencari Tahu
7 Kematian keempat
8 Mencekam
9 Luluh
10 Masa Lalu Sean
11 Masa Lalu Sean Bagian II
12 Serpihan
13 Perlindungan
14 Pencarian
15 Pencarian Bagian II
16 Penemuan
17 Penemuan Bagian II
18 Tas Usang
19 Buku Kecil
20 Toilet
21 Dian yang Tak Pernah Padam
22 Pertanyaan
23 Pesta
24 Pesta Bagian II
25 Nomor Ponsel
26 Bertemu Nyonya Elis
27 Keponakan Gila
28 Tatapan Seorang Pembunuh
29 Tato Kalajengking
30 Hujan Badai
31 Sayang
32 Janji
33 Hati hati
34 Mencari
35 Kacau
36 Vita, sang Pembunuh
37 Pelarian
38 Saudara yang malang.
39 Ular
40 Kalah
41 Dewi yang Sebenarnya
42 Bertemu Irabella
43 Interogasi
44 Ingatan lama
45 Bunda Merry
46 Harapan Bunda Merry
47 Naluri Seorang Ibu
48 Memilih Bunda Merry
49 Pasangan yang Serasi
50 Mengejar Bintang
51 Melepas Rindu
52 Kemarahan Dimas
53 Tertangkap
54 Wartawan
55 Kembali ke Sekolah.
56 Maafkan Aku.
57 Pria yang Meninggal di Klub Malam.
58 Kelas 10 A
59 Dua Bersaudara
60 Simbol Rahasia
61 Sekelompok Singa
62 Berangkat
63 Benda yang Mengapung
64 Bertemu Nyonya Shiren.
65 Pura Pura
66 Ternyata Masih Hidup
67 Gua
68 Selembar Surat.
69 Rangking yang Membawa Petaka
70 Identitas yang Terbongkar.
71 Di Tengah Laut.
72 Joy dan Agra
73 Menjemput Ajal
74 Jalan Lain.
75 Pertemuan kakak adik
76 Jasmine dan Yoona
77 " Sebelum Hujan, Aku Akan Mendengar Suaramu Jangan Sampai di Halangi Oleh Hujan"
78 Gundah Gulana
79 Menyerupai Iblis.
80 Seharusnya Aku.
81 Jurang
82 Foto
83 Lari dari Rumah Keluarga Bella.
84 Jebakan
85 Speedboat.
86 Akhir dari Keputusasaan
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Gadis Kaya yang Sombong
2
Ketua Osis yang Tampan
3
Di Mulainya Teror
4
Rencana Nanda
5
Mayat di Loteng Sekolah
6
Mencari Tahu
7
Kematian keempat
8
Mencekam
9
Luluh
10
Masa Lalu Sean
11
Masa Lalu Sean Bagian II
12
Serpihan
13
Perlindungan
14
Pencarian
15
Pencarian Bagian II
16
Penemuan
17
Penemuan Bagian II
18
Tas Usang
19
Buku Kecil
20
Toilet
21
Dian yang Tak Pernah Padam
22
Pertanyaan
23
Pesta
24
Pesta Bagian II
25
Nomor Ponsel
26
Bertemu Nyonya Elis
27
Keponakan Gila
28
Tatapan Seorang Pembunuh
29
Tato Kalajengking
30
Hujan Badai
31
Sayang
32
Janji
33
Hati hati
34
Mencari
35
Kacau
36
Vita, sang Pembunuh
37
Pelarian
38
Saudara yang malang.
39
Ular
40
Kalah
41
Dewi yang Sebenarnya
42
Bertemu Irabella
43
Interogasi
44
Ingatan lama
45
Bunda Merry
46
Harapan Bunda Merry
47
Naluri Seorang Ibu
48
Memilih Bunda Merry
49
Pasangan yang Serasi
50
Mengejar Bintang
51
Melepas Rindu
52
Kemarahan Dimas
53
Tertangkap
54
Wartawan
55
Kembali ke Sekolah.
56
Maafkan Aku.
57
Pria yang Meninggal di Klub Malam.
58
Kelas 10 A
59
Dua Bersaudara
60
Simbol Rahasia
61
Sekelompok Singa
62
Berangkat
63
Benda yang Mengapung
64
Bertemu Nyonya Shiren.
65
Pura Pura
66
Ternyata Masih Hidup
67
Gua
68
Selembar Surat.
69
Rangking yang Membawa Petaka
70
Identitas yang Terbongkar.
71
Di Tengah Laut.
72
Joy dan Agra
73
Menjemput Ajal
74
Jalan Lain.
75
Pertemuan kakak adik
76
Jasmine dan Yoona
77
" Sebelum Hujan, Aku Akan Mendengar Suaramu Jangan Sampai di Halangi Oleh Hujan"
78
Gundah Gulana
79
Menyerupai Iblis.
80
Seharusnya Aku.
81
Jurang
82
Foto
83
Lari dari Rumah Keluarga Bella.
84
Jebakan
85
Speedboat.
86
Akhir dari Keputusasaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!