" Hah ". Situas ini sangat menegangkan" kata Jasmine ssmbil melempar tubuhnya ke atas kasur Sean.
"Kau ingat kemarin saat kita mengintai dari balik ilalang, pembunuh itu membawa kresek yang di dalamnya berisi kepala manusia?" tanya Sean.
"Iya aku ingat memangnya kenapa?" tanya balik Jasmine.
"Polisi wanita yang bernama Mira itu tewas. Ia di bunuh di taman belakang asrama putri. Jasadnya tanpa kepala mengambang di tengah kolam. Diana dan Dewi yang menemukannya tadi siang" jelas Sean.
" Apa " Jasmine terkejut " si pembunuh sangat licin, sudah ada dua polisi yang terbunuh.
"Tetaplah waspada tapi jangan takut berlebihan" Sean mengingatkan.
Jasmine mengangguk.
Sean melirik jam tangannya. Sudah jam 19.30
" Aku akan bertemu Gilang dan Nanda malam ini, berdiam dirilah dalam kamar" kata Sean mengambil jaketnya.
" Di luar bahaya. Kau masih berani keluar?" tanya Jasmine tak percaya.
" Tenanglah. Aku akan pulang dengan selamat. Nanti saat aku pulang, aku akan bilang huruf J di depan pintu. Kalau ada suara ketukan lain jangan buka" jelas Sean.
" Tapi " sergah Jasmine.
" Kau tidak boleh takut. Anggap saja aku seorang detektif yang menjalankan misi" ujar Sean sambil mengedipkan sebelah matanya.
Jasmine cemberut melihat Sean keluar meninggalkannya. Sean melangkah santai di lorong asrama namun ia tetap waspada, pembunuh itu bisa muncul dari mana saja. Tadi setelah di temukannya mayat Mira. Sean, Nanda dan Gilang menawarkan diri untuk membantu Dimas dan Vikal memecahkan kasus ini. Awalnya kedua polisi itu menolak tapi saat mereka mengetahui kalau ketiga pentolan SMA Rajawali itu adalah murid murid yang jenius di angkatannya selain itu mereka bertiga juga pemegang sabuk hitam. Jadi itulah sebabnya Dimas dan Vikal mengisinkan mereka untuk bergabung bersamanya.
Sean merapatkan mantel coklatnya ke tubuhnya. Malam ini angin bertiup kencang menyebabkan siapapun yang di terpanya pasti merasakan kedinginan. Pria itu menggosok kedua telapak tangannya sambil melangkah ke dalam ruangan khusus kedua polisi itu.
Di dalam sana. Nanda dan Gilang lebih duluan sampai, kedua anak ini teman sekamar. Jadi mereka datang bersama sama.
"Kalian daritadi di sini. Kenapa tidak memanggilku?" tanya Sean yang baru datang.
" Kami tadi lewat di depan kamarmu. Tapi terkunci, kami pikir kau sedang keluar" jawab Gilang.
Sean diam. Kedua temannya itu pasti mencarinya saat ia menjemput Jasmine.
" Oh iya. Tadi ada urusan sedikit" ucapnya.
Dimas duduk dengan gagah di kursinya. Mereka berlima duduk berhadapan dengan meja bundar yang ada di tengahnya.
" Baik adik adik. Aku harap kalian seius di dalam masalah ini. Sudah ada lima orang yang terbunuh kepala sekolah, dua adik kelas kalian dan dua polisi. Bisa di pastikan tidak hanya licik tapi pembunuh ini juga pintar karena dia bisa leluasa menjadikan aksinya di tengah tengah penyelidikan polisi" jelas Dimas.
" Bagaimana pak polisi. Apa sudah ada gambaran siapa pelakunya?" tanya Nanda dengan muka yang serius.
" Belum ada " balas Dimas.
" Kita tertinggal jauh. Pembunuh itu sudah melangkag sepuluh langka di depan kita" sahut Gilang.
" Aku yakin dia akan beraksi lagi malam ini. Penyelidikan ini tidak ada gunanya" kata Nanda.
Dimas tersinggung mendengar perkataan anak SMA itu. Tapi itulah kenyataannya, sudah ada lima orang yamg terbunuh tapi penyelidikannya belum membuahkan hasil sama sekali.
" Jadi apakah di antara kalian bertiga ada yang memiliki rencana?" tantang Vikal. Ia juga merasa tersinggung karena seolah olah ketiga anak itu meremehkannya.
" Kenapa Bapak bertanya pada kami . Kami tinggal menjalankan perintah saja" balas Nanda.
" Kalian penghuni asli sekolah ini. Aku yakin kalian pasti memiliki rencana walau sedikit saja" ujar Vikal. Ia senang bisa membuat anak anak ini kebingungan.
" Sebelum masuk ke dalam rencana. Ada yang ingin ku katakan" kata Sean tiba tiba.
" katakan " ujar Dimas.
" Pembunuh itu hanya berkeliaran di sekolah ini dan ia bisa menghilang tiba tiba. Apa tidak aneh menurut anda. Kemungkinan sekolah ini memiliki ruangan rahasia yang tidak kita ketahui" ujar Sean. Ia teringat perkataan Jasmine beberapa waktu yang lalu.
" Maksudmu ?" tanya Gilang bingung.
" Seperti ruang bawah tanah atau sejenisnya" kata Sean.
Dimas tersentak. Benar apa yang di katakan Sean. Kemungkinan ada ruang tersembunyi semakin ruang bawah tanah yang di gunakan pembunuh itu bersembunyi itulah sebabnya keberadaannya sangat sulit untuk di lacak. Kenapa ia tidak kepikiran dari dulu dan kemumgkinan juga tempat itulah yang di gunakan menyimpan kepala para korban yang sampai sekarang ini belum di temukan seperti yang telah di ketahui ada tiga mayat yang tidak memiliki kepala pak Alex, Andy dan Mira.
" Kau benar" Dimas mengacungkan jempolnya ke arah Sean. Jadi rumor itu benar kalau anak anak ini adalah orang orang yang jenius dan bisa di andalkan.
" Jadi apa yang akan kami lakukan pak?" tanya Nanda.
" Mencari pembunuh itu, menghentikan ia menjatuhkan korban malam ini. Kalau ia berhasil lolos itu urusan belakang asalkan selamatkan orang yang akan di bunuhnya" kata Dimas mantap.
" Baiklah" jawab mereka kompak. Meskipun mereka tidak tahu , siapa lagi yang akan di bunuh malam ini namun mereka tetap menjalankan tugas.
Kelima orang itu berpencar jadi dua bagian. Dimas dan Vikal sedangkan Sean, Nanda dan Gilang bersama namun mereka tetap saling terhubung satu sama lain. Kedua polisi itu berjaga jaga di lokasi asrama putri dan sekitarnya kemudian ketiga anak itu berjaga jaga di lokasi asrama putra termasuk kantin dan laboratorium lama.
Sean melihat ke arah laboratorium lama itu. Ia teringat saat ia menyelamatkan Jasmine dari intaian sosok berjubah itu. Pria itu sangat yakin kalau laboratorium lama ini adalah jalan menuju ruangan tersembunyi. Tapi yang menjadi pertanyaan di manakah jalan tersebut? tidak ada petunjuk sama sekali.
" Aku merinding" ujar Nanda sambil menyilangkan tangannya di atas bahunya.
" Jangan banyak bicara. Perhatikan ke sekelilingmu" kata Gilang.
" Siap " Nanda menunduk hormat. Rupanya pria ini masih bisa bermain main di dalam keadaan saat ini.
***
Di dalam kamar Sean. Jasmine belum memejamkan matanya. Ia masih menunggu kepulangan Sean dengan jantung yang berdebar debar. Agar nanti suara Sean jelas di dengar saat ia menyebutkan huruf J. Gadis cantik itu duduk di belakang pintu. Jam sudah menunjukkan pukul 23.00, tapi Sean belum menunjukkan batang hidungnya. Jasmine merasa gelisah, apa Sean baik baik saja di luar sana? pikirnya.
Beberapa menit kemudia .
Suara ketukan pintu terdengar. Jasmine memasang pendengarannya dari manakah suara ketukan itu. Dari depan kamar Sean. Jasmine memberanikan diri, dengan pelan pelan gadis itu mengintip ke dalam celah lubang kunci. Alangkah terlejutnya ia saat ia melihat sosok berjubah merah berada di depan pintu tetangga kamar Sean yang kebetulan pintunya berhadapan dengan pintu kamar Sean, Jasmine mengambil ponselnya lalu mengirimkan pesan pada Sean.
Tring...
Sedetik kemudian. Pesan Jasmine sudah tersampaikan pada Sean. Mendengar notif pesan berbunyi, pria itu segera mengambil ponselnya dari saku mantelnya lalu membacanya.
" Cepatlah ke sini. Sosok berjubah itu berada di depan pintu kamar nomor 176. Ia sedang mengetuk pintu"
Sang ketua osis itu membulatkan matanya melihat isi pesan Jasmine, Sean segera berlari masuk ke dalan asrama putra.
" Ikut aku. Hubungi kedua polisi itu ,pembunuhnya ada di dalam.
Gilang segera menyusul Sean sedangkan Nanda menghubungi Dimas dan Vikal. Ia tertinggal jauh dari kedua temannya yang berlari sekuat tenaga di dalam lorong asrama lantai satu dengan lampu yang temaram.
Jangan lewatkan episode selanjutnya!
makin seru loh.
Jangan lupa komen, like dan vote🙏🙏
dukungam pembaca sangat berharga buat author.
Terimah kasih💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
anggita
like👍
2021-02-13
2