Jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Malam ini adalah malam yang di terangi oleh sinar bulan, di luar keadaan tidak terlalu gelap namun penghuni SMA Rajawali berdiam diri di dalam kamar masing masing sudah 10 jam Tasya menghilang dan polisi tidak bisa menemukan jejaknya sama sekali kecuali sepasang sepatu di depan toilet.
Sean menatap ponselnya, malam ini Jasmine tidak akan ke kamarnya lagi karena teman sekamarnya Bunga sudah pulih dari rasa takutnya. Gadis itu sudah kembali bersama dengan Jasmine, Sean menyunggingkan senyum kala mengingat gadis cantik itu pria itu sudah tidak bisa membohongi hatinya kalau ia tidak mencintai Jasmine. Sean ingin mengungkapkan perasaannya namun ia menunggu waktu yang tepat . Hari ini Sean dan kedua temannya akan membantu lagi Dimas dan Vikal untuk menemukan pembunuh itu yang entah sampai kapan bisa di temukan.
Di dalam kamar nomor 263, Bunga duduk bersandar pada ranjangnya, matanya terpejam namun pikirannya sedang bekerja sedangkan Jasmine ia sibuk mengirim pesan pada Sean.
" Jas " panggil Bunga
Jasmine menoleh.
" Ada apa?"
" Ada yang ingin ku katakan" Bunga memasang wajah serius.
" Katakan"
" Saat aku bersama dengan bu' Vany di kamarnya. Aku menemukan sepatu perempuan tapi hanya sepasang" kata Bunga .
" Lalu"
" Sepatu itu keluaran tahun 80 an aku dapat mengetahuinya dari mereknya dan sepatu itu bukanlah milik bu' Vany" jelas Bunga
" Lalu milik siapa?" tanya Jasmine ingin tahu.
" Aku tidak tahu dan bu' Vany juga tidak tahu, aku sempat bertanya padanya tapi katanya sepatu itu ia temukan saat ia membersihkan rumput di taman belakang asrama. Sepatu itu hampir terkubur oleh tanah"
" Memangnya kenapa dengan sepatunya?" tanya Jasmime bingung. Ia merasa aneh kenapa temannya ini mempermasalahkan sepatu keluaran tahun 80 an.
" Entah kenapa, aku sangat yakin kalau sepatu ini ada hubungannya dengan si pembunuh" Bunga menebak tapi ia sangat yakin kalau instingnya tepat.
" Maksudmu?" Jasmime terkejut.
" Iya, sepatu itu pasti bisa membawa kita kepada si pembunuh itu. Bagaimana kalau kita pergi ke tempat di mana bu' Vany menemukan benda itu?" kata Bunga. Ia turun dari ranjang sambil menatap Jasmine.
" Hentikan ide gilamu itu Bunga. Aku juga pernah menyelidiki kasus ini sendirian karena di liputi oleh rasa penasaran tapi kau tahu aku hampir mati andaikan Sean tidak menolongku. Kasus ini bukanlah permainan tapi nyawa yang menjadi taruhannya" Jelas Jasmine, ia sangat tidak setuju dengan perkataan Bunga.
" Hei, hidup dan mati ada di tangan Tuhan" kata Bunga antusias.
" Jadi maksudmu kita bertaruh pada keberuntungan. Ooh aku sangat tidak mau" tolak Jasmine tegas, berada dalam kamar saja ketakutan apalagi di luar dalam keadaan yang gelap dan hening.
" Aku tidak akan memaksamu tapi aku akan tetap pergi melihat kematian Rara malam itu sudah menghilangkan rasa takutku, entah kenapa aku tidak takut lagi" kata Bunga percaya diri. Ia mengambil jaketnya lalu memakainya.
" Jangan main main Bung" sergah Jasmine.
" Aku tidak main main, aku akan menemukan siapa pelaku pembunuhan sahabatku"
" Tapi ada polisi yang menyelidiki kasus ini kita hanya berdiam diri, menjaga diri agar kita selamat" Jasmine berusaha menghentikan Bunga namun nihil, gadis itu benar benar keras kepala
" Aaah" Jasmine menjambak rambutnya sendiri saat Bunga sudah pergi. Ia tidak habis pikir kenapa temannya bisa senekad ini.
Jasmine segera mengambil ponselnya lalu mengirim pesan pada Sean.
Sesampainya di taman belakang asrama putri.
Bunga mengarahkan senternya ke sekelilingnya, mencari cari siapa tahu ada petunjuk lain yang bisa ia temukan dan benar ia menemukan tas yang sudah usang di bungkuns oleh plastik berada di antara retaka n tembok. Bunga segera mengambil benda itu lalu membukanya, ia akan memeriksa isinya.
Di dalam tas itu terdapat dompet yang sudah rusak, ponsel jaman dulu dan sebuah buku kecil. Bunga kembali merapikan penemuannya ia akan pulang ke kaamrnya. Memeriksa barang ini di tempat ini bukanlah waktunya, Bunga segera pergi dari sana berharap tidak ada kejadian buruk yang menimpanya .
Bunga berjalan hati hati di dalam taman itu, matanya tajam melihat dalam remang remang. Matanya sudah seperti mata elang yang memperhatikan sekitarnya untuk mencari mangsa namun langkahnya terhenti saat ia menemukan seseorang sedang berdiri di depan kolam. Gadis itu segera mematikan senter ponselnya, memperhatikan orang yang ada di depannya di bawah cahaya bulan.
" Orang itu ada di sini" kata Bunga dalam hati. Ia tidak bisa mengenali orang itu karena mulai dari kepala karena mulai dari kepala sampai ujung kaki di tutupi oleh jubah panjang yang berwarna merah sambil menggenggam sebuah kapak.
" Apa dia habis membunuh lagi" gumamnya. Selama lima hari berdiam diri di dalam kamar bu' Vany karena melihat temannya mati dengan cara yang tidak manusiawi Bunga tidak takut lagi, ia menemukan keberaniannya yang tersimpan rapat di dalam nadinya bahkan Bunga sangat ingin menghampiri orang itu untuk membalaskan kematian sahabatnya namun Bunga masih sadar, menyerang orang itu sendirian tanpa senjata apapun sama saja menceburkan diri ke dalam sungai yang penuh dengan buaya. Gadis itu hanya diam di tempatnya menunggu orang itu pergi.
Satu menit...dua menit...sepuluh menit.
Sosok itu belum beranjak juga dari pijakannya, ia masih berdiam diri mematung melihat kolam yang ada di depannya.
" Apa sebenarnya yang ia lakukan?" kata Bunga tidak sabaran, kakinya gemetaran karena angin sepoi sepoi malam hari bertiup.
Namun tak lama kemudian, sosok itu sudah pergi. Melihat sosok itu sudah tidak ada, Bunga segera keluar dari tempat persembunyiannya namun hanya beberapa langkah Bunga kembali berbalik arah melihat kedatang Sean dan Vikal.
" Sia*, pasti mereka mencariku. Cewek gila pujian itu pasti melapor" umpat Bunga dalam hati. Ia tidak melakukan kesalahan apapun tapi ia harus bersembunyi jangan sampai dua orang itu menemukannya. Tapi nyatanya ia sudah melakukan kesalahan karena berkeliaran di malam hari, ia sudah melanggar aturan asrama.
" Dimana dia, katanya ia berada di sini" kata Sean sambil memperhatikan sekelilingnya.
" Siapa gadis yang senekad itu?" tanya Vikal.
" Teman sekamar pacarku" jawab Sean tanpa malu malu. Ia dan Jasmine belum pacaran tapi Sean sudah mengatakan kalau Jasmine adalah pacarnya.
Bunga tersedak oleh air liurnya sendiri mendengar perkataan Sean. Ia cengengesan sendiri di bawah pohon yang ada di taman itu.
" Jadi mereka sudah pacaran. Ternyata lima hari ini Jasmine sudah mendapatkan pria yang cocok untuknya. Label jomblo ngenes yang melekat pada diri cewek sombong itu sudah hilang" kata Bunga nyegir tapi ada perasaan cemburu dalam hatinya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri akan mendapatkan hati Sean namun sayangnya kejadian lima hari yang lalu membuatnya harus berdiam diri di dalam kamar penjaga asrama putri dan dalam kurun waktu itu Jasminelah yang berhasil mendapatkan hati Sean. Ia keduluan
" Malang sekali nasibku, aku sudah di tikung oleh sahabatku" Bunga menepuk jidatnya tanpa menyadari seseorang sudah berdiri di depannya dengan mata yang melotot marah.
" Siapa yang sudah menikungmu" bentaknya.
Bunga hampir jatuh pingsan melihat pangeran tampan berdiri di depannya dengan tatapan yang mematikan karena terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, ia tidak menyadari kalau Sean sudah ada di depannya.
Tanpa sengaja Bunga mengeluarkan senyum bodohnya.
Jangan lewatkan episode selanjutnya!
Jangan lupa komen, like dan vote.
dukungan pembaca sangat berharga buat author.🙏🙏
Makasih.💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Adinda
haha di tengah ketegangan bunga bisa ngelawak juga
2022-03-14
1