Mendengar teriakan dari dalam asrama putri. Bu Vany, pak Edy dan penghuni lainnya berlari ke arah di mana suara itu berasal. Bunga berteriak teriak seperti orang yang kesurupan melihat teman melukisnya itu mati bersimbah darah di dalam kamarnya.
Sesampainya di lantai dua. Mereka yang tiba di situ kaget dengan apa yang mereka lihat.
"Kenapa ini bisa terjadi" ucap pak Edy syok. Matanya membulat melihat jasad di depannya.
Dina menggeleng. Ia masih duduk ketakutan bersandar di dinding asrama.
Ketig polisi dari pusat kota juga ada di situ. Mereka juga mendengar teriakan Bunga.
"Dia di tembak. Kenapa suara tembakan tidak kedengaran" ujar Yulpi bingung. Ia tetangga kamar Rara dan Dina menempati kamar nomor 139.
"Tidak ada suara apapun" kata anak anak lainnya yang bersebelahan dengan kamar Rara.
Mira dan Vikal membubarkan kumpulan orang yang hadir di situ sedangkan Dimas membungkus tubuh Rara dengan sprei. Setelah kerumunan orang sudah bubar ketiga polisi itu memasukkan tubuh Rara ke dalam kantong jenasah lalu membawanya ke Rumah sakit.
"Siapa sebenarnya yang melakukan ini " Dimas frustasi. Ia merasa kehadirannya di situ tidak berarti apa apa. Setiap malam ada korban yang berjatuhan.
"Tenanglah. Kita pasti bisa mengetahuinya" ujar Mira menenangkan.
"Ini membingungkan. Kita sudah mengeledah seluruh bangunan sekolah ini tapi kita tidak menemukan bukti apapun" Vikal mondar mandir di dalam ruangan khusus yang di sediakan pihak sekolah untuk mereka.
"Sepertinya kita akan mencari info yang lebih tentang sekolah ini di masa lalu" ujar Mira.
"Apa maksudmu?" tanya Dimas.
"Aku yakin ada yang terlewatkan di dalam investigasi ini. Aku akan menghubungi Denal" Mira segera mengambil ponselnya lalu memberitahukan Denal untuk mencari informasi penting tentang sekolah ini.
***
Di kamar nomor 263. Jasmine berjalan mondar mandir sendirian. Teman sekamarnya Bunga saat ini sedang berada di lobi asrama bersama dengan bu' Vany karena trauma yang ia alami.
"Ini menakutkan" ujar Jasmine cemas " pembunuh itu berkeliaran, semakin banyak korban yang berjatuhan. Tapi aku sangat penasaran siapa sebenarnya pembunuh itu bisa bisanya ia beraksi di tempat yang sudah di jaga polisi"
Jasmine merinding. Ia sempat melihat mayat Rara tadi begitu banyak luka tembakan di sekujur tubuhnya. Ia ketakutan namun di samping itu Rasa penasaran Jasmine juga muncul. Entah darimana sifat detektifnya keluar.
"Aku harus mencari tahu siapa pembunuhnya" dengan stengah keberanian Jasmine mengambil jaket dan ponselnya lalu keluar dari kamar. Ia akan pergi ke laboratarium lama di mana ia melihat si jubah merah itu pertama kalinya.
Gadis cantik itu turun dari lantai dua saat akan memasuki lobi, ia mengintip tidak ada orang. Dengan sangat hati hati ia keluar dari asrama putri.
Di luar situasinya menakutkan. Gelap hanya lampu taman yang memisahkan bangunan asrama asrama putra dan putri yang menyala. Jasmine melangkah melewati taman itu dan asrama putra menuju laboratarium lama sambil menyalakan senter ponselnya.
Sesampainya di depan laboratarium lama. Jasmine mengarakan senter ponselnya ke segala arah. Ia mempertajam pendengarannya waspada jangan sampai sang pembunuh itu menemukannya bisa bisa ia di bunuh .
Jasmine melangkah mendekati kantin yang ada di depan labotarium, ia memperhatikan dengan teliti lokasi di mana ia melihat jubah merah itu. Tidak ada apa apa di sini hanya timbunan tanah yang akan di jadikan kebun.
Sreeek...sreek...sreek....
Suara langkah kaki
Jasmine segera berlari mencari tempat persembunyian. Ia berlari ke dalam laboratarium lama kebetulan pintunya tidak di kunci.
" Huft untung tidak di kunci" ucap Jasmine lega. Ia mengintip keluar. Di luar reman reman karena di sinari oleh lampu kantin.
"Siapa kira kira yang datang" Jasmine mempertajam pendengarannya " ada dua orang"
Beberapa detik kemudian.
"Sean. Kenapa dia bisa ada di sini. Lalu siapa perempuan yang ada bersamanya itu. Apa perempuan itu kekasihnya" pikir Jasmine dalam hati.
"Kenapa kau selalu begini. Apa kau tidak punya perasaan padaku walau sedikit saja" kata gadis itu.
"Sudah berapa kali ku katakan aku tidak mencintaimu" ucap Sean dingin.
"Aku mohon. Aku berusaha keras masuk ke sekolah ini hanya untuk bersamamu" ungkap gadis itu.
"Berhentilah mengejarku Tasya. Aku tidak mencintaimu" ucap Sean lagi.
"Tapi aku mencintaimu"
"Carilah pria lain. Di luar sana masih banyak pria yang tulus mencintaimu"
"Tidak. Aku hanya ingin kau" dengan kasar gadis yang bernama Tasya itu mencium bibir Sean dengan paksa.
"Sia***" Sean mengusap bibirnya. Ia tidak menyangka kalau Tasya akan nekat padanya. Dengan marah Sean melangkah meninggalkan Tasya namun gadis itu tetap mengejarnya.
Jasmine yang melihat adegan itu menganga. Ia tidak menyangka kalau malam ini akan di suguhi oleh kisah penolakan sang ketua osis. Jasmine menutup mulutnya antara lucu dan sedih melihat gadis itu di tolak cintanya.
Setelah kepergian Sean dan Tasya. Jasmine membalikkan badannya. Ia menyorotkan senter ponselnya di ruangan laboratarium yang sudah tidak di gunakan. Tidak ada apa apa di sini hanya ruangan kosong yang kotor tapi di ujung sana sebelah kiri ada tangga yang menghubungkan lantai satu dan lantai dua. Laboratarium lama ini memang memiliki tiga lantai. Katanya bangunan ini dulunya juga adalah perpustakaan.
Jasmine melangkah. Ia mendekati tangga itu untuk pergi ke lantai dua. Saat ini ia sudah tidak merasa takut karena di kalahkan oleh rasa penasarannya. Dengan mengendap endap ia naik ke atas lantai dua.
Sesampainya di sana.
Jasmine memperhatikan sekelilingnya. Di tempat ini, di setiap sisi dinding ada rak rak buku yang berdiri tegak tapi di rak rak itu hanya beberapa buku usang yang ada di sana.
"Jadi bangunan ini juga bekas perpustakaan" kata Jasmine dalam hati. Ia mendekati rak rak itu lalu memeriksa satu per satu buku yang ada di sana. Siapa tahu ada informasi penting yang ia dapatkan dari buku buku ini.
Beberapa menit kemudian.
"Tunggu. Ada yang aneh dengan lantai dua ini. Sepertinya lantai dua ini ruangannya agak sempit daripada lantai satu. Masih ada ruangan lain di tempat ini. Tapi di mana?" Jasmine tidak menemukan pintu yang ada di sana. Yang ada hanya rak rak buku kanan kiri depan belakang.
Tap...tap....tap.....
Ada orang yang datang. Jasmine mempertajam pendengarannya. Dari mana asal suara langkah kaki itu.
Lantai satu....
Jasmine mencoba mencari tempat persembunyian namun tidak ada yang tepat. Jasmine berlari ia akan naik ke lantai tiga namun sayangnya jalan ke sana sudah di blokir. Dengan terpaksa ia hanya berdiri di depan rak bersiap menyambut siapa yang datang. Jasmine mematikan senter ponselnya. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya, keringatnya berjatuhan, badannya gemetar hebat saat mendengar suara benda tajam beradu dengan lantai. Keberaniannya langsun hilang, rasa penasarannya yang tinggi di gantikan oleh penyesalan masuk ke dalam bangunan ini.
Apa malam ini adalah akhir dari hidupnya? apa ia juga akan menjadi salah satu korban psikopat gila yang berkeliaran di sekolah ini?
Jangan lewatkan episode selanjutnya!
Terimah kasih sudah membaca karya author.❤
Salam cinta dari author. Ummaaa😙😙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
anggita
kamar 263💥
2021-02-13
1