Mata Jasmine melihat ke arah pintu dalam gelap. Deru nafasnya tidak beraturan menandakan ia sedang di landa rasa takut yang amat sangat. Sorot cahaya mulai naik ke atas lantai dua di sertai dengan suara gesekan benda tajam. Tak henti hentinya Jasmine berdoa dalam hati berharap dewi fortuna memihak padanya.
"Cahayanya berhenti. Apa yang dilakukan orang itu di bawah" pikir Jasmine.
Beberapa saat kemudian cahaya itu menghilang di sertai dengan bunyi gesekan.
"Apa dia berbalik" pikir Jasmine lagi.
Beberapa menit...
Jasmine masih berada di atas sana. Ia belum berani bergerak walau sedikit saja. Jasmine memasang pendengarannya dengan baik apa orang itu benar benar sudah pergi. Saat iya yakin kalau orang itu sudah tidak ada di lantai satu. Jasmine menyalakan lampu ponselnya dengan waspada ia turun dari lantai dua. Ia mengarakan senter ponselnya ke berbagai arah jangan sampai orang itu ada di sekitarnya.
"Tidak ada orang. Dia benar benar sudah pergi" Jasmins bernafas lega rupanya dewi fortuna masih mendukungnya.
Dengan langkah yang cepat namun hati hati gadis cantik itu keluar dari dalam laboratorium lama. Ia akan kembali ke kamarnya tanpa merasakan rasa takut lagi. Kejadian beberapa menit yang lalu hampir membuat jantungnya copot. Jiwa pemberaninya langsun menciut ternyata menjadi seorang detektif tidak mudah seperti yang ia bayangkan. Tidak ada gunanya ia suka melihat film film detektif selama ini bukan hanya kepintaran yang di andalkan tapi juga keberanian bahkan dalam kasus saat ini nyawa juga di pertaruhkan.
Jasmine mengendap endap ke arah asrama putra sebentar lagi ia akan sampai di asrama putri tinggal melewati taman yang memisahkan kedua bangunan itu.
Namun sebelum ia melewati halaman asrama putra seseorang menariknya dari belakang. Jantungnya berdetak hebat. Ia meronta ronta ingin melepaskan diri. Ia ingin berteriak namun mulutnya di bungkam dengan tangan orang itu terpaksa badan Jasmine tertarik ke belakang. Tenaganya tidak bisa mengimbangi orang itu. Dia di tarik ke dalam rimbunan ilalang yang ada di belakang laboratorium lama. Tempat itu gelap jadi cocok di jadikan tempat persembunyian. Jasmine didudukpaksakan sementara orang itu masih tetap berada di belakangnya tanpa melepaskan tangannya dari mulut gadis itu.
"Jangan bicara dan bergerak. Ini aku Sean. Pembunuhnya ada di sekitar sini. Dia hampir menemukanmu " bisik Sean di telinga Jasmine.
"Huft"
Jasmine bernafas lega ternyata Sean yang menariknya. Ia hampir mati berdiri. Jasmine menuruti perkataan Sean diam dan tidak bergerak tapi nafasnya memburu hebat melihat sosok berjubah memegang kapak muncul dari halaman asrama putra. Di tangan kanannya ia menggenggam kapak sementara di tangan kirinya ia mengenggam kresek plastik sepertinya apa yang ada di dalam kantong itu berbentuk bulat.
"Dia habis membunuh" bisik Sean lagi.
Jasmine menelan ludahnya . Ia sangat ketakutan meskipun Sean bersamanya. Karena tubuh mereka sangat dekat bahkan sudah bisa di katakan kalau Sean memeluk Jasmine dari belakang. Jasmine bisa merasakan detak jantung Sean. Tapi detak jantung itu bukanlah detak jantung orang yang sedang ketakutan, apakah pria ini tidak takut dengan situasi saat ini . Sean sepertinya biasa biasa saja.
Sosok berjubah itu melewati tempat persembunyian Sean dan Jasmine tanpa merasa curiga. Ia pergi ke arah laboratorium lama, dari kaca belakang laboratorium Sean dan Jasmine bisa melihat kalau sosok itu masuk ke sana. Mereka berdua bisa mengetahuinya dari sorot cahaya senternya kemudian sosok itu naik ke atas lantai dua.
Beberapa menit kemudian...
Sean keluar dari tempat persembunyian ia menarik tangan Jasmine sambil berbisik
"Ikuti perintahku. Jangan banyak bicara " Sean segera menarik Jasmine ke dalam asrama putra.
Di lobi asrama sudah sepi. Pak Edy sudah tidur dari tadi . Jasmine ingin protes saat Sean membawanya masuk ke sana namun Sean memberikan isyarat dengan melotot dengan terpaksa Jasmine menurut. Pria itu mengambil kunci kamarnya dari saku celananya lalu masuk ke dalam kamar miliknya.
""Apa yang kakak lakukan. Kenapa kakak membawaku ke sini? gawat kalau penjaga asrama menemukan lita" kata Jasmine.
"Istirahatlah di sini . Kau dalam bahaya" ujar Sean . Ia mengajak Jasmine untuk menenangkan diri. Ia mendudukkan gadis cantik itu di kasurnya.
"Maksud kakak?" tanya Jasmine. Dia sudah seperti pacar Sean. Tanpa malu malu Sean mengangkatnya lalu mendudukkannya di atas ranjang ( Jangan salah paham yah biasanya kalau di kamar kost atau asrama kita duduk di atas kasur. Hehehe).
Sean segera duduk berhadapan dengan Jasmine.
"Apa kau sudah sinting malam malam begini ke laboratorium lama sendirian. Apa kau ingin mengantarkan nyawamu" ucap Sean " kau benar benar pemberani yah tapi keberanianmu kali ini bisa membunuhmu"
"Kenapa aku dalam bahaya?" tanya Jasmine lagi. Ia penasaran dengan perkataan kakak kelasnya itu.
"Pembunuh itu melihatmu dia sudah menemukanmu andaikan aku tidak mengecohnya untuk keluar dari dalam laboratorium"
"Hah" ujar Jasmine tidak percaya. Ia pikir tidak ada orang yang melihatnya tadi saat ia pergi ke sana.
" Lalu bagaimana kakak bisa ada di sana?"
" Tadi aku berada di lobi asrama sendirian. Lalu aku melihatmu lewat kemudian aku mengikutimu" jelas Sean.
" Lalu bagaiman dengan gadis yang bernama Tasya itu. Aku pikir kakak ada di sana karena pergi dengan Tasya?" tanya Jasmine sungkan sungkan.
" Tidak. Sebenarnya aku mengikutimu. Tapi saat kau keluar dia juga keluar dari asrama untuk menemuiku"
Jasmine memegang kepalanya. Pusing
"Apa yang harus aku lakukan. Aku sangat takut"
"Tenanglah. Ada aku di sini. Aku akan menemanimu. Ini sudah dini hari. Besok hari pertama kalian sekolah. Tidurlah" kata Sean.
Dengan lemah Jasmine menidurkan tubuhnya di atas ranjang Sean. Pria itu segera mengambil selimut lalu menutupi tubuh Jasmine.
"Di mana teman sekamar kakak?"
"Aku sendirian di sini"
"Ooh" Jasmine manggut manggut. Entah kenapa ia merasa nyaman berada di dekat pria itu. Ia yakin kalau Sean pasti menjaganya.
Karena kecapean, hanya dalam hitungan detik Jasmine sudab berselancar ke alam mimpi.
Sementara itu Sean masih duduk di atas kursi meja belajarnya sambil memegang secangkir air hangat. Pikirannya menerawang jauh, entah apa yang di pikirkan oleh pria tampan itu. Sesekali ia melirik ke arah Jasmine dengan ekor matanya. Gadis itu sudah tidur dari tadi.
"Ada apa denganku. Kenapa tadi tiba tiba aku sangat ingin melindungi gadis ini. Kenapa aku merasa kalau aku tidak ingin kehilangannya. Aku ingin ia selalu berada di dekatku" Sean memegang dadanya, jantungnya berdetak hebat. Saat ia melihat si pembunuh itu tadi jantungnya tidak memberikan respon lain sama sekali tapi saat ia melihat gadis ini dadanya berdesir.
Sean meremas rambutnya dengan kasar.
"Apa aku menyukainya" Tidak! perasaan ini sudah lama ia buang saat Vita meninggalkannya. Gadis yang sangat di cintainya. Cinta pertamanya saat mereka sama sama duduk di bangku kelas tiga smp. Cinta monyet memang tapi Sean bisa merasakan hidup di tempat terindah di dunia ini.
"Sia***. Aku tidak boleh seperti ini. Aku masih berharap Vita kembali padaku" Sean semakin meremas dengan kasar. Ia menutup matanya frustasi. Kisah lama muncul kembali di memori otaknya.
Sean menjatuhkan kepalanya di atas meja. Air matanya keluar. Ia menangis dalam diam.
Terimah kasih sudah membaca karya author🙏🙏
Salam cinta dari author!! Ummaaahh 💝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
anggita
trus berkarya💪 slam dari 13 pembunuh.
2021-02-13
2