Tak terasa waktu terus berlalu sudah 11 bulan sejak Sean dan Vita menjalin kasih. Di akhir semester 6 sekolah menengah atas. Para siswa kelas 9 sudah berbincang bincang di mana mereka semua melanjutkan pendidikan.
"Kau ingin lanjut di mana?" tanya Sean. Kala itu mereka sedang ada di sebuah cafe.
"Aku akan ke kota xx. Bibiku memanggilku ke sana" jawab Vita.
"Kenapa kau tidak tetap tinggal di kota ini masuk ke SMA Rajawali. Sma terbaik di sini. Aku akan masuk ke sana" saran Sean.
Vita menggeleng.
"Sekolah itu sangat ketat persaingan. Aku tidak yakin bisa lulus"
"Kau tidak akan tahu jika tidak mencobanya"
"Aku tidak yakin aku akan ikut bibiku"
Sean merasa sedih karena sebentar lagi ia berjauhan dengan Vita.
"Jangan sedih. Aku akan selalu berkabar. Kalau hari libur aku akan pulang ke sini" hibur Vita.
Sean mengangguk lemah. Sangat beras rasanya melepas kepergian Vita.
Satu bulan kemudian. Tiba saatnya Vita akan pergi dengan bibinya.
"Hati hati di jalan semoga tiba dengan selamat" kata Sean saat Vita akan naik ke mobil.
" Terimah kasih" Vita mendekati Sean lalu berbisik di telinganya " aku akan selalu merindukanmu"
Sean hampir menangis mendengarnya. Ini pertama kalinya sejak mereka pacaran tidak akan bertemu dalam waktu yang lama. Pria itu terpaksa tersenyum melepas kepergian kekasihnya.
Sean berhasil jadi murid di SMA Rajawali. SMA idaman di kota itu bahkan ia masuk ke dalam peringkat lima besar sebagai siswa terbaik tahun ini. Ia sangat giat belajar menunggu kepulangan Vita.
Stengah tahun sebagai pelajar SMA. Hari libur natal sudah tiba Sean menantikan kedatangan Vita. Kekasihnya itu berjanji akan pulang untuk merayakan natal bersamanya.
Hari itu sebelum kedatangan Vita. Sean dan ayahnya yang biasa di sapa pak Robert mengunjungi rumah pak Alex yang tidak lain adalah kakak ipar pak Robert. Mereka berbincang bincang banyak hal seputar SMA Rajawali.
Beberapa saat kemudian, Sean keluar rumah untuk membeli siomay yang ada di depan rumah pamannya. Saat ia kembali ia tidak mendapati ayah dan pamannya di ruang tamu.
"Aha. Mereka pasti ada di ruang kerja paman" pikir Sean. Ia kemudian melangkah ke arah ruang kerja pamannya.
Saat tiba di sana, sayup sayup ia mendengar perbincangan pamannya. Tanpa sepengetahuan kedua orang tua itu, Sean menguping pembicaraan di depan pintu.
"Bagaimana! kau sudah menemukan pembunuh istriku?" tanya Robert ke kakak iparnya.
Sean tersentak " jadi ibu meninggal karena di bunuh"
"Iya. Aku sudah menemukannya. Tapi sekarang ini kita tidak boleh gegabah bertindak karena pembunuh ini dari keluarganya sendiri. Agak sulit untuk membuktikan kalau mereka bersalah" kata pak Alex.
"Sia***. Siapa pembunuhnya?" tanya Robert penasaran. Ia menggertakkan giginya menahan emosi.
" Ini mengangetkan. Pembunuhnya tergolong masih sangat muda, tahun ini berusia 15 tahun seumuran dengan Sean. Saat ia membunuh Rita dia masih berumur 13 tahun" jelas Pak Alex.
" Jadi rumor itu benar. Mereka menjadikan salah satu keturunannya menjadi mesin pembunuh" ujar pak Robert.
Pak Alex mengangguk " ini sangat berbahaya"
" Siapa orang yang sudah membunuh ibu. Dia seumuran denganku. Aku akan membalasnya" geram Sean. Ia sangat marah mengetahui kalau ibunya menjadi korban pembunuhan.
"Ini orangnya" pak Alex memberikan selembar foto ke pak Robert.
"Dia sangat cantik tapi sayangnya ia seorang pembunuh" kata pak Robert.
Pak Alex mengambil kembali foto itu, di selipkannya di dalam sebuah buku lalu di masukkannya ke dalam laci meja kerjanya.
Sean segera bersembunyi saat ayah dan pamannya keluar dari ruangan itu. Setelah kedua orang itu sudah keluar Sean mengendap endap masuk ke dalam ruangan kerja pamannya kebetulan pintunya tidak terkunci. Ia membuka laci di mana pamannya menyimpan foto itu. Sean mengangkat buku itu dari dalam laci lalu membukanya di mana lembaran foto itu berada.
Tapi apa yang di lihatnya hampir membuat bola matanya keluar, badannya gemetaran, mulutnya menganga saat melihat siapa yang ada di foto itu. Orang yang paling di puja dan di cintainya, orang yang berhasil membuatnya bertekuk letut dan orang yang paling di rindukannya Novita Amelia.
Seketika itu juga, ia jatuh berlutut di belakang meja kerja pamannya. Air matanya jatuh dari pelupuk matanya.
"Tidak mungkin"
Dengan langkah yang gontai ia pulang ke rumahnya. Ia langsun masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu. Pria itu mengurung diri di dalam kamarnya berhari hari menerima kenyataan ternyata gadis yang di cintainya sudah membunuh wanita yang telah melahirkannya. Di setiap detak jantungnya, di setiap inci hatinya dan di setiap helaan nafasnya hanya nama Vita terpatri di sana. Dia sudah mengkungkung Vita di dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Tidak ada orang yang boleh merampas Vitanya, Vita hanya miliknya, hanya miliknya seorang. Tapi saat ia menemukan kenyataan ini, apa dia tetap bisa mempertahankan Vita walaupun ia sangat dan sangat mencintai gadis itu Sean tidak akan pernah bersikap egois pada ibunya.
Ibunya sudah pergi untuk selama lamanya meninggalkan ia dan ayahnya. Ia mengingat senyuman wanita terhebatnya itu dan ia sangat tidak menyangka kalau ibunya akan mati di tangan perempuan yang paling di pujanya.
"Apa yang harus aku lakukan" Sean menangis seorang diri dalam kamarnya. Penampilannya sudah seperti orang gila, badannya kurus tidak terawat " ibu pasti sangat kecewa di sana melihat aku bersama dengan orang yang sudah membunuhnya"
Jadi itu sebabnya, Vita selalu menolak jika Sean ingin menemui keluarganya bahkan Vita juga tidak mau menemui keluarga Sean. Gadis itu tidak ingin identitas yang sebenarnya di ketahui oleh Sean.
Satu minggu kemudian.
Notif pesan masuk ke ponsel Sean. Ia segera membuka isi pesan itu.
"Aku sudah sampai. Temui aku di taman kota jam 19.00" begitu isi pesan Vita.
Sean menjahtukan tubuhnya di atas kasur. Ia menutup wajahnya dengan telapak tangannya, kekasihnya alias pembunuh ibunya mengajaknya bertemu. Apa ia akan pergi menemuinya atau tetap berdiam diri di dalam kamar. Dengan terpaksa Sean membersihkan dirinya, ia akan menemui Vita. Saat ia mengetahui yang sebenarnya, di lubuk hatinya rasa cintanya pada Vita belum sepenuhnya hilang. Akhirnya malam itu ia memutuskan untuk pergi ke taman kota.
"Kau datang. Aku sangat merindukanmu" ujar Vita. Ia langsun memeluk Sean yang baru datang tapi sayangnya Sean tidak membalas pelukannya.
"Kau kenapa? apa kau sakit? " Vita mendongakkan kepalanya melihat wajah sayu Sean.
Sean menggeleng.
"Kau sudah lama menunggu?" tanya Sean lemah. Ia tidak bisa membedakan perasaannya saat ini. Apakah ia sudah membenci gadis itu atau masih mencintainya .
"Tidak juga. Kau juga pasti sangat merindukanku kan" ujar Vita tersenyum.
Tidak ada reaksi apapun dari Sean.
"Kau mencuekiku. Aku pikir kau akan langsun menyambut kedatanganku dengan bahagia. A...a....a....a... ternyata aku salah"
Vita melepaskan pelukannya kecewa.
Vita melangkah ke kursi yang ada di sana Sean mengikutinya dari belakang. Mereka berdua sama sama duduj di kursi panjang itu.
"Ada apa denganmu. Kau terlihat berbeda hari ini?" tanya Vita tanpa memandang Sean.
Sean menatap lurus ke depan.
"Kau mencintaiku kan. Kalau kau mencintaiku tolong jawab pertanyaanku dengan jujur"
Vita memandang Sean bingung.
Apa yang ingin di katakan Sean?
Nantikan episode selanjutnya.
Maaf yah. Kemarin author tidak sempat update karena di sibukkan banyak hal sedangkan megang hp aja sangat jarang.
Jangan lupa komen, like dan vote🙏🙏
dukungan pembaca sangat berharga buat author.
Terimah kasih! ❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
나의 햇살
kyknya pembunuh yg sekarang terjadi di SMA Rajawali itu adalah si Vita, kan kata papa dan pamannya gadis itu udah dijadikan sebagai mesin pembunuh dari usia 13 tahun, dan disekolah itu pamannya meninggal mungkin karena dia tau paman Sean udah tau kalau dia pembunuhnya
2022-04-14
1