Di dalam perpustakaan sekolah, Sean duduk menyendiri jauh dari murid mutid lain yang berada dalam perpustakaan. Ia sengaja mengasingkan diri memeriksa buku kecil yang ada di dalam tas temuan Bunga. Bentuk buku itu sudah rusak namun masih layak untuk di baca. Sean membuka lembarannya hati hati nanti tambah rusak.
Di halaman pertama buku itu di atasnya tertulis menggunakan huruf kapital SHIFA, entah apa maksud dari kata itu apakah tulisan itu nama orang atau ada maksud yang lain tapi Sean tidak mengerti. Pria itu membacanya dengan teliti.
Entah takdir seperti apa yang mendatangiku. Aku mengandung dan melahirkan seorang anak yang akan di jadikan alat oleh ayahnya, begitu tulisan pendek yang tertulis di halaman pertama.
Sean membuka lembaran berikutnya.
Aku tidak bisa melakukan apa apa. Orang besat itu hanya mengatakan berkali kali kalau kau mencintaiku, kau harus menuruti perintahku. Aku sama sekali tidak bisa melawannya karena yah aku memang sangat mencintainya. Setiap hari aku melihatnya membunuh anak anak ayam dengan sadis.
Sampai suatu hari iblis kecil itu mengatakan kalau ia jatuh cinta. Wajahnya seperti peri, ia datang dari kahyangan turun ke bumi mencintai seseorang. Aku pikir peri jahat sepertinya tidak memiliki hati nurani lagi tapi ternyata ia benar benar mencintainya.
Dia sudah pergi. Tapi saat ia pergi aku tidak merasakan kasihan justru aku sangat membencinya.
Sean menutup buku itu. Jam istirahat telah selesai ia belum membaca semuanya, Sean segera melangkah keluar dari perpustakaan menuju kelasnya 12 ipa 1.
Jam pelajaran sedang berlangsun namun Sean tidak bisa berkonsentrasi belajar. Ia terus memikirkan bacaannya tadi saat berada di perpustakaan untung guru yang masuk kali ini adalah sosok guru yang kalem jadi ia tidak kena marah sama sekali.
" Anak siapa yang di maksud oleh buku itu?"
" Orang besar siapa?"
" Siapa iblis kecil itu?"
Sean bertanya tanya, banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.
" Aku harus mencari siapa pemilik tas itu" katanya dalam hati.
Sepulang sekolah, kelima anggota osis berkumpul di ruangan osis untuk membicarakan masalah ini.
" Jadi, teman sekamar Jasmine menemukan tas dibelakang asrama yang di dalamnya terdapat benda ini?" tanya Nanda sambil memegang buku kecil itu.
" Iya. Dia juga menyelidiki kasus ini" jawab Sean.
" Hah. Berapa banyak orang yang tertarik terhadap kasus ini" Gilang bertanya tanya.
" Entahlah " jawab Sean pendek.
" Jangan banyak bacot. Sekarang kita masuk ke dalam inti masalah" kata Sean serius.
" Apa yang harus kita lakukan?" tanya Diana.
" Kita harus mencari tahu terlebih dahulu siapa pemilik dari tas ini, baru kita mencari tahu apa yang di maksud oleh kalimat kalimat rahasia yang ada di dalam buku ini" jelas Sean.
" Tapi bagaimana cara kita mengetahui pemilik dari tas itu?" tanya Dewi.
" Kita bisa bertanya pada bu' Vany. Siapa tahu dia mengetahuinya" jawab Sean.
" Oke"
" Berikan aku buku itu, aku akan membacanya" pinta Nanda.
" Baiklah"
Kemudian Sean memberikan buku itu pada Nanda. Sore harinya sampai malam hari, Nanda berkutat membaca buku itu. Ia sesekali menggaruk kepalanya kala menemukan kalimat yang membingungkan. Ia sengaja tidak ikut patroli bersama dengan Sean dan Gilang karena ingin membaca buku tersebut.
Ia juga sesekali membolak balikkan halaman demi halaman untuk menghubungkan satu sama lain berharap menemukan petunjuk namun selama lima jam otaknya bekerja keras ia tidak menemukan titik terang sama sekali.
Pria itu bersandar malas di atas kursinya, mulutnya terbuka tanda ia sudah mengantuk. Hari ini suasanya sangat melelahkan, rentetan kejadian demi kejadian yang terjadi entah sampai kapan hal mengerikan ini berakhir.
Beberapa menit matanya terpejam, Nanda kembali membulatkan matanya kala mengingat sesuatu.
" Anak yang akan di jadikan alat oleh ayahnya dan iblis kecil sedang jatuh cinta. Aku pikir kedua kalimat ini menunjuk pada satu orang , anak dan iblis kecil" Nanda mengetuk ngetuk jarinya ke atas meja seperti biasa yang ia lalukan saat otaknya sedang bekerja.
Orang pintar itu manggut manggut saat sekelebat ingatan masa lalu temannya muncul di kepalanya.
Dulu Sean pernah bercerita padanya kalau ia pernah mendengar cerita ayah dan pamannya kalau ada keluarga yang menjadikan keturunanya sebagai mesin pembunuh sebagai alat balas dendam ( baca di bab 11) yang tidak lain adalah keluarga Vita sendiri mantan kekasihnya. Mantannya itu sudah membunuh ibunya meskipun ayahnya tidak pernah berbicara langsun kenapa ibunya bisa di bunuh tapi Sean tahu betul kalau Vita adalah anak dari keluarga pemilik lahan yang pernah bersengketa dengan keluarganya.
"Jangan jangan anak atau iblis kecil yang di maksud oleh tulisan ini adalah Vita dan orang menulisnya adalah ibu Vita sendiri" gumam Nanda dalam hati.
Dia sudah pergi. Tapi saat ia pergi aku tidak merasa kasihan lagi justru aku sangat membencinya.
"Kemana gadis ini pergi? apakah maksud dari kalimat ini adalah Vita sudah meninggal?" Nanda menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
" Kalau Vita sudah meninggal lalu siapa yang menyebarkan teror di sekolah ini. Apakah keluarganya yang lain" Nanda bertanya tanya.
Nanda kembali membuka buka halaman buku itu terlalu banyak yang ia tidak mengerti. Buku ini di setiap kalimatnya memiliki arti yang tersirat.
" Bu' Vany, aku yakin bu' Vang mengetahui seseuatu. Dia bisa memberikan informasi tentang ini"
***
Di dalam tempat yang tidak di ketahui sosok misterius membuka lemarinya, mengambil jubah merahnya lalu memakainya kemudian mengambil bootsnya lalu memasangkannya pada kakinya yang putih kemudian yang terakhir kali ia mengambil kapak yang masih terdapat darah yang mengering. Malam ini ia akan berburu lagi, di luar sana para polisi itu sedang berkeliaran ia harus beraksi hati hati jangan sampai polisi itu menemukannya. Ia berjalan santai di dalam lorong yang hanya di terangi cahaya lilin kanan kirinya berada di tempat itu berlama lama akan membuat pusing bagi orang orang tapi baginya tempat itu adalah tempat ternyaman untuknya daripada duduk dengan mengantuk di dalam kelas mendengarkan penjelasan guru guru yang membuatnya muak. Ia terbayang wajah Sean, pria tampan itu selalu menarik perhatian tanpa ia sadari sebuah senyum terukir di wajahnya ia menyukai lelaki itu tapi ia harus menelan pil pahit saat ia tahu kalau pria pujaannya itu ikut bersama dengan polisi mengejar keberadaannya. Entah apa yang Sean akan lakukan kalau ia tahu kalau dialah yang menyebabkan ini semuanya terjadi, mungkin ia tidak akan melihat senyum manis Sean lagi. Saat sampai di depan sel di mana Tasya berada sosok misterius sempat melihat Tasya yang sedang pingsan, ia yang membuat gadis itu tanpa sadarkan diri. Ia tidak berencana membunuh Tasya.
" Aku tidak akan membunuhmu karena kau bukanlah bagian dari rencanaku" ujarnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments