Titin menendang tubuh Aisyah yang lemah. Berkali kali dia melakukannya. Tampaknya Titin tak menyadari bahwa tubuh Aisyah mengalami trauma yang berat.
Sabetan ikat pinggang yang dilakukan putranya. Tamparan dan tendangan serta kekerasan fisik lainnya telah membuat jiwa Aisyah terguncang. Hingga dia mengalami trauma.
Aisyah masih memejamkan matanya mana kala Titin penasaran.
"Astaga, apakah dia mati?" tanya Titin pada dirinya sendiri. Di lemparnya ember yang tadi dibawanya.
Titin menggoyang-goyangkan tubuh Aisyah yang meringkuk lemah. Membalikkan tubuh itu, dan Titin panik karena Aisyah masih tak merespon.
Titin membuka ikatan tali kaki dan tangan Aisyah. Membuka ikatan mulut gadis itu juga. Tubuh Titin gemetar takut.
"Bagaimana ini, hah ... bagaimana kalau dia mati. Astaga pria tua itu pasti akan mencekikku. Ya Tuhan, Ya Tuhan, Ya Tuhan. Aisyah ... Aisyah ... Aisyah. Hay, bangun," ucap Titin. Berkali kali dia mencoba membangunkan Aisyah.
Titin mengulurkan tangannya dan menaruh salah satu jarinya di bawa lubang hidung Aisyah. Titin lega karena Aisyah masih bernafas.
"Syukurlah dia masih bernafas," gumam Titin sambil tersenyum.
Titin segera turun dan membangunkan putranya bernama Tofa. Untuk membantunya mengangkat tubuh Aisyah dari gudang.
"Tof ... Tof ... Tofa, bangun!" ucap Titin sambil menggoyang-goyangkan tubuh gempal putranya.
"Apaan sih Buk. Tofa ngantuk Buk," ucap Tofa malas. Dia malah memunggungi ibunya. Titin yang geram dengan tingkah Tifa langsung memukul tubuh putranya dengan sapu ranjang.
"Aaaggghhh!!!!" jerit Tofa. Seketika dia pun bangun.
"Apaan Buk?" tanya Tofa lagi sambil mengelus punggung dan lengannya.
"Apaan, apaan. No, gadis jalang itu tak sadarkan diri. Ini akibat ulahmu yang memukulnya tanp ampun. Badannya panas, bagaimana ini hah. Bagaimana kalau dia mati Tofa, alamat kita ga bisa bayar utang. Ibumu ini bisa digantung sama pria tua itu," ucap Titin bingung bercampur takut.
Muka Tofa berubah kala mendengar ucapan ibunya. Dia pun langsung bergegas lompat dari ranjangnya dan berlari menuju gudang di mana dia dna ibunya menyekap Aisyah.
Tofa segera memeriksa tubuh Aisyah. Menepuk-nepuk pipi sang gadis.
"Astaga Bu, bagaimana ini?" tanya Tofa.
"Cepat kamu bawa dia ke kamarnya. Lalu ke apotik belikan obat penurun panas," ucap Titin memberi solusi.
"Tapi dikamar dia ada bapak Bu, nanti dia tahu kalau kita udah siksa Aisyah," ucap Tofa mengingatkan.
"Aaassshhhh ... dasar tua bangka sialan. Bukanya mati saja sih!" umpat Titin kesal.
"Ya udah kita pakek kamar Saka saja," jawab Titin. Saka adalah adek Tofa, yang kini sedang melanjutkan Tugasnya di Pacitan Jawa Timur sebagai abdi Negara.
Tofa pun segera menggendong tubuh Aisyah ke kamar adeknya.
"Kamu cuci mukamu dan segera pergi beli obat. Biar ibu yang urus dia," ucap Titin.
"Baik Bu," ucap Tofa.Tofa pun segera pergi dan menuruti perintah ibunya.
Titin segera mengambil baju ganti untuk Aisyah.
"Astaga, dia bau sekali. Apakah dia ngompol waktu ku tendang?" tanya Titin pada dirinya sendiri.
Titin kembali dikejutkan dengan luka yang ada di punggung gadis itu. "Ya Tuhan, bagaimana ini. Bagaimana kalau pria tua itu tahu kalau aku menyiksa gadisnya. Ya Tuhan, Ya Tuhan. Matilah aku sekarang!" kembali Titin digugupkan dengan ulahnya sendiri.
Titin mengompres luka luka di tubuh Aisyah. Goresan demi goresan bekas sabetan sabuk itu dia kompres dengan teliti.
"Bagaimana ini hah, dua hari lagi pria tua itu akan menjemputnya. Bagaimana kalau luka ini tak sembuh," gumam Titin ketakutan.
Titin mondar mandir memikirkan cara agar luka luka itu tak berbekas.
"Ayo Titin, berfikir berfikir (gumam Titin, sambil mondar mandir dan beberapa kali memegamg keningnya). Jangan bodoh Titin, kamu bisa mati karena ulahmu sendiri. Harusnya kamu tak perlu sekasar ini. Aagghhh ... Sial!" umpatnya lagi. Yang Titin takutkan bukan kematian Aisyah. Terlebih kematian dirinya sendiri karena kematian Aisyah adalah kematian untuk dirinya sendiri dan keluarganya.
Titin meraih ponselnya dan menghubungi Tofa agar membelikannya obat untuk bekas luka memar. Tofa pun menyanggupinya.
Titin telah selesai melucuti pakaian Aisyah. Tapi gadis itu masih belun ada tanda-tanda bangun.
"Aduh, ayolah sadar. Jangan mati dulu sebelum kau bertemu dan menikah dengan pria tua itu Aisyah. Ibumu sudah merepotkanku, kamu juga. Kalian sama sama sialan, bisa bisanya kalian menganggu ketenanganku," ucap Titin kesal.
Titin duduk di samping ranjang Aisyah. Menunggu dan terus menunggu gadis itu sadar.
***
Di sisi lain Deren sedang marah besar. Sudah hampir dua puluh empat jam dia menunggu kabar di mana keberadaan Aisyah. Sayangnya anak buahnya belum ada satu pun yang memberinya kabar baik.
Kompleks perumahan Aisyah susah di jangkau sekarang. Deren tak mungkin membuat keributan di area itu. Mengingat di sana padat penduduk. Berani membuat keributan itu berarti stor nyawa bagi siapapun yang berani memulainya. Di tambah banyaknya pemuda berjaga di sana. Mungkin itu adalah suruhan ibu tiri Aisyah. Atau barang kali anak buah pria yang hendak mempersunting Aisyah. Jika benar maka orang itu bukan orang sembarangan.
Warga di sana nampaknya tak perduli siapa yamg salah dan benar. Menurut mereka, yang berani menantang dan membuat onar adalah yang salah.
Tak ada satu orang pun yang berani mendekati Deren jika begini. Bahkan Kopri pun meminta bantuan Joker untuk meredam emosi sang Big Bos. Deren segan pada pada Joker. Mengingat Joker bukanlah anak buahnya. Di samping itu Joker adalah orang kepercayaan abang angkatnya.
"Ngapain kau marah marah ga jelas git?" tanya Joker.
"Ane bisa gila jika begini terus Bang!" jawab Deren lantang.
"Sabar dulu, kau lihat sendiri. Lingkungan di sana padat penduduk. Kalau kau nekat alamat kau mati duluan sebelum kau ketemu kau punya pacar. Mengerti!" ucap Joker.
"Tapi Bang, Anek hanya mau tahu keadaan Aisyah!" jawab Deren ngeyel
"Sabar lah, anak buah Yoyok sedang merekrut seseorang untuk menyusup. Semoga ni anak pinter," jawab Joker, sedikit membuat Deren semangat karena memiliki harapan.
"Andai Yunita tak hamil," ucap Deren.
"Dia udah ada laki, kau tak usah merepotkan dia lagi. Percayalah kita bisa atasi ini. Tenangkan dirimu.Ana Deren si raja singa yang penuh perhitungan matang hah ... jangan buat malu kesatuanmu hanya gara-gara perempuan," ucap Joker. Deren menatap tak percaya dengan apa yang Joker katakan. Joker terlihat tak perduli dengan perasaan cinta yang kini telah menganggu Deren. Emosi Deren kembali memuncak.
"Maksud Abang apa?" tanya Deren.
"Mana rasa profesionalismemu hah, kau harus kuat. Tunjukam pada lawanmu bahwa kau tak cengeng. Perjuangkan cintamu, jangan malah melemah begini. Bodoh!!" kembali Joker geram pada Deren. Deren tak berani membantah. Baginya Joker adalah wakil Deka yang tak bisa dia lawan.
Deren kembali berfikir keras, pikirannya kembali terfokus di mana Aisyah. Keadaanya, dan semua tenang wanitanya.
Joker mengerti, mungkin rasa ini adalah rasa yang pertama untuk Deren. Makanya dia terlihat tak tenang dan panik.
Bersambung...
Like dan komen kalian adalah hadiah terbaik untukku...😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Adelia Rahma
lanjut
2022-07-12
0
Nurmia Nasir Nasir
lanjut...jgn pisahkan mereka nya thor
2021-10-01
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
tenang bang
2021-09-09
0