Aisyah masih diam terpaku, jujur saat ini detik ini Aisyah merasakan tubuhnya gemetar. Bukan hanya karena pernyataan cinta dari Deren yang ga romatis itu. Tapi juga udara dingin beserta suasana sepi yang menyelimuti mereka saat ini. Ada sedikit rasa khawatir, takut dia sendiri tak bisa mengendalikan diri. Secara di hatinya juga sudah lama tersimpan nama Aak preman. Yang awalnya dia sendiri juga ga tahu nama asli pria tampan itu.
"Dek ...!"
"Iya Ak,"
"Maaf ya kalau Aak ga bisa romantis kayak yang lain," ucap Deren.
"Aak ya Aak mana bisa pindah jadi orang lain. Tapi Aish minta maaf, Aish ga mau pacaran," ucap Aisyah.
"Kenapa Dek?" tanya Deren, tentu saja Deren penasaran mengingat pacaran kan hal biasa di negara kita.
"Aish mau kita temenan aja dulu Ak, kita sahabatan. Aish takut kalau misalnya kita pacaran dan merasa tak ada jarak nanti kita bisa kelewatan kayak tadi," jawab Aisyah jujur, Deren tersenyum dan mengerti apa yang Aisyah maksud.
"Kamu takut kalau Aak ga bisa nahan nafsu ya heemmm?" tanya Deren sambil tersenyum manis. Duh si Aak senyum aja bikin jatung adek jedak jedug batin Aisyah. Aisyah melirik manja wajah menggemaskan di sebelahnya. Deren juga melirik balik ke wajah sang kekasih, mereka kembali tersenyum malu malu. Au au kalian sama sama menggemaskan.
"Aish boleh tanya ga sama Aak?" tanya Aisyah.
"Boleh, tanya aja?"
"Apakah kita satu keyakinan Ak?" tanya Aisyah.
"Iya,"
"Apakah Aak tahu kalau pakek tato itu dilarang oleh kepercayaan kita?" tanya Aisyah lagi, Deren sudah menduga ini. Dan dia punya jawabannya.
"Aak tahu, ini dalam tahap pengobatan biar bisa hilang," jawab Deren sambil menunjukan tatonya yang sudah mulai memudar. Entah kenapa Aisyah berani menyentuh dan mengelus tangan kekar itu. Tidak munafik Aisyah juga berfantasi ingin bisa duduk manis dalam dekapan pria yang sangat dicintainya ini. Jujur Aisyah haus perlindungan. mengingat bagaimana keluarganya sekarang memperlakukannya.
"Apakah waktu bikinnya sakit Ak?" tanya Aisyah lugu.
"Sedikit,"
"Ohhh...," Aisyah masih saja mengelus tangan pria itu membuat Deren terpancing untuk melakukan sesuatu yang lebih.
"Dek ..."
"Heeemm,"
"Jangan sentuh Aak, Aak takut ga bisa nahan rasa Aak," ucap Deren jujur. Aisyah mentap wajah tegas Deren, entah mengapa saat ini rasa Aisyah untuk memiliki Deren begitu tinggi.
"Aish tahu Ak, tapi...?" ucap Aisyah terpenggal. Ingin rasanya saat ini Aisyah berkata jujur akan takdir yang telah keluarganya tulis untuknya. Aisyah ditakdirkan untuk tidak memilih.
"Tapi apa Dek, apa kamu jijik sama Aak?" tanya Deren lemah, tatapan matanya begitu sayu. Seolah mengharapkan dekapan cinta dari sang kekasih.
"Tidak Ak, Aish ga jijik sama Aak. Justru Aish sangat menghormati Aak. Aak pernah bantu Aish kan," jawab Aisyah jujur.
"Lalu?"
"Aish tidak ditakdirkan untuk memilih Ak, keluarga Aish sudah mengatur pernikahan Aish dengan pria yang tidak Aish kenal," ucap Aisyah, air mata Aisyah tiba tiba meluncur begitu saja. Membuat Deren tak bisa mengendalikan perasaannya.
Deren langsung membawa Aisyah kedalam pangkuannya. Dan memeluk gadis itu dengan cintanya.
"Ssttt ... jangan menangis Dek, jangan keluarkan air matamu. Rasanya dada Aak ikutan sesak," ucap Deren masih setia mendekap kekasih hatinya.
"Aak mau ga bawa Aish pergi jauh, sejauh yang Aak mau," pinta Aisyah, ini memang gila. Tapi Aisyah merasa ini lebih baik dibanding dia harus menikah dengan pria yang tidak dikenalnya. Setidaknya Deren pernah menolongnya, berarti Deren orang baik. Itulah yang jadi pertimbangan Aisyah kenapa dia memutuskan mau ikut bersama Deren.
"Bukan Aak ga mau bawa kamu pergi sayang, kamu itu perempuan. Surga ayahmu ada ditanganmu, apa kamu ga kasihan ama beliau ha?" tanya Deren.
"Aish tahu Ak, tapi abah malah mendukung perjodohan gila itu. Aisyah ga mau Ak. Di tambah ibuk selalu memaki Aish. Ibuk selalu mengatakan Aish anak haram. Aish bukan anak haram Ak. Umi sama abah menikah sah kok. Pakde yang bilang," ucap Aisyah tak terima jika dia di cap anak haram.
Deren mengelus punggung kekasihnya, agar Aisyah merasa lebih tenang.
"Aak akan memperjuangkanmu apapun yang terjadi Dek, karena restu orang tuamu adalah lentera untuk rumah tangga kita nanti," ucap Deren dewasa. Aisyah menatap mata elang sang kekasih. Walaupun malam ini tak seterang siang, tapi Aisyah yakin bahwa pancaran sinar mata Deren yang dia tangkap menunjukkan ketulusan hatinya.
"Ak ... "
"Hemm ... "
"Posisi kita kelewat intim Ak," ucap Aisyah. Deren tersenyum, dia malah sengaja makin mengeratkan dekapannya. Astaga ratu drama juga ni cewek, tadi ngajak kawin lari sekarang cuma dipangku aja bilang kelewat intim. Emang kalau ngajakin kawin lari ga bakalan diapa apain gitu, Deren tertawa dalam hati.
"Ak, lepasin Aish ih," pinta Aisyah sambil mendorong pelan dada Deren. Deren malah tersenyum gemas. Andai sekarang mereka sudah sah, pasti Aisyah tak akan lolos dari pikiran kotor Deren.
"Kalau kamu ga diem jangan salahkan Aak," ancam Deren.
"Selalu dah ngancem melulu," gerutu Aisyah.
"Biarin, kamu milikku," bantah Deren.
"Sejak kapan pak, sejak kapan. Astaga!" ucap Aisyah sambil melirik kesal kearah Deren. Tak lupa kedua tangannya juga menahan dada Deren agar tetap ada jarak diantara mereka.
"Sejak kamu merebut perhatianku lah," jawab Deren arogan.
"Ya Tuhan Ak, maksud Aish tu bukan itu. Ini ma namanya memaksakan kehendak. Yang Aish maksud tu kalau namanya memiliki itu ya sah di mata agama dan hukum. Itu baru namanya memiliki. Aak ki piye too ...." jawab Aisyah geram. Deren malah tertawa mendengar apa yang Aisyah ucapkan.
"Malah ketawa, udah ah turuni Aish," pinta Aisyah mulai berontak.
"Diem...," paksa Deren.
"Ya Tuhan Ak, apa lagi Aak premanku yang baik," Aisyah mulai kesal dengan sikap arogan Deren.
"Aak preman Aak preman. Dari mana kamu tahu kalau Aak preman hah?" tanya Deren sambil memaksa Aisyah untuk menatapnya.
"Ya elah Ak, orang merem juga tahu kalau Aak ni preman. Inget ga saat pertama kita ketemu rambut Aak gondrong, punya tato naga di tangan, Aak menyeramkan tahu. Ditambah bau badan Aak yang khas preman itu. Dulu kan ga kayak gini," jawab Aisyah jujur, sambil mengendus endus ketiak Deren. Membuat Deren tersenyum gemas pada Aisyah.
"Emang Dulu gimana bau Aak ha?" tanya Deren sambil menggelitik perut Aisyah. Aisyah tertawa lepas melupakan sedikit takdir yang sudah digariskan keluarganya untuknya.
"Aaa.... ampun Ak ampun. Pokoknya Aak sekarang lebih wangi!" teriak Aisyah. Deren pun menghentikan aksinya dan menahan tubuh sang kekasih agar tak kebur.
"Maukah kamu memperjuangkan cinta kita calon istriku?" tanya Deren, mata mereka kembali saling menatap. Aisyah menjawab pertanyaan Deren dengan tatapan penuh cinta dan senyuman semanis gula.
"Iya Ak, Aish mau," jawab Aisyah mantap. Angin malam ini menjadi saksi bisu pernyataan cinta mereka. Irama deburan ombak seolah merestui cinta mereka. Deren dan Aisyah menyatukan kening mereka sebagai bukti bahwa mulai malam ini hati mereka telah terikat dengan segala kekurangan yang mereka miliki.
Bersambung....
Like dan komennya tetep Emak nanti ya😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Adelia Rahma
ayo ak.. segera dapatkan Restu ortunya Aisyah
2022-07-12
0
Heni Yusandika
Aak preman.. 😘
2021-09-08
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
lanjukan Aak
2021-08-28
0