Malam minggu yang indah...
Deren sangat menyukai lampu malam, dia pun mengajak Yoyok salah satu pekerjanya yang sangat dia percaya untuk menikmati indahnya kota Malang di malam hari.
“Yok ... kok jam segini masih ada anak anak nongrong. Mereka ga punya rumah apa?” tanya Deren.
“Itu namanya anak pank bos, pank ma bebas,” jawab Yoyok.
“Ohhh ... apakah mereka tak ada kerja,” tanya Deren polos.
“Astaga Bos, Bos ini kayak ga tahu kerasnya dunia perpremanan aja tanya begitu,” canda Yoyok sambil geleng geleng kepala tak percaya pada bosnya.
Deren diam, karena sejatinya dia paham dengan apa yang anak buahnya ucapkan barusan.
“Kamu tahu tempat ngumpul mereka Yok?” tanya Deren.
“Tahu lah bos aku kan asli kene (asli sini),” jawab Yoyok sambil tertawa.
“Yo wis sesuk anterin aku ke tempat mereka,” pinta Deren.
“Arep nyapo Bos (mau ngapain bos)?” tanya Yoyok takut.
“Ngapain kamu tegang begitu?” tanya Deren sambil melirik asistennya.
“Enggak Bos, bukanya aku ga mau nganterin Bos kesono. Pimpinan mereka tak bisa disentuh Bos. Malas lah berurusan sama hal begituan. Cari mati aja si Bos ini,” jawab Yoyok terus terang.
“Manusia kayak kita juga kan!” ucap Deren seolah tak gentar dengan peringatan anak buahnya.
“Ya manusia Bos bukan jin kok,” balas Yoyok sambil bercanda.
Deren kembali menutup mulutnya tetapi matanya tetap konsentrasi dengan segerombolan anak anak jalanan yang sedang nongkrong disalah satu sudut taman. Mereka terlihat sangat happy meski hanya bercanda gurau dan menikmati rokok dan beberapa minuman kaleng.
“Turunkan aku di sini,” pinta Deren.
Yoyok pun menghentikan mobilnya, sebelum turun Deren memberikan dua lembar uang berwarna merah pada Yoyok.
“Apaan ini Bos?” tanya Yoyok udah ge er duluan.
“Ga usah ge er, belikan itu semua nasi bungkus dan minum. Aku mau ikutan nongkrong bareng mereka,” ucap Deren kemudian turun dan menghampiri segerombolan anak anak jalanan yang usianya menginjak remaja itu.
“Bro...!” sapa Deren.
Deren tak membutuhkan ijin dari mereka untuk duduk. Anak anak itu pun langsung diam dan menghentikan musik yang mereka mainkan.
Sepertinya mereka terpesona dengan penampilan pria yang menghampiri mereka. Tato yang terlukis indah ditangan Deren menjadi daya tarik tersendiri buat mereka.
“Kenapa diam, mainkan lagi musiknya,” pinta Deren pada ke lima anak anak itu. Mereka saling menatap tanpa bicara, mereka pun melanjutkan permainan musik mereka. Bahasa yang mereka nyanyikan sedikit arogan, seperti menyebut anatomi tubuh yang tidak semestinya. Membuat Deren menghentikan permainan musik mereka.
“Stop stop Rek stop... !” pinta Deren.
“Yo opo seh Cak ... Mau kon nyanyi sak iki kon leren, ganggu ae si Cacak iki (gimana sih mas tadi suruh nyanyi sekarang suruh berhenti),” protes salah satu dari mereka.
“ Ora ngono Rek, lagumu iku lo gilani (bukan gitu syair lagumu Ini menjijikan),” jawab Deren seketika mereka pun diam melongo tanpa kata.
“Lek nyanyi yo kudu sopan Rek, ben wong wong mesakne terus menei duit lak ngono aaa (kalau nyanyi yang sopan biar yang denger seneng terus kasih uang, kan gitu),” jawab Deren.
Mereka berlima kembali diam, salah satu yang di dapuk sebagai vokalis pun menerima tantangan Deren.
“Lanjut Rek, sopan yo sopan ayo budal...(lanjut teman suruh sopan ya sopan lah, berangkat),” ucapnya. Seolah perkataannya adalah perintah bagi keempat temannya. Mereka pun kembali memainkan alat musik mereka.
Deren memejamkan matanya sambil menikmati beberapa lagu yang dia dengar, mereka terlihat sangat berbakat. Sang vokalis terlihat sangat kompeten, lagu lagu yang dia nyanyikan terdengar sangat merdu tanpa fals.
“Stop...stop!” perintah Deren lagi.
“Opo meneh cak...(apa lagi mas)!” protes salah satu dari mereka.
“Barusan gimana syairnya loro rasane ati.....,”ucap Deren menirukan. Mereka pun melanjutkan syair lagu yang diminta Deren.
Ngati ra biso lali..
tresno tulus songko ati dilarani...
kuwe janji treno tulus songko ati...nyatane kuwe gawe loro ati..asik asik asik, tarik sist..
Semongko (Saut para anggota yang lain).
"Terus Rek terus..." Deren memberi semangat.
"Lagu cidro cak iki mosok terus (lagu luka hati iki mas mosok lanjut," jawab salah satu dari mereka.
"Wis penak kok, lanjut...(udah enak kok di dengar ayo lanjut)," pinta Deren. Mereka pun melanjutkan lagi lagu yang di reques oleh Deren. Deren tertawa terbahak bahak begitupun mereka. Keasikan mereka bertambah mana kala Yoyok datang membawakan makanan untuk mereka.
"Weh rejeki rejeki," ucap Yoyok menyapa mereka.
"Weh jan jos tenan kok mari tanggapan madang (wah sungguh keren ini habis nyanyi dikasih makan)," ucap sang gendang. Mereka kembali tertawa bersama.
"Suwon yo cak, pas banget iki sedino nembe madang sepisan (terima kasih banyak ya Mas pas banget iki sehari baru makan sekali)," ucap sang vokalis. Deren menatap tak percaya.
"Mari ngono sebungkus dipangan wong lima (udah gitu sebungkus dimakan berlima) hahahaha!!" tambah sang ketipung.
"Hahahahhaha!!" kembali mereka tertawa serempak.
"Yo wis gek dipangan (ya udah dimakan)," ucap Deren. Deren merasa sangat bahagia melihat canda tawa mereka tanpa beban. Sungguh sedih hatinya jika melihat anak anak tanpa asuhan seperti ini. Deren seperti melihat cermin yang ada di dirinya sendiri.
Mereka berlima pun makan dengan asiknya, dengan bercanda tawa penuh kebahagiaan. Kadang kadang jika salah satu teman mereka lengah mereka akan mengambil lauknya dan menyembunyikannya.
"Weh iwakku endi (loh mana ikanku)?" tanya Gufron pada taman temannya. Mukanya terlihat bingung membuat Yoyok dan Deren tersenyum.
"Gondol kucing Guf (dibawa kucing Guf)," jawab Opik
"Ora iki, mestine enek sing iseng iki. Ayo gusti Allah nyawang awak e dewe lo iki (ga iki pasti ada yang menyembunyikan ini. Ayo Allah sedang melihat kita lo ini)," ancam Gufron. Seketika Deren merasa tertarik dengan anak ini. Bagaimana tidak dengan kondisi seperti ini mereka masih saling mengingatkan soal Tuhan.
"Iyo Guf Iyo, nyoh lawohmu aku mending digepuki bapak timbang di pencerengi moloekat. Maap yo moloekat aku mau nung guyon (iya Guf iya, ini laukmu aku mending di pukul bapak dari pada di pelototin malaikat. Maaf ya malaikat tadi aku cuma bercanda)," ucap Opik, Gufron pun kembali tertawa. Sekali lagi candaan mereka menggugah hati Deren.
Deren pun tak tahan untuk bertanya.
"Tasmu kui isine opo Rek?" tanya Deren.
"Gor gombalan cak kusus gae dolen nyang omahe gusti Allah (cuma baju cak buat ke masjid)," jawab Gufron. Jawaban Gufron semakin membuat Deren tertarik.
"Ohh, sholat juga to?" tanya Deren.
"Weh la yo iyo nu cak, mosok ning donyo sengsoro koyo ngene. Ning ahirat jek arep dipanggang hahahaha, (ya harus to cak masak di dunia sudah susah begini masak di ahirat mau di bakar juga),"jawab Gufron lagi, yang lain juga terlihat mendukungnya.
"Mantap..." puji Yoyok.
"Bener ga Cak Hablum minallah Cak, Jare mbah kung gen selamet dadi dekatkanlah dirimu pada sang pemilik hidup (kata mbah kakung biar kita senantiasa selamat jadi harus selalu ingat pada sang pemilik hidup) haaaa.....," ucap Gufron lagi, Deren tersenyum mendengar ucapan anak jalanan yang dinilainya unik ini. Gufron juga melantunkan beberapa ayat suci Al-quran yang berkaitan dengan masalah bagaimana kita harus bersikap dan mendekatkan diri pada sang pencipta. Terdengar nyaman dan enak di dengar ditelinga Deren.
"Kamu hebat siapa namanmu?" tanya Deren.
"Aku Cak? Aku Gufron ketua gang nya, yang ini Opik bendahara, Itu Koreng bagian pemeliharaan alat perang maksudte iki cak ngurusi alat alat musik kita kalau kalau ada yang rusak, yang itu Koplak karo Kosro buntut cak hahaha," ucap Gufron memperkenalkan para anggota orkesnya.
"Oke Oke ... (Deren hanya mangut mangut tanda mengerti), apa kalian akan terus seperti ini?" tanya Deren.
" Ora cak..awak dewe pengen kerjo jane Cak tapi ga onok wong sing gelem nrimo menungso sing koyo awak dewe iki (enggak cak aku juga pengen kerja tapi sayangnya ga ada yang mau menerima manusia berpenampilan seperti ini)," jawab Opik.
"Lek enek nyapu nyapu, ngepel resek resek ngono yo gelem awak dewe Cak... dari pada koyo ngene, urip ra jelas yo to, (kalau ada kerjaan bersih bersih juga kita juga mau Cak, dari pada hidup ga jelas kayak gini)," tambah Koplak salah satu anggota gang itu.
"Yo wis engko lek enek lowongan tak kabari, aku pamit sik ya," ucap Deren berpamitam. Tak lupa dia juga menjabat tangan para anak anak jalanan itu, tak ada rasa jijik sedikitpun dalam hatinya. Dia merasa mereka mereka ini luar biasa.
Di dalam mobil hati Deren kembali tergugah, dia kembali mengingat kata demi kata yang diucapkan oleh Gufron salah satu anggota orkes jalanan itu.
Apa yang salah dengan mereka, mereka baik hanya saja keadaan yang memaksa mereka berada dalam lingkungan yang sama sekali tidak mereka inginkan.
"Pantau mereka, jika mereka lolos beri mereka pekerjaan?" ucap Deren memberi perintah pada asistennya. Yoyok sangat paham dengan apa yang bosnya maksud.
"Siap Bos," jawab Deren.
Hati pria berwajah agak sangar ini memang luar biasa, sorot matanya begitu tegas. Tapi hatinya sungguh lembut dan sering tak tega melihat penderitaan orang lain. Terlebih orang orang yang memiliki nasib sama dengannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
LENY
Aku padamu Darren 👍❤
2023-05-13
0
Maliqa Effendy
Boleh request ga,Thor...pake bahasa Indonesia aja ya .bukan anti bahasa Jawa 🙏...biar lurus aja bacanya..
2022-08-21
0
Man Cian
tiada kt lain utk mengungkapkan pendapat q selain mantap👍👍👍👍👍 is the best👍👍👍👍 💪💪💪💪💯
2022-07-08
0