"Jangan nglihatin Aak terus nanti kamu nggak bisa nahan loh " ucap Deren memperingatkan sang kekasih.
"Aish ma bisa, Aak kali yang enggak," balas Aisyah sambil menggoda Deren yang duduk melemah di sofa ruang tamunya.
"Aak ni cepet amat sih keselnya," goda Aisyah lagi. Senyum terus mengembang di bibir wanita cantik ini.
"Habis ...!"
"Habis apa?" tanya Aisyah.
"Kapan kamu siap Aak lamar?" tanya Deren langsung to the poin. Loh tanyanya apa jawabnya apa.
"Habis pulang dari sini juga boleh, asal Aak siap, Aish ma ikut," jawab Aisyah. Aisyah bahagia, sangat bahagia. Beberapa hari ini Aisyah sudah bermimpi soal ini. Deren datang kerumahnya dan memintanya pada orang tuanya agar mereka mengizinkannya menjadi milik Deren.
"Kamu udah cerita tentang Aak belum ke orang tua kamu?" tanya Deren.
"Udah,"
"Terus tanggapan mereka?" tanya Deren.
"Abah bilang sih mau ketemu Aak dulu katanya," jawab Aisyah.
"Ya udah besok Aak sama abang Aak kerumah kamu deh. Nanti setelah Aak kerumah kamu kita ke Gresik ya minta restu orang tua angkat Aak," ucap Deren. Aisyah terus saja menatap sang pujaan hati. Aish bilang juga apa dia bicara aja seksi batin Aisyah kembali memuji kelebihan Deren menurutnya.
"Aak ada abang?" tanya Aisyah.
"Ada abang angkat, yang bimbing dan bantu Aak belajar islam sampai Aak yakin memeluk agama Allah ini," jawab Deren. Tentu saja ucapan Deren membuat Aisyah mengerutkan kening.
"Kenapa Dek?"
"Aak mualaf?" tanya Aisyah.
"Iya!"
"Udah lama?"
"Belum."
"Sejak kapan?"
"Ingat nggak waktu kita pertemu pertama kali di pom, ya itu Aak dalam perjalanan menuju jalan Allah," jawab Deren.
"Ooo ... apa yang membuat Aak yakin memeluk islam?" tanya Aisyah.
"Nggak tahu pastinya Dek, yang jelas bersama kepercayaan baru ini Aak lebih bisa mengontrol emosi. Lebih bisa mengasihi dan takut akan sesuatu yang Allah larang. Aak merasa sangat nyaman karena Aak yakin Allah selalu bersama Aak. Dan Aak yakin semua yang terjadi pada Aak adalah kehendaknya," jawab Deren.
"Pantesan Aak nggak tahu kenapa perempuan boleh libur sholat," ucap Aisyah.
"Emang kenapa Dek?" tanya Deren.
"Jadi gini Ak, perempuan itu kan ada fase datang bulan, Aak tahu ga datang pulang itu apaan?" tanya Aisyah.
"Datang bulan itu haid kan!"
"He em, Aak tahu kan haid?" tanya Aisyah.
"Enggak," jawab Deren spontan padahal sebenarnya dia sudah tahu. Hanya pura-pura saja tak tahu. Tentu saja jawaban Deren membuat Aisyah kembali melepaskan tawanya.
"Kok ketawa sih Dek, Aak kan emang nggak tahu. Aak kan belajar bagian laki-laki. Bagian perempuan ma Aak skip aja," jawab Deren berbohong. Dalam batinnya ia tertawa geli. Muka Deren kembali cute tapi serius.
"Oke, ini sekedar pengetahuan aja ya Ak. Eehheemmm ... (Aisyah mengambil nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan tenang. Agar dia tak gugup Deren juga terlihat setia menunggu jawabannya). Jadi, kami perempuan itu setiap bulan mengalami siklus mestruasi. Mestruasi, haid dan datang bulan itu sama Ak yang artinya dari kem*luan kami mengeluarkan darah kotor." ucap Aisyah menjelaskan.
"Hah, keluar darah serius Dek, Sakit nggak Dek?" tanya Deren dengan muka pura-pura bingung.
"Sakitnya cuma pas hari pertama aja, kalau kedua ketiga dan seterusnya biasanya udah enggak," jawab Aisyah. Deren mengangguk-anggukan kepalanya tanda paham apa yanh Aisyah ucapkan.
"Emang berapa lama kalian mengalami hal itu setiap bulannya?" tanya Deren lagi. Jujur ingin rasanya Aisyah tertawa, tapi mereka sudah terlanjur membahasnya masak ga diterusin.
"Normalnya sih tiga sampai delapan hari Ak. Dan satu lagi yang harus Aak tahu. Jika nanti Aak punya istri, Aak nggak boleh melakukan hubungan suami istri dengan istri Aak kalau dia lagi datang bulan. itu diharamkan Ak. Tapi ada sih cara halalnya juga cuma tergantung kalian mau apa enggak," jawab Aisyah. Kalau yang ini Deren baru merasa dijelaskan secara gamblang beneran
"Jadi dalam sebulan kami para lelaki harus puasa wajib selama delapan hari Dek?" tanya Deren memastikan.
"Puasa apa itu!" Aisyah lemot juga rupanya.
"Ya itu puasa bercinta," jawab Deren langsung pada intinya. Aisyah tak percaya bahwa Deren akan mengucapkan kata itu. Aisyah gemas dia pun langsung memukul manja lengan Deren.
"Pantesan banyak pria beristri pilih poligami ini toh alasanya," ucap Deren masih dengan kode polosnya. Aisyah lebih tak percaya lagi dengan pemikiran kolot Deren.
"Kalau masalah poligami ma bukan itu alasan pokoknya Ak. Lagian mana mungkin suami istri mau bercinta tiap malam," tangkas Aisyah.
"Kalau Aak ma mau Dek tiap malam," jawab Deren sambil melepaskan tawanya.
"Dasar mesum," umpat Aisyah.
"Ya wajar Aak kan pria!"
"Halalin dulu lah," tantang Aisyah.
"Oke, siapa takut. Siap-siap aja kamu,"
"Siap-siap ngapain!"
"Siap-siap Aak hajar siang malam," jawab Deren kembali melepaskan tawanya. Aisyah menatap gemas ke arah Deren.
"Dasar ...." umpat Aisyah geram. Deren masih saja tertawa.
"Eemm ... Ak, Aish boleh nggak tanya sesuatu yang sangat intim dan pribadi. Soalnya abah pasti bakalan nanyain ini," ucap Aisyah pelan. Takutnya nanti Deren tersinggung.
Deren menghentikan tawanya. Kini mereka sudah kembali ke mode serius.
"Tanya aja Dek, emang mau tanya apaan sih. Mukanya tegang amat," jawab Deren.
"Eemm, jangan tersinggung ya Ak, soalnya ini teramat sangat penting!" Aisyah kembali menekankan kata penting agar Deren mengerti.
"Iya Dek tanya aja," jawab Deren. Aisyah menatap mata Deren dengan debaran jantung tak menentu. Karena ini dinilainya sangat sangat sensitif. Aisyah memejamkan matanya dan mulailah dia mengeluarkan suaranya.
"Aak tahu khitan nggak?" tanya Aisyah pelan, hampir suara itu tak terdengar.
"Apaan sih Dek, agak keras ngomongnya," jawab Deren.
"Itu loh Ak, khitan khitan!" Aisyah kembali mengulang pertanyaanya. Bukannya menjawab pertanyaan itu dia malah tersenyum dan menggigit kepalan tangannya seolah menahan tawa.
"Kok Aak senyum doang, Aak ngerti ora?" tanya Aisyah malu malu.
"Kamu mau dijawab mulut apa mau langsung lihat?" tanya Deren tanpa malu. Deren melirik gemas ke arah Aisyah.
"Aak ma ngeres, tapi Aak ngerti kan maksud Aish?" tanya Aisyah.
"Tahulah ... makanya Aak nanya kamu mau Aak jawab pakek mulut atau mau lihat sendiri?" Deren mengulang pertanyaannya lagi. Aisyah makin tersipu malu tapi juga gemas. Pengen rasanya Aisyah cup tu bibir.
"Dih, si Aak. Kalau lihat ma belum boleh lah," gerutu Aisyah. Deren kembali melepaskan tawanya membuat Aisyah makin kesal padanya.
"Dih, marah. Tadi nanya sekarang dijawab marah. Disuruh lihat sendiri nggak mau. Ya udah lah kalau nggak mau," jawab Deren. Aisyah makin kesal mendegar candaan tak bermutu Deren.
"Tahu Ah, Aak ma nyebelin," umpat Aisyah.
"Nanti Aak akan jawab kalau abah kamu nanya. Bahkan abah juga boleh periksa kalau mau," jawab Deren asal, Ya Tuhan Deren terus saja tertawa. Dia tak perduli meski Aisyah terus menatap kesal padanya.
"Udah Ah, Aak diem. Ngeselin tahu," kembali Aisyah menunjukan kekesalannya. Deren kembali melirik lucu ke arah sang kekasih yang cemberut oleh candaanya.
"Udah jangan cemberut. Aak kan cuma bercanda. Kamu nggak usah khawatir soal itu Dek, Aak sudah dikhitan dari kecil. Orang tua angkat Aak kan orang islam juga jadi Aak paham sedikit banyak tentang manfaat khitan. Lagian sekarang kan hampir semua anak laki-laki kan khitan demi kesehatan. Ya kan," jawab Deren. Seketika Aisyah tersenyum malu. Bodoh sekali rasanya dia berani menanyakan hal seintim ini pada pria yang belum tentu jadi suaminya. Tapi ini teramat sangat penting baginya.
"Kamu kenapa Dek dari tadi senyum melulu?" tanya Deren, Deren merasa Aisyah sangat aneh.
"Enggak, Aish nggak nyangka aja ternyata Aak aslinya sangat tampan. Padahal dulu nakutin," jawab Aisyah jujur. Aisyah terus saja mengembangkan senyuman menggodanya.
"Bukan karena aku sudah masuk kedalam kriteria kamu. Nggak mau nanya Aak udah hafal berapa Juz surat dalam Al-quran?" tanya Deren
"Emang Aak udah hafal berapa Juz?" tanya Aisyah. Deren enggan menjawab. Dia tak mau dianggap sombong oleh Aisyah, Deren tak ingin tinggi hati dengan ilmu yang belum seberapa dia punya ini.
"Aak, matanya cakep amat sih Ak. Aish mau punya anak tampan kayak Aak!" Heemmm Aisyah terus aja, gencar baget dia mengeluarkan gombalanya pada Deren.
Deren salah tingkah mendengar pujian dan rayuan Aisyah. Maklum dia belum pernah berhubungan dengan mahkluk yang menurutnya merepotkan ini.
"Jangan gitu Dek, bikin Aak malu aja," ucap Deren.
"Malu kenapa Ak, Aak emang tampan kok. Temen-temen Aish aja ngakuin kalau Aak super tampan. Kulitnya putih banget, ni ama Asih aja putihan Aak ditambah rambut coklat macam bule tapi iso ngomo jowo hahaha," goda Aisyah, Aisyah sungguh pandai memuji Aak preman kesayangannya.
"Abang Aak lebih cakep lagi Dek," ucap Deren.
"Ooo, masak ... Aak masih punya abang. Abang kandung kah ?" tanya Aisyah.
"Iya tapi udah meninggal, tinggal adek. Tapi adek Aak nggak tahu kalau Aak ini abang kandungnya," jawab Deren.
"Ya ampun, Aish turut berduka ya Ak. Maaf Ak kok bisa adeknya Aak ga tahu kalau kalian saudaraan kan aneh Ak, apa kalian terpisah?" tanya Aisyah, jujur Aisyah makin penasaran dengan masa lalu Deren.
Deren diam soal ini, Aisyah pun paham. Dia tahu jika Deren mungkin masih bimbag untuk menceritakan tentang keluarganya. Dan Aisyah akan dengan sabar menunggu saat itu tiba. Yang sabar ya mbak Aish.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Adelia Rahma
ikut senyum bacanya.
kek orang kurang waras...
anak anak malah ketawa liat emaknya baca sambil senyum
2022-07-12
0
ruswandi jayanegara
nah tu yg nanyain soal khitan udah lega blom di jawab othor 🤣🤣🤣🤣
2022-07-07
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
lanjut
2021-09-04
0