Deren membuka aplikasi di ponselnya, memeriksa apakah kira kira ada kabar tentang suami Mak Sumi perempuan paruh baya yang tadi sore dia tolong. Deren tersenyum mana kala membaca pesan dari dokter yang tadi di kirimnya ke rumah Mak Sumi. Kata dokter tersebut si bapak tak perlu dibawa ke rumah sakit hanya perawatan dan terapi di rumah saja sudah cukup.
Deren tersenyum puas, dia senang dengan apa ya g dilakukannya sekarang. Bisa membantu orang yang yang terhitung kurang mampu adalah kebanggaan tersendiri buatnya.
"Syukurlah jika tak parah, tolong rawat sampai sembuh," balas Deren pada dokter yang dia percaya tadi.
"Siap Pak Bos," balas sang dokter kemudian chat pun berahir.
Malam semakin larut, Deren pun mulai menyalakan laptopnya dan kembali memperlajari materi yang Juan kirim tadi siang. Juan ternyata saat handal dalam hal berbisnis perhotelan dan pariwisata. Bahkan Juan juga mengusulkan perkebunan yang baru dirintisnya itu di buka untuk wisata umum.
"Sepertinya tak ada salahnya dicoba," gumam Deren sendiri, rumah ini sangat sepi tapi Deren merasa nyaman.
***
Kabar kehamilan Yunita akhirnya sampai juga ke telinga saudara kandungnya. Tentu saja ini merupakan anugerah yang sangat indah untuk seorang Deren yang notabene tak memiliki siapa pun selain Yunita Mauren adik kandungnya. Bahkan sampai saat ini dia sendiri belum berani membuka siapakah dirinya yang sebenarnya pada Yunita.
Siang itu seperti biasa Deren sedang berkendara menuju perkebunan apel yang belum lama ini dibelinya dari salah satu petani yang membutuhkan uang untuk biaya pengobatannya. Atas saran Deka, Yudha dan juga Robet akhirnya Deren pun mau membeli perkebunan apel itu.
Disamping budidaya apel ada juga beberapa buah lain seperti jeruk, pisang dan juga jambu kristal. Deren juga merintis usaha barunya berupa hotel dan cafe. Dia mulai belajar banyak tentang bisnis dari beberapa sahabatnya seperti Noviant Juan, Deka dan adek iparnya sendiri. Bahkan dia tak malu meminta saran dan kritik dari para seniornya di dunia yang terhitung baru baginya.
Deren menikmati hari harinya menjadi pengusaha muda sekarang, rumah yang baru dibelinya beberapa bulan yang lalu kini menjadi tempatnya berteduh. Deren juga terasa sangat nyaman meskipun lingkungannya sekarang bisa dikatakan padat penduduk. Rumah berlantai dua dengan desain minimalis itu terasa sangat nyaman untuk pria single sepertinya. Deren memang baru sebulan menetap di sini tapi dia sudah sangat dikenal dan di segani di lingkungan sekitar rumahnya, karena keramahan dan kebaikan hatinya.
Deren juga memperkerjakan dua asisten rumah tangga untuk mengurus rumah dan taman tamannya. Mereka biasanya datang setiap hari rabu dan sabtu untuk bekerja dirumahnya.
Kalau urusan makan dan pekerjaan kecil lainnya biasanya dia melakukannya sendiri.
Sahabat sahabatnya sering mengingatkan dirinya untuk segera mencari pendamping hidup tetapi dia selalu beralasan ingin memantapkan hatinya dulu untuk mencari jati dirinya yang sebenarnya. Apa keinginannya dan memantapkan pilihannya akan kepercayaan yang bisa membuat hati dan jiwanya lebih tenang.
Selama sering berinteraksi dengan Deka dan beberapa pekerjanya Deren lebih bersemangat untuk mendalami kepercayaan barunya ini. Ditambah lagi dia pernah mendapatkan mimpi yang sampai saat ini masih terngiang di ingatannya.
Deren memang belum berani mengikrarkan dua kalimat syahadat, karena memang dia ingin mendalami terlebih dulu hingga dia merasa yakin seyakin yakinnya bahwa pilihannya kali ini tidak salah.
Deren masih berkonsentrasi mengendarai mobil putih kesayangannya, dengan sangat pelan karena lingkungan tempat tinggalnya terhitung padat dan banyak anak kecil. Disamping itu dia juga tak nyaman jika tak menjawab sapaan para warga di lingkungan barunya. Mereka dangat baik dan ramah padanya.
Jujur saja Deren iri jika melihat warga disana berbondong bondong pergi masjid jika azan mulai berkumandang. Bapak- bapak, ibu- ibu bahkan anak- anak kecil disana juga menghentikan aktivitas mereka jika panggilan Tuhan itu mulai terdengar.
Ingin rasanya dia mengambil sajadah dan ikut ke masjid bersama mereka tapi sekali lagi alasan ingin lebih banyak mengerti dan memahami selalu ingin dia mantapkan terlebih dahulu.
Tak lama berselang akhirnya dia pun sampai ke tempat tujuannya. Di perkebunan yang baru mulai dirintisnya ini Deren memperkerjakan tiga orang untuk membantunya merawat tanaman tanaman ini. Deren tak sembarangan memperkerjakan orang, dia juga mau orang yang dipekerjakannya adalah mereka yang benar benar mengerti akan tanaman, bagaimana cara merawat dan membudidayakan para tanaman tanaman itu.
“Cak piye, onok kendala ora (mas, ada masalah ga)?” tanya Deren pada Koliq salah satu pekerjanya.
“Ga onok Bos(tidak ada bos) Alhamdulillah, Cuma mesti tambah tenaga Bos gae (buat) ngurus pisang pisang sama jaga jambu kristal. Lalat buah sudah mulai berdatangan,” jawab Koliq apa adanya.
“Yo ga po po sing penting iso kerjo karo ngerti tanaman(ya ga papa yang penting bisa kerja dan mengerti tanaman),” jawab Deren menyetujui usul pekerjanya.
“Siap Bos!” jawabnya.
“Wis podo mangan urung (sudah pada makan belum)?” tanya Deren lagi.
“Sampun Bos, ini nembe mau dhuhur (sudah bos ini baru mau sholat dhuhur),” jawab Koliq lagi.
“Yo wis kono gek podo sholat disik selehke gaweane (ya sudah sholat dulu sana letakkan dulu pekerjaanya),” jawab Deren. Para pekerjanya pun mulai meletakkan peralatan kerjanya dan mulai mengganti pakaiannya di gudang penyimpanan hasil panen.
Deren meninggalkan para pekerjanya dan mulai menelusuri jalan setapak untuk memeriksa tanaman buah miliknya. Sekali lagi Deren tak berhenti bersyukur atas nikmat dan karunia yang dia miliki.
Dia merasa seperti manusia pilihan Tuhan yang telah diberi kesempatan untuk menikmati karunia berupa rejeki lebih dan kesempatan untuk memperbaiki diri.
Sambil menikmati pemandangan indah ini Deren pun duduk di gubuk tempat para pekerjanya menaruh peralatan kerja dan makanan atau minuman yang dia bawa dari rumah, atau kadang kadang juga gubuk ini menjadi tempat peristirahatan kedua para pekerjanya setelah gudang penyimpanan hasil panen.
Deren menatap kedua tangannya yang dipenuhi tato. Deka bilang jika dia memang yakin dengan keyakinannya sekarang dia harus rela menghapus tato yang dia miliki.
Deren tersenyum jika mengingat ucapan orang yang sudah dianggapnya abang itu. Deka selalu bilang pada Deren mantapkan pilihan dulu, yakinkan hatimu dulu baru ambi keputusan. Ya ... Begitulah kira kira nasehat para teman temannya untuk pria yang memiliki keraguan didalam jiwanya ini.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
mince
gak di hapus juga ndak apa
2025-03-09
0
Maliqa Effendy
kalau tatto permanen emang ga bisa dihapus kecuali operasi.tapi kan kalau mau ibadah,trus tobat ,yakin ingin berubah pasti diterima..
2022-08-21
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
ceritanya bagus
2021-08-28
0