"Dek ...," ucap Deren sambil memperlambat laju kendaraanya.
"Ya Ak,"
"Itu kamu lihat rumah yang ada torennya itu kan, nah itu rumah Aak," ucap Deren sambil menunjuk rumah yang dia maksud.
"Besar juga rumah Aak, Aak tinggal ama siapa?" tanya Aisyah.
"Sendiri, kamu maunya kapan Aak lamar, biar Aak ada yang nemenin," ucap Deren dengan sedikit bercanda.
"Dih si Aak, kan janjinya mau temenan dulu. Saling mengenal sambil usaha dapet restu abah. Gimana sih si Aak ini," jawab Aisyah malu malu.
"Iya Aak ngerti kok," jawab Deren paham, kemudian dia pun kembali menaikan kecepatan mobilnya.
"Terus Aak kerja apa sekarang, masih suka ngawal pejabat?" tanya Aisyah serius.
"Udah enggak Dek, temen temen ga kasih. Mereka bilang Aak harus sayang nyawa. Jangan ngejar harta dunia dengan menggadaikan nyawa, mereka khawatir. Ahirnya Aak mencoba buka bisnis buah sama kafe kecil kecilan, ga papa kan Dek" jawab Deren jujur, sepertinya Deren masih belum bisa terbuka sepenuhnya pada Aisyah.
"Ga papa Ak, yang penting halal, Aak ada perkebunan atau toko buah?" tanya Aisyah lagi.
"Ada kebun Dek, tapi ga luas,"
"Emm, ga pa pa Ak, pelan pelan aja nanjaknya, Nanti juga ada aja jalannya. Nanti kalau kita udah bareng, kita usaha sama sama," jawab Aisyah. Astaga ini suatu kebetulan atau keberuntungan Tuhan, batin Deren.
"Ak, Aish turun depan gang aja mobil ga bisa masuk Ak sampai depan rumah Aish," ucap Aisyah sambil menunjuk gang dimana dia minta diturunkan.
"Oke," jawab Deren, kemudian dia pun memarkirkan mobilnya di depan gang.
"Tunggu sini Dek, jangan turun dulu," pinta Deren, Aisyah pun menurut. Dia tetap duduk manis sampai Deren membukakan pintu untuknya.
"Makasih Ak,"
"Sama sama sayang," jawab Deren mesra. Pria ini sungguh santun menjaga apa yang dia pikir adalah miliknya.
Mereka pun berjalan beriringan masuk kedalam gang, di mana rumah Aisyah berada.
"Rumah kamu yang mana Dek?" tanya Deren.
"Itu Ak yang pagar hijau," jawab Aisyah sambil menunjuk rumahnya.
"Oooh ... ya udah masuk gi, jaga diri baik baiknya Dek," pinta Deren.
"Iya Aak premanku, Aak juga ya," jawab Aisyah sambil bercanda dengan riangnya. Deren hanya tersenyum mendengar candaan sang kekasih.
Aisyah pun membuka pintu pagar dan memasukinya. Tak lupa Aisyah juga melambaikan tangan dan berucap salam. Seperti tak rela berpisah merekapun tersenyum malu malu. Asiyah memeluk pintu pagar itu dan meminta Deren pergi terlebih dahulu sayangnya Deren tak mau. Dia malah menyuruh Aisyah masuk duluan. Aisyah pun menurut, dengan berat hati dia melepaskan pintu pagar itu.
Deren memegang dada kirinya pertanda bahwa Aisyah selalu berada dihatinya. Aisyah pun tersenyum tanda mengerti apa yang maksud sang pujaan hati. Deren menunggu Aisyah masuk ke dalam rumah memastikan Aisyah aman.
Deren berjalan dengan senyum mengembang di bibirnya. Rasa ini terasa sangat indah baginya. Ini adalah pertama kali baginya mengenal cinta. Ternyata cinta bisa membuat perasaan sangat nyaman, pantesan Yudha dulu hampir gila saat kehilangan sang pujaan hati batinnya.
Sebelum sampai ke mobil Deren merasakan hal yang aneh. Bulu kuduk Deren merinding, telinganya berdenyut. Dari sudut mata kirinya dia menangkap ada beberapa orang yang mengawasinya. Deren tersenyum sinis, kewaspadaanya bertambah mana kala dia melihat pria yang menantangnya di pom bensin tadi sedang memperhatikannya.
Deren masih santai, dia tak akan membuat ulah di sini karena di sini bukan kawasannya. Tapi dia juga tak akan menyerah jika mereka menyerangnya.
Deren kembali melanjutkan perjalananya sampai ke mobil, untung dari mereka belum ada yang mengikuti.
Sebelum masuk kedalam mobil, Deren memeriksa keadaan mobilnya, barang kali mereka menaruh sesuatu di ban mobilnya. Deren tertawa pelan sambil berkacak pinggang. Prediksinya tak meleset, ada ranjau yang mereka pasang di bawah ban mobil sebelah kiri.
"Astaga, dasar bodoh," gumam Deren. Deren pun segera menyingkirkan ranjau itu. Di periksanya lagi bagian mobilnya kalau kalau mereka memasang bahan peledak.
"Ah tidak tidak mereka kan bodoh, mana mungkin sanggup beli bahan peledak hah," gumamnya lagi. Deren tak menemukan kecurigaan lain selain itu. Dia pun masuk kedalam mobil dan menyalakan mobilnya.Tak lupa dia pun mengetes rem mobil yang dikendarainya. Barang kali para bandit itu mengerti soal ini batinnya.
"Astaga, segini doang ilmu kalian," gumam Deren meremehkan. Deren memeriksa kaca spion, para bandit itu terlihat kecewa dan saling menyalahkan. Deren hanya tertawa geli.
"Kalian mau bermain denganku hah, baiklah mari kita main main!" tantang Deren.
Deren menghubungi salah satu kawanan gangster yang dia kenal untuk menyelidiki siapa mereka dan pemilik kawasan di sini.
Prediksi Deren meleset, ada beberapa motor yang mengikutinya. Deren pun tersenyum sinis.
"Kalian cari mati rupanya!" ucap Deren.
"Kalian membangunkan singa tidur," kembali Deren tertawa sinis, Deren pun menghubungi anak buahnya untuk siaga dan menghadang mereka.
"Jangan bikin keributan, cukup tanyakan pada mereka apa yang mereka mau, mengerti!" ucap Deren ada anak buahnya.
"Siap Bos," jawab anak buah Deren. Bukan Deren namanya kalau tak bisa bermain di dunia seperti ini. Bakan dia bisa bermain halus tanpa dapat disentu oleh siapapun.
Deren turun dari mobil dan membuka pintu pagar rumahnya, bersamaan dengan itu Dern mendapat panggilan telpon dari orang suruhannya bahwa orang orang yang mengikutinya tadi tak berani masuk karena melihat mereka.
Deren pun menutup panggilan itu, sepertinya dia harus lebih waspada. Dia bekum tahu siapa dibalik calon suami sang kekasih, Deren harus bersiap untuk menyelidiki ini.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Adelia Rahma
ak kamu benar benar ngejaga banget apa yang berharga untuk mu
2022-07-12
0
Nurmia Nasir Nasir
aak pereman di lawan
2021-10-01
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
preman pasar cari mati
2021-09-02
0