Deren diapit Deka dan Arti melangkah menuju rumah sang pujaan hati. Semakin dekat dengan rumah Aisya, semakin cepat juga detak jantung yang Deren rasakan.
"Ini Bro rumahnya?" tanya Deka.
"Iya Bang ini rumahnya," jawab Deren.
Deka pun memencet bel yang ada di sebelah pagar rumah Aisyah, Arti dan Deren menunggu di belakang Deka.
"Baca Basmallah, semua akan baik baik saja," ucap Arti menguatkan adek angkatnya.
"Insya Allah Mbak," jawab Deren, tak dipungkiri bahwa saat ini dia sangat gugup dan kembali takut.
Pintu pagar tak kunjung dibuka, tapi dari dalam terdengar suara teriakan kesakitan seorang perempuan yang meminta ampun.
"Bang ... itu suara tangis Aisyah Bang. Aisyah kenapa Bang?" tanya Deren gugup.
"Elo yakin yang teriak minta tolong itu pacar Elo?" tanya Deka.
"Iya Bang, itu Aisyah. Dia pernah cerita kalau dia memang diperlakan buruk oleh kakak tiri dan ibu tirinya," jawab Deren. Tanpa bicara Deren pun mendobrak pintu pagar itu dan memaksa masuk. Kekuatan Deren tak diragukan, sekali tendang pintu pagar itu pun roboh.
Deka belum sempat mencegah tapi Deren sudah nekat.
Mendengar pintu pagar roboh, seorang pria keluar menghampiri mereka.
"Siapa kalian?" teriak pria itu sambil memegang ikat pinggang di tangannya. Matanya memerah, dan menatap dengan penuh amarah.
"Mana Aisyah?" tanya Deren lantang.
"Siapa kamu berani datang tanpa diundang dan mempertanyakan anggota rumah ini!" jawap pria itu tak kalah emosi.
"Mana Aisyah!!" teriak Deren tak mau kalah. Deka berusaha meredam tapi tenaga dan emosi Deren lebih kuat dibanding Deka.
Suara tangisan dan teriakan minta ampun Aisyah tak terdengar lagi. Sekejab semua tak terdengar dan sepi.
Deren enggan menunggu pria itu menjawab. Dia langsung menerobos pria pemarah itu tanpa perduli mungkin pria itu bisa saja menghajarnya.
"Aisyah, Aisyah di mana kamu!" teriak Deren sambil lari kesana kemari mencari keberadaan Aisyah.
"Teriak aja, Aisyah sudah tak ada di sini," jawab pria itu santai.
"Di mana Aisyah. Brengsek!!" teriak Deren, sambil mencengkeran kerah baju pria itu. Kemarahan Deren tak terbendung lagi. Deka masih berusaha menahan Deren agar tak nekat.
"Siapa kamu berani berteriak di rumahku?" ucap seorang wanita setengah tua keluar dari salah satu kamar. Mungkin di sana wanita paruh baya itu menyekap Aisyah.
"Saya adalah kekasih Aisyah Nyonya. Di mana Aisyahku?" tanya Deren lantang. Sekarang, saat ini, rasa takut Deren sudah tak ada lagi. Yang Deren mau saat ini hanyalah Aisyah.
Deren mau Aisyah ada di depannya dan dalam keadaan selamat, serta tidak kurang suatu apapun.
"Apa!, Kamu kekasih gadis jalang itu rupanya," ucap wanita itu sambil menatap dari atas ke bawah penampilan Deren. Deren hanya membalas dengan tatapan siap menerkam.
"Jadi kamu pria yang sudah tidur dengannya. Berapa kali kamu tidur dengannya katakan!" bentak wanita paruh baya itu tepat di depan muka Deren.
"Maaf Nyonya, saya dan Aisyah memang pacaran. Tapi kami tahu batasan. Bahkan Aisyah sangat menjaga harga dirinya," jawab Deren tegas
"Lalu apa ini?" tanya wanita itu sambil menyerahkan tes kehamilan pada Deren.
"Apa ini?" tanya Deren. Arti mengambil tes kehamilan itu dan melihatnya.
"Ini, tes kehamilah Deren. Jika ada dua garis seperti ini berarti ini positif, yang artinya dia hamil," ucap Arti pelan. Seketika telinga Deren memanas.
"Demi Tuhan kami tidak pernah melakukannya Nyonya, anda bisa tanyakan pada Aisyah bahwa kami memang belum pernah melakukannya. Di mana Aisyah, biar kami jelaskan," ucap Deren berusaha mengendalikan keadaan.
"Kalau dia tidak hamil denganmu lalu dia hamil dengan siapa?" wanita itu malah bertanya pada pria yang sedari tadi masih memegang ikat pinggang. Mukanya meledek seakan ini semua adalah lelucon baginya.
"Mungkinkah dia punya kekasih lain selain kamu?"tanya wanita itu pada Deren.
"Tidak mungkin Nyonya, Aisyah sangat setia padaku," jawab Deren.
"Kasihan sekali kamu anak muda, kalau dia setia padamu lalu apa ini?" tanya Wanita itu pada Deren sambil menyerahkan foto foto Aisyah bersama pria pria yang berbeda.
"Ini tidak mungkin Nyonya, mungkin mereka berteman?" jawab Deren masih mencoba menguasai dirinya
"Berteman tapi mereka berciuman, yang bemar saja," tambah wanita itu. Deren diam, karena dia sudah kalah telak dengan bukti yang ada ditangannya. Deka bersiap di belakang Deren, agar pria itu tetap berdiri kuat.
"Tofa, cari tahu salah satu dari mereka . Mungkin salah satu dari mereka adalah ayah dari anak yang dikandung gadis jalang itu," ucap wanita itu pada anaknya.
"Baik bu," jawab pria itu.
"Oia Bu, pria kurang ajar ini telah menghancurkan pintu pagar kita. Jangan ijinkan dia pergi sebelum mengganti kerugian kita!" ucap pria itu sambil menunjuk penuh dendam pada Deren.
"Penampilannya saja tidak menyakinkan mana mungkin dia mampu mengganti pintu pagar kita yang mahal itu," ucap wanita itu meremehkan.
Deren diam, meski dalam hatinya ingin rasanya Dia membeli rumah ini beserta isinya.
"Saya tanya sekali lagi, di mana Aisyah?" tanya Deren pelan tapi penuh dengan amarah.
"Sabar Deren, kita nggak akan dapat jawaban kalau kamu marah seperti ini?" ucap Deka memperingatkan.
"Tapi Bang, Aku hanya butuh Aisyah untuk menjelaskan semua ini," ucap Deren.
"Iya Abang tahu, bersabarlah sedikit lagi," jawab Deka.
"Untuk apa kamu mau bertemu dengannya, bukankah kamu tidak mengakui bahwa anak dalam kandungannya bukan anakmu. Kami hanya akan menerima pria yang berani mengakui perbuatanya," jawab wanita itu. Ya Tuhan wanita ini pandai sekali bersilat lidah.
"Baiklah ijinkan saya bertemu dengannya, biar saya yang akan menikahinya," jawab Deren penuh percaya diri. Sayangnya wanita paruh baya itu malah tersenyum licik.
"Penampilanmu tidak menyakinkan untuk jadi menantuku anak muda. Gadis jalang itu harganya sangat mahal. Meskipun kamu adalah ayah dari bayinya aku pun tak akan memberikan gadis jalang itu padamu karena ada yang lebih meyakinkan dibanding kamu," jawab wanita paruh baya itu.
"Kenapa?"tanya Deren berani.
"Tidak kenapa-napa, hanya saja kami tak yakin padamu?" jawab wanita itu.
"Kenapa bisa begitu?" tanya Deka. Wanita paruh baya itu malah mengelilingi Deka dan Deren.
"Ck ... meskipun aku sudah meneliti tetap saja kamu tak bisa masuk dalam kriteria mantu idaman," jawab wanita itu.
"Jika anda tak mengizinkan saya bertemu Aisyah, maka izinkan saya bertemu dengan abah, biar saya bicara pada abah," pinta Deren.
"Hahahaaha, untuk apa kamu bertemu pria lumpuh yang tak bisa apa apa itu hah. Dia di sini hanya numpang, kamu dengar hanya numpang. Yang berkuasa dan berhak mengambil keputusan adalah saya. Jadi silakan anda anda sekalian keluar dari rumah saya sebelum saya panggilkan polisi," ancam wanita itu lagi.
"Silakan laporkan kami pada polisi Nyonya kami tidak takut," jawab Deren.
"Bro sebaiknya kita mengalah dulu," bisik Deka. Deren paham dengan maksud abang angkatnya.
"Baiklah Nyonya kali ini anda menang," ucap Deren.
"Tanpa berucap seperti itu aku memang selalu menang anak muda. Oke silakan keluar, aku muak melihat kalian," ucap wanita itu.
Deka pun mengajak Deren keluar dari rumah Aisyah. Penghinaan ibu tiri Aisyah pada Deren tak sampai di situ. Dia juga melempar dan menginjak-injak buah tangan yang Deren bawa tadi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
LENY
ADUH AISYAH KASIGAN BENER MAU DIJUAL IBU TIRINYA. PASTI AISTAH DIJEBAK DASAR IBLIS IBU DAN ANAK LAKI SAMA AJA
2023-05-13
0
Adelia Rahma
wah kamu salah berurusan dengan aak daren nyonya
2022-07-12
0
Man Cian
kayaknya itu cuma akal2an nenek sihir
2022-07-08
0