Malam ini Deren merasa sangat lelah dan sedikit suntuk. Pekerjaannya tadi siang sungguh menguras tenaganya. Maklum hotel yang baru di bukanya sebulan yang lalu ini sudah banyak diminati oleh pelanggan. Deren sering turun tangan sendiri untuk mengawasi para pekerjanya melayani tamu. Keramah tamahan sangat Deren utamakan di sana. Pelanggan terlihat sangat puas dengan pelayanan hotel milik Deren. Ditambah harga yang bisa dijangkau oleh masyarakat kelas menengah kebawah.
Deren membuka aplikasi di ponselnya, tiba tiba dia teringat sosok gadis yang diam diam sudah merebut perhatiannya. Deren pun beranjak dari pembaringan. Meraih jaket dan juga kunci mobil bersiap untuk berkendara menuju pujaan hatinya.
Pikirannya hanya satu saat ini, yaitu bertemu dengan gadis idamannya. Sejak pertemuan terahir mereka seminggu yang lalu, diam diam Deren sering melewati pon bensin tempat Aisyah bekerja. Kadang kadang dia juga menyedot bensin yang ada di mobilnya agar dia bisa pura pura membeli bensin. Padahal dia hanya ingin melihat lebih dekat sosok gadis yang selalu menganggu pikirannya ini.
Malam ini Deren ingin mengulang kisah itu. Memandang sang pujaan hati dari dekat. Bahkan jika Tuhan mengizinkan ingin sekali rasanya Deren memiliki gadis berkulit putih ini dan berpostur munggil itu. Gadis ceria ini menurut Deren sangat menggemaskan.
Deren melajukan kendaraanya dengan hati hati. dilihatnya jam yang menempel di tangannya. Jam 9 malem, sebentar lagi pergantian shift semoga aja Aisyah masuk shift ke dua, jadi sebentar lagi dia off.
Deren memarkirkan mobilnya tepat di depan masjid Pom itu. Deren mengintip dibalik kaca jendela mobilnya. Sepi?.
"Apakah dia tidak bekerja?" gumam Deren.
Deren pun mengambil ponsel yang ada di dasbor depan kemudinya. Kemudian dia pun mencari daftar nama Aisyah, yang dia kasih nama si gadis cengeng di ponselnya.
Belum sempat Deren memencet tombol hijau, Deren dikejutkan dengan gelak tawa tiga gadis yang baru saja keluar dari masjid. Dan salah satu dari mereka adala Aisyah.
Deren tersenyum malu pada dirinya sendiri, tiba tiba rasa aneh menjalar dalam dadanya. Senyuman Aisyah si gadis cengeng itu mampu meluluh lantahkan perasaannya yang sedari tadi risau.
Deren terus memperhatikan gerak tubuh sang pujaan hati. Deren sedikit resah ketika ada pria yang tak dikenalnya sedang mendekati Aisyah. Deren mengepalkan tangannya geram. Ingin rasanya dia tendang pria yang terlihat sok akrab dengan Aisyah itu.
Aisyah juga terlihat sangat nyaman bercanda gurau dengan teman temannya. Bahkan tangan si pria terlihat merangkul pundak Aisyah walaupun Aisyah berkali kali terlihat menghindar.
Wajah Deren memanas, darah gangster nya seketika mendidih. Andai dia dan Aisyah sudah ada ikatan pasti Deren tak segan segan mematahkan tangan pria yang berani menyentuh pujaan hatinya ini.
"Brengs*k berani sekali dia menyetuh Aisyahku," gumam Deren geram. Deren terus saja memperhatikan Aisyah. Kali ini hati Deren kembali panas karena si pria terlihat memaksa Aisyah untuk ikut dengannya.
Deren tak tahan lagi, dia pun turun dari mobil dan menghampiri Aisyah.
"Aish...!" panggil Deren. Kedua teman Aisyah dan si pria itu pun menoleh kearah suara. Mata kedua teman Aisyah berasa mendapat vitamin, mereka mlongo dan terlihat enggan berkedip.
"Ya Ak," jawab Aisyah sambil berlari kecil mendekati Deren.
Setelah jarak di antara mereka Aisyah langsung memegang jaket Deren dan berkata, "Ak ... maukah Ak bantu Aish sekali lagi?" tanya Aisyah. Mukanya terlihat takut dan gugup.
"Bantu apa?" tanya Deren.
"Aak mau ga mengaku di depan pria itu bahwa Aak suami Aish, Aish ga mau sama pria itu Ak. Diam maksa terus," ucap Aisyah jujur. Serasa mendapat tantangan Deren pun tak menjawab permintaan Aisyah. Deren langsung mengandeng tangan Aisyah dan mendekati pria itu.
"Hay Bro, apakah anda ada urusan dengan tunangan saya?" tanya Deren pada pria yang berusaha mendekati Aisyah tadi. Sepertinya sang pria sedikit terbakar saat mendengar perkataan Deren.
"Oh ... Sori Bro, saya kira dia belum punya pasangan. Slow ya Bro, maaf," jawab pria itu sambil menjabat tangan Deren. Pria itu meremas tangan Deren seolah menantang pria yang mengaku sebagai tunangan wanita yang di incarnya.
Deren sangat paham jika sang pria ini menantangnya secara diam diam. Tapi Deren tak gugup, dia tetap berusaha tenang.
"Sampai ketemu besok Bro," ucap Pria itu sambil tersenyum sinis
"Siap," balas Deren tak gentar sedikitpun. Begitupun sebaliknya sang penantang sama sekali tak menunjukan rasa takutnya, terlihat dari sorot matanya bahwa dia juga tak mau kalah dengan Deren.
Sang pria penantang itu akhirnya undur diri, Deren menatap kepergian sang pria dengan tatapan ingin mencongkel matanya. Jiwa perang Deren bangkit seketika.
"Dek ... kamu udah boleh pulang belum?" tanya Deren, Aisyah yang dipanggil begitu seketika salah tingkah.
"Udah Ak, Aish finger dulu ya," jawab Aisyah sambil menarik tangannya pelan. Deren pun melepaskan tangan mungil itu. Aisyah dan ke dua temannya pun beranjak meninggalkan Deren.
Dengan setia Deren menunggu Aisyah menyelesaikan kewajibannya. Aisyah keluar dari kantornya dengan membawa tas slempang dipundaknya.
"Aak anter pulang ya Dek, sepertinya malam ini tak aman buatmu," ucap Deren.
"Ga papa Ak, kan rumah Aish deket," balas Aisyah berusaha menolak halus ajakan Deren.
"Pokoknya Aak ga bakalan tenang kalau kamu pulang sendiri," paksa Deren.
"Dih ... si Aak aneh deh, emang Aish siapanya Aak. Di khawatirin sampek segitunya. Ga pa pa Ak, Aish bisa pulang sendiri," ucap Aisyah dengan senyum cerianya. Deren hanya menatap mesra ke arah Aisyah membuat Aisyah salah tingkah.
"Udah sana Aak pulang, Aish ma bisa sendiri pulang," ucap Aisyah sambil mencoba memutar tubuh Deren yang masih diam terpaku.
"Kalau kamu ga ikut Aak masuk mobil, Aak akan gendong kamu. Pilih Aak culik atau nurut?" ancam Deren.
"Dih ... si Aak hobi bener dah maksa. Kalau begini apa bedanya Aak ama si Lukma itu," ucap Aisyah cemberut, bibirnya manyun matanya melirik penuh permusuhan kearah Deren. Tapi tetep aja dia melangkah menuju mobil Deren.
"Mobil Aak yang mana?" tanya Aisyah kesal.
Deren hanya memencet kunci mobilnya, mengikuti langkah sang pujaan hati. Mereka terlihat sepasang kekasih yang sedang marahan.
Deren membawa mobilnya dengan sangat tenang. Tapi sayangnya Deren tak mengarahkan mobilnya ke rumah Aisyah melainkan membawa gadis itu menuju pantai.
"Ak, kita mau kemana?" tanya Aisyah.
Deren tak menjawab, sepertinya pria ini sangat marah pada Aisyah. Deren hanya berkonsentrasi dengan jalanan yang ada di depannya.
Di tepian pantai itu ada banyak tenda tenda yang terpasang disana. Seperti sebuah rumah rumah kecil yang berjejer rapi.
"Turun!" pinta Deren. Aisyah hanya menurut, meskipun hatinya menggerutu heran. pria aneh ini kenapa sih, hati Aisyah terus bertanya tanya sendiri.
Deren menggandeng tangan mungil Aisyah dan mengajaknya berdiri ditepian pantai.
"Aak kenapa, Aak lagi ada masalah kah?" tanya Aisyah pelan, dia juga takut jika pria tinggi besar ini akan marah padanya.
"Aak seperti ini karenamu Dek," jawab Deren jujur.
"Kok jadi Aish, kan Aish ga ngapa ngapain Aak," jawab Aisyah membela diri.
Deren yang mendengar jawaban Aisyah langsung meraih pinggang gadis itu dan menariknya lebih dekat padanya.
"Ak ... jangan seperti ini kita bukan mahrom," ucap Aisyah mengingatkan.
"Aak tahu Dek kalau ini salah, tapi sungguh kamu telah membuat Aak hampir gila, karena setiap malam Aak ingat kamu terus, kamu menganggu sekali Dek," ucap Deren jujur. Aisyah paham apa maksud perkataan Deren, dia pun tersenyum lucu.
"Jangan tersenyum Dek, Aak serius sayang," ucap Deren serius. Ya Tuhan pria ini sungguh pemaksa, tak ada romantis romantisnya sama sekali batin Aisyah.
Tubuh mereka semakin intens karena Deren sengaja tak ingin melepaskan pujaan hatinya. Aisya berusaha tidak memberontak, dia tetap menjaga keseimbangan dan kesadarannya agar terus bisa mengingatkan Deren bahwa ini salah.
"Jangan bilang kalau Aak jatuh cinta sama Aish?" pancing Aisyah. Mata mereka saling menatap, Deren semakin nekat dan nekat. Deren menempelkan keningnya dengan kening Aisyah dan berkata, "Iya Dek, Aak jatuh cinta sama kamu. Apakah kamu mau jadi milik Aak hemm!" jawab Deren.
Aisyah sungguh tak mengangka bahwa pria yang dia segani kini jatuh cinta padanya.
"Ak...!"
"Hemmm,"
"Boleh lepaskan Aisyah, kita duduk bicara baik baik ya," ucap Aisyah berusaha menjaga jarak yang dinilainya kelewat intim ini. Deren sedikit menyesal dengan permintaan Aisyah, tapi Aisyah benar sih pikirnya.
"Baiklah," Deren pun menurut, ahirnya mereka pun sama sama duduk ditepi pantai yang tenang itu.
"Kalau boleh tahu sejak kapan Aak ada rasa sama Aish?" tanya Aisyah.
"Ga tahu Dek, mungkin pas kita ketemu di rumah sakit itu!" jawab Deren berat.
"Ooo..."
"Kok O doang?"
"Enggak lucu aja ada seorang pria yang jatuh cinta sama Aish yang kerempeng ini," canda Aisyah agar suasana tak tegang dan segera mencair. Deren tersenyum, jujur saat ini tingkat malu yang Deren rasakan sangatlah tinggi.
"Aak ga mau tahu pokoknya mulai saat ini kamu adalah milikku tak ada satu pria pun yang boleh menyentuhmu. Apa kamu mengerti Dek!" ucap Deren arogan, dasar preman menyatakan cinta ya pakek maksa. Aelah Ak ak.
Aisyah diam terpaku, mulutnya terkunci. Aisyah ga tahu harus jawab apa. Aisyah juga belum berani mengambil keputusan apakah ini benar atau salah. Apakah dia harus bahagia atau sedih mengingat ada sesuatu yang Aisyah belum bisa terbuka dengan Deren.
Bersambung...
CA," Terima kasih buat dukungan kalian semua gengs, like dan komennya tetep emak nanti. Makasih juga buat yang kasih tips ya. Kamu terbaik😘."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Adelia Rahma
aelah ak..kaku amat ngucapin perasaan nya..
gak ada manis manisnya
2022-07-12
0
Fitri Puspita
ulu ulu aak deren
2021-10-04
1
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
tos uyuhan sakitu ge......
2021-08-28
1