Chapter Twenty

"Maria!"

"Maria!" Tangan besar mengguncang tubuhnya dan Maria mengenali suara itu. Suara milik Alfy, seseorang yang harus di jauhinya. "Aku harus menjauhinya! Karena dia adalah lukaku" ujar Maria dalam hatinya.

Maria mendongakkan kepalanya dan wajah Alfy bergitu dekat dengan wajahnya. Membuat detak jantungnya yang beraturan, menjadi terburu-buru.

"Kau tidak papa, Maria?" Wajah Alfy menatap Maria, entah dengan wajah ke khawatiran atau kasihan. Maria benci di pandang seperti itu, apa lagi oleh orang yang di cintainya.

Maria berdiri lalu menghentakan tangannya agar tangan Alfy terlepas dan tidak sia-sia, tangan Alfy terlepas. Mata Maria menatap Alfy dingin, kemudian berlalu mendahului Alfy. Lift sudah terbuka dengan lebar.

Maria baru menyadari bahwa saat ini dia bukan di lantai satu, melainkan masih di lantai 7. Dari pada naik lift, Maria lebih memilih lewat tangga darurat dengan sepatu hills di kakinya.

Belum dapat setengan perjalanan, kaki Maria sudah kram. Maria berhenti menuruni tangga dan duduk di salah satu tangga.

Ini melelahkan, sungguh-sungguh melelahkan. Dia ingin menghentikan ke lelahan ini. Sudah cukup pria itu membuat dirinya tersiksa. Pria itu menyiksanya dengan perlahan dan pasti.

Wajah Alfy saat di lift masih terbayang hingga sekarang. Pertama kalinya dia melihat bentukan wajah lain di wajahnya Alfy. Walaupun itu hal yang biasa bagi orang lain, tapi itu adalah hal yang luar biasa.

"Maria. Kau di sini!" Suara itu menyadarkan Maria dari lamunannya. Dan suara itu juga yang menyadarkan kalau dirinya sama sekali tidak terlihat di mata Alfy.

Tanpa terasa pipinya sudah basah, lagi. Hanya dengan memikirkan Alfy saja, membuat air matanya tidak berhenti mengalir. Dengan cepat Maria menghapus bekas air matanya, agar orang yang ada di belakangnya tidak tahu bahwa dia menangis.

Maria melihat ke arah, pemilik suara yang terdengar tidak asing di telinganya. Pria itu berlomba-lomba memasukan oksigen ke dalam paru-parunya.

"Ka...kau sedang apa di sini?" Tanya Maria gugup. Dia takut salah bicara dan membiarkan pria tampan ini mengetahui isi hatinya.

Pria itu masuk sibuk dengan nafasnya yang terengah-engah. Dalam hati Maria bertanya 'apa dia berlari? Buat apa dia berlari? CEO sepertinya biasa saja menaiki lift VIP'

"Karena kau ada di sini, jadi aku ada di sini." jawab pria tampan itu setelah nafasnya mulai teratur.

"Apa Alfy yang membuatmu menangis?" Pertanyaan itu membuat tubuh Maria sedikit menegang. Maria tidak tahu harus menjawab jujur atau berbohong, karena Alfy akan babak belur jika pria ini mengetahui yang sebenarnya.

"Apa maksudmu, Yogi? Aku tidak mengerti. Alfy itu suamiku ja__" perkataan Maria terpotong dengan kata perintah yang di keluarkan Yogi.

"Katakan yang sebenarnya Maria!" Suara Yogi sedikit meninggi, walaupun dengan begitu membuat Maria terkaget dengan suaranya Yogi.

"Kenapa kau ingin tahu? Ini hubunganku dengan Alfy, jadi aku tidak perlu memberitahunya padamu." Maria tidak terima dengan nada tinggi yang di peruntukan, untuknya.

Ada sesuatu yang menusuk tubuh Yogi, mendengar perlataan Maria. Yeah benar. Yogi membenarkan perkataannya Maria dalam hatinya.

"Kau sahabatku dan Alfy juga, sahabatku. Aku tidak ingin sababatku, melukai sahabatku. Dan harus kau tahu, Maria! Kau terlalu berharga untuk di lukai." perkataan Yogi membuat Maria tersadar, bahwa Yogi akan selalu berada di sampingnya saat suka maupun dukanya.

Yogi membantu Maria untuk berdiri dan Maria tidak menolak bantuannya. Setelah berdiri, Maria langsung memeluk tubuh Yogi. Saat ini Maria ingin sekali memeluk seseorang. Awalnya Yogi kaget dengan Mari yang tiba-tiba memeleknya, tapi dengan cepat Yogi paham bahwa Maria butuh pelukan. Dengan ragu Yogi membalas pelukan Maria.

Yogi memang hanya sabahat Maria, tapi Yogi selalu ada untuk Maria. Sedangkan Alfy yang suaminya, hanya bisa membuat Air mata terus membanjiri pipi Maria.

Yogi bisa menjadi payung saat hujan yang lebat bisa saja mebasahi Maria, tapi Yogi tidak ingin tubuh Maria terbasahi oleh air hujan. Dan sekarang Yogi juga, tidak ingin air mata yang menggantikan air hujan membasahi tubuh Maria.

"Dia tidak hanya membuatku menagis,Yogi. Tapi dia juga yang membarikan rasa pahit di saat aku, pertama kali merasakan jatuh cinta."

Air mata Maria membasahi jas hitam yang di kenakan Yogi. Suara isak tangis Maria pecah, memenuhi tangga darurat. Yogi tidak bisa bicara apa-apa, jadi dia mengusap pelan punggung Maria.

Mendengar perkataan Maria, Yogi sangat marah pada Alfy. 'Beraninya kau menyakiti seorang yang aku sayang, seperti ini Alfy' geram Yogi dalam hati.

Tidak lama kemudian Maria sudah menghentikan tangisaannya, setelah dia tenang Maria melepaskan pelukannya. Maria sangat berterima kasih sekali kepada Yogi, sudah menjadi sandaran di saat Maria sedang terpiruk, seperti ini.

"Makasih, ya Gi!" Maria menatap ke arah mata gray milik Yogi. "Sekarang, aku mau pulang." lanjut Maria. Dengan cepat Yogi menahan tangan Maria.

"Aku anterin ya!?" Tawar Yogi, tapi Maria menggeleng. Membuat Yogi sedih, akan penolakan Maria.

"Enggak Yogi, kamu balik aja ke kantor kamu."

"Baiklah. Take care Maria!" Maria mengangguk lalu berjalan menuruni tangga, menjauhi Yogi.

●°●

"Milla..." panggil Maria. Dengan cepat Milla mendekati nyonya.

"Bawakan es teh, ke kamarku ya?" Pintanya dan Milla menanggukan kepalanya.

"Ah... satu lagi! Teh sama esnya di pisah ya?" Lalu Maria menjauhi Milla.

Milla sedikit sedih melihat wajah kusut nyonyanya, apa lagi matanya membengkak yang menandakan nyonyanya habis menangis. Milla tahu Maria meminta es teh hanya alasan agar dia bisa menggunakan esnya, untuk mengompres matanya yang bengkak.

Milla menaiki tangga, membawa pasanan Maria.

Setelah berada di depan pintu kamar Maria, Milla bisa mendengar, bahwa di dalam sana Maria sedang menagis. Milla menunggu sebentar, menunggu Maria menenangkan dirinya.

Milla sangat yakin, semua ini ada hubungannya dengan Tuan besar. Karena Milla selalu melihat Maria menangis setelah berhadapan tuannya. Milla sangat mengenal bagaimana Tuan Alfy. Dia sangat hangat pada orang yang di sayangnya, tapi dia sangat dingin pada orang yang baginya tidak penting.

Milla berharap tuannya bisa cepat sadar, bahwa semua orang yang di sayanginya berawal dari orang asing yang tidak penting di hidupnya. Di tambah lagi Alfy belum menyadari, Maria adalah malaikat yang di kirimkan tuhan untuknya.

Setelah Milla berhenti mendengar isak tangis yang berlebihan, dia mengetuk pintu yang menghalanginya untuk masuk.

Tok...tok...tok...

"Masuk" suara serak khas orang menangis, mengizinkannya masuk. Milla mebuka pintu besar itu dan masuk ke dalam kamar dengan wangi yang selalu ada di kamar ini.

"Taruh saja di nakas!" Perintah Maria. Maria tidak menunjukan wajahnya yang di tutupi selimut besar. Milla mengerti, Maria pasti malu.

Setelah menaruh pesanan Maria di nakas, Milla beranjak meninggalkan Maria sendiri di kamar.

_______________

Jangan lupa kasih aku like ya, kawan. ^_^

Terpopuler

Comments

Michelle Avantica

Michelle Avantica

sesuai judulnya sih .. makanya kita ikut ngerasain sakit hati juga

2020-10-02

0

Hafsah Alwi Asyari

Hafsah Alwi Asyari

ceritanya 😭😭😭😭sedih thor sampe air mata ini tumpah

2020-07-28

0

Juliani Jambi

Juliani Jambi

dr judulnya aja sdh bs mnggambarkan sakitnya hdp tokoh utama.jd isinya sedih terus.😢pas diulang,ttp syedih

2020-07-22

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter One
2 Chapter Two
3 Chapter Three
4 Chapter Four
5 Chapter Five
6 Chapter Six
7 Chapter Seven
8 Chapter Eight
9 Chapter Nine
10 Chapter Ten
11 Chapter Eleven
12 Chapter Twelve
13 Chapter Thirteen
14 Chapter Fourteen
15 Chapter Fifteen
16 Chapter Sixteen
17 Chapter Seventeen
18 Chapter Eighteen
19 Chapter Nineteen
20 Chapter Twenty
21 Chapter Twenty One
22 Chapter Twenty Two
23 Chapter Twenty Three
24 Chapter Twenty Four
25 Chapter Twenty Five
26 Chapter Twenty Six
27 Chapter Twenty Seven
28 Chapter Twenty Eight
29 Chapter Twenty Nine
30 Chapter Thirty
31 Chapter Thirty One
32 Chapter Thirty Two
33 Chapter Thirty Three
34 Chapter Thirty Four
35 Chaprer Thirty Five
36 Chapter Thirty Six
37 Chapter Thirty Seven
38 Chapter Thirty Eight
39 Chapter Thirty Nine
40 Chapter Fourty
41 Chapter Fourty One
42 Chapter Fourty Two
43 Chapter Fourty Three
44 Chapter Fourty Four
45 Chapter Fourty Five
46 Chapter Fourty Six
47 Chapter Fourty Seven
48 Chapter Fourty Eight
49 Chapter Fourty Nine
50 Chapter Fifty
51 Chapter Fifty One
52 Chapter Fifty Two
53 Chapter Fifty Three
54 Chapter Fifty Four
55 Chapter Fifty Five
56 Chapter Fifty Six
57 Chapter Fifty Seven
58 Chapter Fifty Eight
59 Chapter Fifty Nine
60 Chapter Sixty
61 Chapter Sixty One
62 Chapter Sixty Two
63 Chapter Sixty Three
64 Chapter Sixty Four
65 Chapter Sixty Five
66 Chapter Sixty Six
67 Chapter Sixty Seven
68 Chapter Sixty Eight
69 Chapter 68.5
70 Chapter Sixty Nine
71 Chapter Seventy
72 Chapter Seventy One
73 Chapter Seventy Two
74 Dear Pembacaku
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Chapter One
2
Chapter Two
3
Chapter Three
4
Chapter Four
5
Chapter Five
6
Chapter Six
7
Chapter Seven
8
Chapter Eight
9
Chapter Nine
10
Chapter Ten
11
Chapter Eleven
12
Chapter Twelve
13
Chapter Thirteen
14
Chapter Fourteen
15
Chapter Fifteen
16
Chapter Sixteen
17
Chapter Seventeen
18
Chapter Eighteen
19
Chapter Nineteen
20
Chapter Twenty
21
Chapter Twenty One
22
Chapter Twenty Two
23
Chapter Twenty Three
24
Chapter Twenty Four
25
Chapter Twenty Five
26
Chapter Twenty Six
27
Chapter Twenty Seven
28
Chapter Twenty Eight
29
Chapter Twenty Nine
30
Chapter Thirty
31
Chapter Thirty One
32
Chapter Thirty Two
33
Chapter Thirty Three
34
Chapter Thirty Four
35
Chaprer Thirty Five
36
Chapter Thirty Six
37
Chapter Thirty Seven
38
Chapter Thirty Eight
39
Chapter Thirty Nine
40
Chapter Fourty
41
Chapter Fourty One
42
Chapter Fourty Two
43
Chapter Fourty Three
44
Chapter Fourty Four
45
Chapter Fourty Five
46
Chapter Fourty Six
47
Chapter Fourty Seven
48
Chapter Fourty Eight
49
Chapter Fourty Nine
50
Chapter Fifty
51
Chapter Fifty One
52
Chapter Fifty Two
53
Chapter Fifty Three
54
Chapter Fifty Four
55
Chapter Fifty Five
56
Chapter Fifty Six
57
Chapter Fifty Seven
58
Chapter Fifty Eight
59
Chapter Fifty Nine
60
Chapter Sixty
61
Chapter Sixty One
62
Chapter Sixty Two
63
Chapter Sixty Three
64
Chapter Sixty Four
65
Chapter Sixty Five
66
Chapter Sixty Six
67
Chapter Sixty Seven
68
Chapter Sixty Eight
69
Chapter 68.5
70
Chapter Sixty Nine
71
Chapter Seventy
72
Chapter Seventy One
73
Chapter Seventy Two
74
Dear Pembacaku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!