"Rian ... masuk ke ruanganku." perintah Alfy.
Tak lama kemuduan Rian masuk ke dalam ruanganku. Ada pertanyaan yang terus memutar di kepalanya dan ia yakin Rian mengetahui jawabannya.
Pertanyaan yang membuat Alfy tidak konsentrasi dalam mengerjakan pekerjaan. Padahal pekerjaan Alfy sangat numpuk, jadi kapan ia akan membereskan pekerjaanku, kalau tidak bisa berkonsentrasi.
Alfy sudah mencoba untuk menghilangkan pertanyaan itu, tapi semakin banyak ia mencoba melupakan, semakin banyak pula pertanyaan itu memutar di kepalanya.
"Ada apa kau memanggilku? Apa kau tidak tahu, tugasku sangat banyak?" Ujarnya.
Huu... Rian berbicara seolah ia adalah bosnya. Untung saja Alfy melihatnya sebagai sahabat baik dan memiliki berbakat, kalau tidak ia sudah menendang Rian dari kantor.
"Ya...yah maaf menggangu kerjamu." Alfy meminta maaf walaupun dengan wajah kesalnya.
"Aku melihat tas wanita di meja kerjamu, apa kau sekarang punya kekasih?" Alfy tidak bilang milik Maria, ia takut Rian berfikir Alfy tahu tentang hal kecil dari Maria.
Semua orang tahu Alfy tidak pernah perduli semua hal yang bersangkutan dengan Maria.
"A..apa? tidak. Aku tidak memiliki kekasih." jawab Rian dengan wajah yang berubah pucat pasi. Kenapa Rian memberi reflek yang seperti itu? Apa Maria benar datang ke sini?
Rian selalu membela Maria. Terbukti sekarang, Rian pasti sedanh menyembunyikan sesuatu yang tidak Alfy ketahui. Mencurigakan.
"Benarkah? Lalu tas di mejamu punya siapa? Kayanya aku pernah lihat tas itu" Alfy pura-pura berfikir, mengatuk pelipisnyam Rian menaikan bahunya, tidak perduli.
"Aku rasa tas itu punya Maria. Apa dia datang ke sini?"
Rian tidak akan mudah untuk menjawab jujur apa lagi mengenai Maria. "Tidak. Dia tidak ada disini" jawab Rian dengan sangat yakin, tapi dari gerak-geriknya sungguh mencurigakkan. 'Akh... semua yang berhubungan dengan Maria membuatku pusing!'
"Lalu bagaimana tasnya bisa ada di sini?" Kenapa Alfy masih mempertanyakan Maria. Sudah jelas-jelas tidak ada di sini, seharusnya Alfy bahagia dan merasa tidak terbebani. Karena kalau seandainya Maria benar ada disini, semua akan kacau.
"Mana aku tau. Memang aku suaminya?" Jawabannya seolah memojokkan Alfy.
Alfy memang bukan suami yang baik, tapi Alfy juga tidak mau menjadi suaminya Maria. Ini semua hanya karena perjodohan konyol itu.
"Pergilah!" Alfy mengusir Rian dari ruangannya karena hanya kekesalan saja yang naik, kalau Rian masih berada di ruangan. Tapi dari setiap jawaban yang di berikan Rian, tidak ada satupun yang meyakinkan.
"Oh, tunggu!" Rian menghentikan langkahnya untuk keluar dari ruang kerja Alfy.
"Apa kau sudah membayar semua lintah darat, agar tidak menyebarkan beritaku di cafe?"
"..." Rian hanya mengangguk lalu pergi. Bawahan tidak tahu diri.
Alfy masih tidak bisa percaya bagaimana bisa tas Maria ada di kantornya.
'Sebenarnya apa yang aku lakukan? Kenapa aku memikirkan Maria. Apa aku tidak punya Kerjaan? Tapi kemana Maria, tadi pagi?'
Ddrrrtt.... ddrrrt....
Suara getaran handphone membuat Alfy tersadar dari pertanyan-pernyaan tidak berguna dan menggangu. Alfy lihat siapa penelfon yang menariknya keluar dari pertanyaan tentang Maria.
Yunna
Ada apa dengan Yunna? Akhir-akhir ini dia lebih sering mengontak Alfy atau menemuinya seperti kemarin, tapi Alfy suka dengan perubahan itu.
Alfy menjadi semakin semangat meladeni apa yang di minta Yunna, seperti orang yang sedang hamil, banyak maunya dan harus di turuti kemauannya.
"Ada apa, sayang?" Sapaku lebih dulu. Sebagai pria aku harus menyapa lebih dulu, karena itu kebiasaan Alfy sejak kecil. Hal kecil untuk menghormati seorang perempuan.
"Kamu di kantor Al?" Suara lembut itu, selalu membuat Alfy ingin mendengarnya, lagi dan lagi. Apa lagi suara itu keluar dari bibir sexy seorang Yunna, orang yang ia cintai.
"Yes. Aku ada di kantor." Yunna masih saja bertanya di mana Alfy jam segini? Yang benar saja, semua orang tahu bahwa di jam seperti ini semua pemimpin perusahaan berada di kantor. 'Yunna ini, sangat menggemaskan.'
"Aku ingin menemuimu, apa boleh?" Yunna ingin bertemu dengan Alfy? Tidak usah di tanyakan lagi, tentu saja dengan senang hati Alfy menemui Yunna. Pria mana yang menolak untuk bertemu dengan orang yang di cintainya? Jika ada, dia adalah pria yang bodoh tingkat dewa.
"Tentu saja, sayang. Bahkan aku sangat senang kalau kamu ada di sini"
"Oke tunggu aku! My Honey" Yunna mematikan panggilannya dengan suara girang, Alfy senang kalau Yunna senang karena tujuannya saat ini hingga akhir adalah membuat Yunna bahagia dan senang.
Dunia ini memang tidak adil bukan? Alfy mencintai Yunna, dan menyayangi Yunna. Tapi dunia tidak pernah mempersatukan mereka. Dunia tidak pernah menjadikan Yunna sebagai milik Alfy, seutuhnya.
Dunia malah menjerat Alfy di dalam pernikahan bersama orang yang sangat asing baginya, orang yang sama sekali tidak ia kenali. Maria. Perempuan asing yang beeuntung bisa menikah dengannya dan yang membuatnya sangat kesal, wanita itu mencintai Alfy tanpa seizinnya.
Tolong di ingat! Alfy selalu benci dengan orang asing yang mencintainya, buatnya itu hal sangat menjijikan. Apa lagi dia seorang perempuan harusnya di cintai, bukan mencintai.
Lagi pula, bagaimana bisa Alfy mencintai orang lain, di saat masih ada wanita yang ia cintai yang juga mencintanya.
●°●
Yunna sudah sampai dari 4 jam yang lalu dan selama 4 jam juga Yunna menunggu Alfy selesai bekerja, wanita itu menunggu Alfy sambil membaca majalah yang selalu tersedia di meja sofa ruang kerja Alfy.
Alfy tidak bisa tahan melihat bibir Yunna yang setiap ia melihat bibir Yunna setiap itu pula aku ingin menciumnya.
Tidak tahan lagi! Alfy bangkit dari duduknya berjalan mendekati Yunna yang masih sibuk dengan majalah dibacanya hingga tidak menyadari jika Alfy sedang berjalan ke arahnya.
Cup!
Secepat kilat Alfy mengecup bibir merah Yunna dan wanita yang diciumnya tersentak kaget karena ia tiba-tiba menciumnya. Tapi Yunna langsung bisa menetralkan kejutannya dan senyuman muncul di bibirnya.
Beberapa kecupan Alfy berikan, lama ke lamaan kecupan-kecupannya menjadi lumatan-lumatan lembut. Alfy sangat ingat Yunna tidak suka dengan ciuman yang kasar.
Bibir lembut yang menempel di bibir Alfy selalu terasa manis dengan dominasi wangi strauberi, hingga ia tidak pernah rela melepas bibir Yunna, terlalu nyampan untuk di lepaskan.
Alfy menarik tengkuk Yunna, mempermudah menyentuh bibir wanitanya dan memeperdalam ciumannya. Alfy tahu badan Yunna tidak tahan akan sentuhannya karena itu Alfy mengunakan tangan kirinya yang tidak terpakai untuk menahan tubuhnya.
Lidah Alfy masuk ke dalam mulut Yunna, menyapa lidah Yunna, dan mengapsen semua gigi putih Yunna.
Tangan kecil Yunna menyentuh dada Alfy dan meremas jas yang Alfy kenakan. Terkadang tangan Yunna menggesekan ke atas ke atas, begitu selajutnya. Membuat Alfy mengerang dengan sentuhan lembut Yunna.
Kalau saja Alft tidak ingat saat ini sedang di kantor, mungkin Yunna sudah berbaring di kasur dengan pakaian yang sudah tergeletak dimana-mana.
Tuhan memberikan Alfy malaikat kecil yang mencintainya dan di cintainya, jadi ia akan menjaga malaikat kecilnya.
Tuhan mempertemukan Alfy dengan Yunna sejak masa sekolah dan ia yakin Yunna adalah jodohnya. Kalau Yunna bukan jodohn Alfy, kenapa tuhan mempertemukannya dengan Yunna, membuat Alfy jatuh cinta kepada Yunna, dan membuatnya selalu bergantung pada wanita yang satu ini.
Oh! Alfy tahu, Tuhan hanya sedang menguji cintanya pada Yunna dengan keberadaan Maria, tuhan ingin tahu seberapa besar cinta dan sayangku kepada Yunna.
"ALFY" suara itu membuat Alfy melepaskan ciumannya dan melihat ke arah suara itu berasal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Michelle Avantica
waduuuuh siapa tuh..
2020-10-02
0
amot amot
alfi... yuna😈😈😈
2019-08-05
1
fe La'grimas
lnjut up dong thor penasaran🔥
ntar maria benaran pergi baru nyesel loe🤔🤔
2019-07-11
3