Maria menatap makanan yang ada di meja. Sejak 2 jam sepeninggalan Alfy, dia tidak beranjak dari tempat duduknya.
Yah, Alfy menolak untuk makan malam bersama. Padahal Maria sudah berusaha agar makanan yang dibuatnya menjadi enak, agar Alfy mau makan malam bersama. Tapi usahanya berakhir sia-sia.
Sedangkan Milla dan bu Mia, melihat Maria dengan pandangan iba. Iba karena Maria sudah membuat makanan itu hingga tangannya terluka, terkena minyak panas untuk tuannya, tapi tuannya tidak menyentuh sedikitpin, makanan yang buat nyonyanya.
Apa lagi Nyonyanya belum makan malam, karena menunggu tuannya agar bisa makan bersama.
Flashback
Maria mengimbangi langkah besarnya Alfy. Setelah dekat dengan Alfy, dia menarik tangan suaminya.
Alfy yang di tarik tangannya, berbalik melihat ke arah Maria. Alfy menggu kata-kata yang keluar dari mulut Maria.
"Alfy aku sudah menyiapkan makan malam, untukmu. Kamu ingin makan malam bersama kan?" Tanya Maria, setelah mengatur nafasnya yang terengah-engah.
Alfy membuang pandangannya ke arah lain. Dia baru saja makan bersama Yunna dan perutnya masih kenyang. Ntah kenapa, akhir-akhir ini dia tidak suka makan di rumah. Karena kejadian di cafe kemaren, mambuatnya malas bertemu Maria, apa lagi makan bersama.
Jangankan makan bersama, melihat wajah Maria saja udah membuatnya nafsunya hilang. Apa lagi makan bersama.
"Gue gak mau makan. Lo makan aja sendiri." Alfy langsung berjalan meninggalkan Maria yang berdiri tidak bergerak. Maria menatap punggung itu menjauh dari temapatnya berdiri.
Maria merasa bersalah atas apa yang di lakukannya kepada Yunna, mungkin karena itu Alfy jadi malas untuk makan bersamanya.
Flashback end
"Milla" panggil Maria, dia menagelisirkan persaan kecewanya kepada Alfy. Tidak ada gunanya Maria kecewa kepada Alfy, karena dia akan terus merusah untuk mendapatkan hatinya Alfy.
Milla berjan mendekat ke arah nyonya-Nya. Wajah nyonya-Nya sudah berubah dengan senyumah di wajah cantiknya. Milla kagum dengan nyonya-Nya, secapat itu dia bisa merubah raut wajah ke kecewaannya.
"Kamu kasih makanan ini buat yang lain ya? Kalo yang lain udah pada makan, buang saja makanan ini" Maria bangkit dari duduknya lalu pergi ke dalam kamarnya.
Ntah kenapa, akhir-akhir ini Maria susah sekali menahan air matanya agar tidak terjatuh. Apa lagi saat sendiri, seperti di kar saat ini. Dia akan berhenti menangis, saat di benar-benar tertidur.
Tapi setidaknya ia masih bisa sedikit bernafas karena tidak ada pencari berita itu tidak mengepungi rumahnya Alfy lagi dan itu bertanda tidak tidak ada orang yang menyebarkan beritanya di cafe.
●°●
Suara dering telfon berbunyi, membuat fokus Alfy dengan rambutnya yang basah teralihkan untuk melihat penelfon. Senyum Alfy berkembang melihat nama yang muncul di handphonenya.
'Hallo' sapa seseorang di balik sanah, Alfy senang sekali bisa mendengar suaranya lagi.
"Hallo ... ada apa mah?" Tanya Alfy kepada, malaikat yang melahirkannya. Mamahnya Alfy sesikit bingung dengan nada bicara Alfy yang terdengar sedang senang.
'Gimana ke adaannya Maria, Alfy? Mamah tadi telfon dia tapi tidak di angkat' mood senangnya habis seketika mendengar mamahnya menyebut nama perempuan itu.
Dia menghela nafas "dia baik-baik saja kok, mah. Mungkin dia sudah tidur" jawabnya.
'Mungkin? Memang saat ini kamu tidak bersama Maria?' Alfy lupa, mamahnya tidak tahu bahwa dia dan Maria tidak tidur satu kamar.
Bagaimana kalau mamahny curiga? Bisa gawat riwayatnya.
"Alfy ... lagi di ruang kerja mah" Alfy mencoba mengontrol nada suara bicaranya, jangan sampai mamahnya curiga.
'Oh ... ya udah. Kirim salam buat Maria ya, Al? Kamu jangan ke banyakan kerja.'
"Iyah mah" mamahnya menutup telfonya, Alfy membuang nafas lega karena amamahnya tidak curiga kepadanya.
Dia mendekat ke arah kasur dan tidur tanpa mematikan lampu kamarnya. Ini sudah menjadi kebiasaan Alfy sejak kecil. Lama kelamaan matanya lelah lalu gelap, alias tertidur.
Perngahaan malam Maria terbangun dari tidurnya, karena tenggorokannya yang kering. Dia berjalan ke arah dapur, lalu minum.
Di jalan kembali ke kamarnya, dia berhenti di depan pintu kamar Alfy. Dia ingin sekali masuk ke dalam kamar Alfy.
Dia bertarung dengan batinnya. 'Masuk ... tidak. Masuk ... tidak. Masuk ... tidak' akhirnya dia memilih masuk ke kamar Alfy. Begitu pintunya terbuka, seperti biasa, aroma tubuh Alfy berlomba-lomba masuk ke dalam rongga hidung Maria.
Aroma tubuhnya Alfy sangat berbada dengan aroma tubuh papih, walaupun begitu Maria lebih menyukai aroma tubuh Alfy. Karena hanya mamih yang boleh suka dengan aroma tubuh papih.
Maria melihat Alfy yang diam tentram dengan tidurnya. Seperti biasa, lampu di kamar Alfy selalu menyala. Kata bu Mia, Alfy tidak suka mematikan lampunya saat tidur.
Tapi tidur tanpa mematikan lampu itu bisa merusak mata, karena mata juga butuh istirahat bukan tubuh saja.
Secepat mungkin, Alfy pasti akan tahu keberadaan Maria di kamarnya. Jadi setelah melihat sebentar lalu mematikan lampu kamar Alfy, Maria keluar dari kamar Alfy.
●°●
Cahaya matahari membuat Alfy terbangun dari tidurnya. Dahinya berkerut melihat lampu di kamarnya yang mati. 'Apa lampunya mati? Kayanya sudah harus di ganti' Tanyanya dalam hati. Lalu di tidak memperdulikan lampu lagi, dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket.
Seperti biasa Alfy menggunakan pakaian formalnya yang senada. Celana hitam dengan gesper hitam, kemeja biru dengan jas hitam yang di percantik dengan dasi hitam, dan sepatu dengan kaos kaki hitam.
Alfy berjalan dengan tas kerja di tangan kanan kanannya. Dia berjalan melewati ruang makan, tapi tidak dia melihat wanita yang bisanya sudah berada di meja yang duduk di kursi sambil menyantap sarapan paginya.
Ada sedikit rasa aneh di dalam dirinya, tapi dia tidak meladeni rasanya. Lalu dia berjalan mendekati mobil yang sudah siap pergi di depan rumahnya.
Di dalam mobil Alfy kepikiran dengan ke tidak beradaanya Maria di ruang makan. Sepertinya dia masih tertidur, atau mungkin dia sedang melakukan sesuatu.
Saking serius berdebat dengan fikirannya sendiri, dia tidak menyadari sudah sampai di kantor. Untung pak Retno menyadarkannya, kalau tidak mungkin dia akan menghabiskan hari di mobil dengan memikirkan Maria.
Di meja Rian terdapat tas merah muda, tapi dia tidak ada di tempatnya. Ke mana dia? Dan punya siapa tas itu? Sepertinya tas itu tidak asing.
Alfy mendekati tas berwarna pink itu dan melihat isi tas itu. Pertama dompet, di buka dompet itu dan melihat KTP si empunya tas. Maria Nuan Ollyfi. Dompet ini punya Maria?
Handphone, dia mengambil handphone itu lalu menyalakannya. Tapi handphonenya terkunci sidik jari, dia mengambil handphone miliknya mengcalling nomor milik Maria dan benar ini handphone Maria. Terbukti dengan handphonenya menyala.
Alfy melihat benda bulat yang di jadikan gantungan tasnya, lalu membukanya berisi 3 jenis obat uang berbeda. Apa dia selalu membawa obat seperti ini atau hanya hiasan? Akhirnya Alfy mengambil gantungan obat itu.
Tasnya ada di sini, apa Maria ada di sini? Jadi dia tidak di rumah, karena ada ke sini?
Alfy melangkah memasuki ruangan bersanya. Tapi kosong tidak ada siapapun di ruangannya, dia berjalan mendekati kamar mandi yang ada di riangannya. Tapi hasilnya nihil juga.
"Apa yang aku fikirkan? Kenapa aku harus mencarinya? Kalau dia punya urusan dia pasti bakal menunjukkan wajahnya' ujarnya dalam hati.
Tanpa di sadari ada perasaan yang baru tumbuh di dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Michelle Avantica
makanya loe fy jangan pake kacamata kuda mulu dong jadi gak bisa liat ketulusan bini loe..
2020-10-02
0
Ndah Zh
C gk j untuk km gcgtg
2019-07-11
1
Fany Aulia Putri
suka bangett sama novel nyaa ...
2019-07-11
3