Chapter Sixteen

Maria menatap makanan yang ada di meja. Sejak 2 jam sepeninggalan Alfy, dia tidak beranjak dari tempat duduknya.

Yah, Alfy menolak untuk makan malam bersama. Padahal Maria sudah berusaha agar makanan yang dibuatnya menjadi enak, agar Alfy mau makan malam bersama. Tapi usahanya berakhir sia-sia.

Sedangkan Milla dan bu Mia, melihat Maria dengan pandangan iba. Iba karena Maria sudah membuat makanan itu hingga tangannya terluka, terkena minyak panas untuk tuannya, tapi tuannya tidak menyentuh sedikitpin, makanan yang buat nyonyanya.

Apa lagi Nyonyanya belum makan malam, karena menunggu tuannya agar bisa makan bersama.

Flashback

Maria mengimbangi langkah besarnya Alfy. Setelah dekat dengan Alfy, dia menarik tangan suaminya.

Alfy yang di tarik tangannya, berbalik melihat ke arah Maria. Alfy menggu kata-kata yang keluar dari mulut Maria.

"Alfy aku sudah menyiapkan makan malam, untukmu. Kamu ingin makan malam bersama kan?" Tanya Maria, setelah mengatur nafasnya yang terengah-engah.

Alfy membuang pandangannya ke arah lain. Dia baru saja makan bersama Yunna dan perutnya masih kenyang. Ntah kenapa, akhir-akhir ini dia tidak suka makan di rumah. Karena kejadian di cafe kemaren, mambuatnya malas bertemu Maria, apa lagi makan bersama.

Jangankan makan bersama, melihat wajah Maria saja udah membuatnya nafsunya hilang. Apa lagi makan bersama.

"Gue gak mau makan. Lo makan aja sendiri." Alfy langsung berjalan meninggalkan Maria yang berdiri tidak bergerak. Maria menatap punggung itu menjauh dari temapatnya berdiri.

Maria merasa bersalah atas apa yang di lakukannya kepada Yunna, mungkin karena itu Alfy jadi malas untuk makan bersamanya.

Flashback end

"Milla" panggil Maria, dia menagelisirkan persaan kecewanya kepada Alfy. Tidak ada gunanya Maria kecewa kepada Alfy, karena dia akan terus merusah untuk mendapatkan hatinya Alfy.

Milla berjan mendekat ke arah nyonya-Nya. Wajah nyonya-Nya sudah berubah dengan senyumah di wajah cantiknya. Milla kagum dengan nyonya-Nya, secapat itu dia bisa merubah raut wajah ke kecewaannya.

"Kamu kasih makanan ini buat yang lain ya? Kalo yang lain udah pada makan, buang saja makanan ini" Maria bangkit dari duduknya lalu pergi ke dalam kamarnya.

Ntah kenapa, akhir-akhir ini Maria susah sekali menahan air matanya agar tidak terjatuh. Apa lagi saat sendiri, seperti di kar saat ini. Dia akan berhenti menangis, saat di benar-benar tertidur.

Tapi setidaknya ia masih bisa sedikit bernafas karena tidak ada pencari berita itu tidak mengepungi rumahnya Alfy lagi dan itu bertanda tidak tidak ada orang yang menyebarkan beritanya di cafe.

●°●

Suara dering telfon berbunyi, membuat fokus Alfy dengan rambutnya yang basah teralihkan untuk melihat penelfon. Senyum Alfy berkembang melihat nama yang muncul di handphonenya.

'Hallo' sapa seseorang di balik sanah, Alfy senang sekali bisa mendengar suaranya lagi.

"Hallo ... ada apa mah?" Tanya Alfy kepada, malaikat yang melahirkannya. Mamahnya Alfy sesikit bingung dengan nada bicara Alfy yang terdengar sedang senang.

'Gimana ke adaannya Maria, Alfy? Mamah tadi telfon dia tapi tidak di angkat' mood senangnya habis seketika mendengar mamahnya menyebut nama perempuan itu.

Dia menghela nafas "dia baik-baik saja kok, mah. Mungkin dia sudah tidur" jawabnya.

'Mungkin? Memang saat ini kamu tidak bersama Maria?' Alfy lupa, mamahnya tidak tahu bahwa dia dan Maria tidak tidur satu kamar.

Bagaimana kalau mamahny curiga? Bisa gawat riwayatnya.

"Alfy ... lagi di ruang kerja mah" Alfy mencoba mengontrol nada suara bicaranya, jangan sampai mamahnya curiga.

'Oh ... ya udah. Kirim salam buat Maria ya, Al? Kamu jangan ke banyakan kerja.'

"Iyah mah" mamahnya menutup telfonya, Alfy membuang nafas lega karena amamahnya tidak curiga kepadanya.

Dia mendekat ke arah kasur dan tidur tanpa mematikan lampu kamarnya. Ini sudah menjadi kebiasaan Alfy sejak kecil. Lama kelamaan matanya lelah lalu gelap, alias tertidur.

Perngahaan malam Maria terbangun dari tidurnya, karena tenggorokannya yang kering. Dia berjalan ke arah dapur, lalu minum.

Di jalan kembali ke kamarnya, dia berhenti di depan pintu kamar Alfy. Dia ingin sekali masuk ke dalam kamar Alfy.

Dia bertarung dengan batinnya. 'Masuk ... tidak. Masuk ... tidak. Masuk ... tidak' akhirnya dia memilih masuk ke kamar Alfy. Begitu pintunya terbuka, seperti biasa, aroma tubuh Alfy berlomba-lomba masuk ke dalam rongga hidung Maria.

Aroma tubuhnya Alfy sangat berbada dengan aroma tubuh papih, walaupun begitu Maria lebih menyukai aroma tubuh Alfy. Karena hanya mamih yang boleh suka dengan aroma tubuh papih.

Maria melihat Alfy yang diam tentram dengan tidurnya. Seperti biasa, lampu di kamar Alfy selalu menyala. Kata bu Mia, Alfy tidak suka mematikan lampunya saat tidur.

Tapi tidur tanpa mematikan lampu itu bisa merusak mata, karena mata juga butuh istirahat bukan tubuh saja.

Secepat mungkin, Alfy pasti akan tahu keberadaan Maria di kamarnya. Jadi setelah melihat sebentar lalu mematikan lampu kamar Alfy, Maria keluar dari kamar Alfy.

●°●

Cahaya matahari membuat Alfy terbangun dari tidurnya. Dahinya berkerut melihat lampu di kamarnya yang mati. 'Apa lampunya mati? Kayanya sudah harus di ganti' Tanyanya dalam hati. Lalu di tidak memperdulikan lampu lagi, dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket.

Seperti biasa Alfy menggunakan pakaian formalnya yang senada. Celana hitam dengan gesper hitam, kemeja biru dengan jas hitam yang di percantik dengan dasi hitam, dan sepatu dengan kaos kaki hitam.

Alfy berjalan dengan tas kerja di tangan kanan kanannya. Dia berjalan melewati ruang makan, tapi tidak dia melihat wanita yang bisanya sudah berada di meja yang duduk di kursi sambil menyantap sarapan paginya.

Ada sedikit rasa aneh di dalam dirinya, tapi dia tidak meladeni rasanya. Lalu dia berjalan mendekati mobil yang sudah siap pergi di depan rumahnya.

Di dalam mobil Alfy kepikiran dengan ke tidak beradaanya Maria di ruang makan. Sepertinya dia masih tertidur, atau mungkin dia sedang melakukan sesuatu.

Saking serius berdebat dengan fikirannya sendiri, dia tidak menyadari sudah sampai di kantor. Untung pak Retno menyadarkannya, kalau tidak mungkin dia akan menghabiskan hari di mobil dengan memikirkan Maria.

Di meja Rian terdapat tas merah muda, tapi dia tidak ada di tempatnya. Ke mana dia? Dan punya siapa tas itu? Sepertinya tas itu tidak asing.

Alfy mendekati tas berwarna pink itu dan melihat isi tas itu. Pertama dompet, di buka dompet itu dan melihat KTP si empunya tas. Maria Nuan Ollyfi. Dompet ini punya Maria?

Handphone, dia mengambil handphone itu lalu menyalakannya. Tapi handphonenya terkunci sidik jari, dia mengambil handphone miliknya mengcalling nomor milik Maria dan benar ini handphone Maria. Terbukti dengan handphonenya menyala.

Alfy melihat benda bulat yang di jadikan gantungan tasnya, lalu membukanya berisi 3 jenis obat uang berbeda. Apa dia selalu membawa obat seperti ini atau hanya hiasan? Akhirnya Alfy mengambil gantungan obat itu.

Tasnya ada di sini, apa Maria ada di sini? Jadi dia tidak di rumah, karena ada ke sini?

Alfy melangkah memasuki ruangan bersanya. Tapi kosong tidak ada siapapun di ruangannya, dia berjalan mendekati kamar mandi yang ada di riangannya. Tapi hasilnya nihil juga.

"Apa yang aku fikirkan? Kenapa aku harus mencarinya? Kalau dia punya urusan dia pasti bakal menunjukkan wajahnya' ujarnya dalam hati.

Tanpa di sadari ada perasaan yang baru tumbuh di dalam hatinya.

Terpopuler

Comments

Michelle Avantica

Michelle Avantica

makanya loe fy jangan pake kacamata kuda mulu dong jadi gak bisa liat ketulusan bini loe..

2020-10-02

0

Ndah Zh

Ndah Zh

C gk j untuk km gcgtg

2019-07-11

1

Fany Aulia Putri

Fany Aulia Putri

suka bangett sama novel nyaa ...

2019-07-11

3

lihat semua
Episodes
1 Chapter One
2 Chapter Two
3 Chapter Three
4 Chapter Four
5 Chapter Five
6 Chapter Six
7 Chapter Seven
8 Chapter Eight
9 Chapter Nine
10 Chapter Ten
11 Chapter Eleven
12 Chapter Twelve
13 Chapter Thirteen
14 Chapter Fourteen
15 Chapter Fifteen
16 Chapter Sixteen
17 Chapter Seventeen
18 Chapter Eighteen
19 Chapter Nineteen
20 Chapter Twenty
21 Chapter Twenty One
22 Chapter Twenty Two
23 Chapter Twenty Three
24 Chapter Twenty Four
25 Chapter Twenty Five
26 Chapter Twenty Six
27 Chapter Twenty Seven
28 Chapter Twenty Eight
29 Chapter Twenty Nine
30 Chapter Thirty
31 Chapter Thirty One
32 Chapter Thirty Two
33 Chapter Thirty Three
34 Chapter Thirty Four
35 Chaprer Thirty Five
36 Chapter Thirty Six
37 Chapter Thirty Seven
38 Chapter Thirty Eight
39 Chapter Thirty Nine
40 Chapter Fourty
41 Chapter Fourty One
42 Chapter Fourty Two
43 Chapter Fourty Three
44 Chapter Fourty Four
45 Chapter Fourty Five
46 Chapter Fourty Six
47 Chapter Fourty Seven
48 Chapter Fourty Eight
49 Chapter Fourty Nine
50 Chapter Fifty
51 Chapter Fifty One
52 Chapter Fifty Two
53 Chapter Fifty Three
54 Chapter Fifty Four
55 Chapter Fifty Five
56 Chapter Fifty Six
57 Chapter Fifty Seven
58 Chapter Fifty Eight
59 Chapter Fifty Nine
60 Chapter Sixty
61 Chapter Sixty One
62 Chapter Sixty Two
63 Chapter Sixty Three
64 Chapter Sixty Four
65 Chapter Sixty Five
66 Chapter Sixty Six
67 Chapter Sixty Seven
68 Chapter Sixty Eight
69 Chapter 68.5
70 Chapter Sixty Nine
71 Chapter Seventy
72 Chapter Seventy One
73 Chapter Seventy Two
74 Dear Pembacaku
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Chapter One
2
Chapter Two
3
Chapter Three
4
Chapter Four
5
Chapter Five
6
Chapter Six
7
Chapter Seven
8
Chapter Eight
9
Chapter Nine
10
Chapter Ten
11
Chapter Eleven
12
Chapter Twelve
13
Chapter Thirteen
14
Chapter Fourteen
15
Chapter Fifteen
16
Chapter Sixteen
17
Chapter Seventeen
18
Chapter Eighteen
19
Chapter Nineteen
20
Chapter Twenty
21
Chapter Twenty One
22
Chapter Twenty Two
23
Chapter Twenty Three
24
Chapter Twenty Four
25
Chapter Twenty Five
26
Chapter Twenty Six
27
Chapter Twenty Seven
28
Chapter Twenty Eight
29
Chapter Twenty Nine
30
Chapter Thirty
31
Chapter Thirty One
32
Chapter Thirty Two
33
Chapter Thirty Three
34
Chapter Thirty Four
35
Chaprer Thirty Five
36
Chapter Thirty Six
37
Chapter Thirty Seven
38
Chapter Thirty Eight
39
Chapter Thirty Nine
40
Chapter Fourty
41
Chapter Fourty One
42
Chapter Fourty Two
43
Chapter Fourty Three
44
Chapter Fourty Four
45
Chapter Fourty Five
46
Chapter Fourty Six
47
Chapter Fourty Seven
48
Chapter Fourty Eight
49
Chapter Fourty Nine
50
Chapter Fifty
51
Chapter Fifty One
52
Chapter Fifty Two
53
Chapter Fifty Three
54
Chapter Fifty Four
55
Chapter Fifty Five
56
Chapter Fifty Six
57
Chapter Fifty Seven
58
Chapter Fifty Eight
59
Chapter Fifty Nine
60
Chapter Sixty
61
Chapter Sixty One
62
Chapter Sixty Two
63
Chapter Sixty Three
64
Chapter Sixty Four
65
Chapter Sixty Five
66
Chapter Sixty Six
67
Chapter Sixty Seven
68
Chapter Sixty Eight
69
Chapter 68.5
70
Chapter Sixty Nine
71
Chapter Seventy
72
Chapter Seventy One
73
Chapter Seventy Two
74
Dear Pembacaku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!