Chapter Three

Maria sudah berada di kantor Alfy dan baru tersadar bahwa perusahaan suaminya sangatlah besar. Gedung perusahaannya lebih tinggi dari gedung perusahaan lainnya. Belum lagi cabang-cabang yang ada luar kota dan luar negeri.

Maria pergi dengan berpakaian yang nyaman untuk tubuhnya dan juga terlihat lebih santai.

Sebenarnya pakaian Maria tidak pantas digunakan pergi kantor, tapi Maria pergi kentor hanya untuk mengantarkan makan siang untuk suaminya bukan untuk bekerja.

Pertama masuk kedalam perusahaan Alfy, disambut oleh interior-interior minimalis yang terkesan simple dan berkelas.

Bagaikan berada di catwalk dengan lenggak-lenggok yang khas seorang model, Maria berjalan mendekati lift yang akan membawanya keruangan Alfy.

Semuan karyawan dan karyawati yang menyadari kehadiran model terkenal sekaligus istri pemimpin perusahaan, berdecak kagum melihatnya.

Tidak sedikit karyawan melihat Maria dengan tatapan lapar. Sedangkan karyawati, melihat tubuhnya lalu melihat tubuh Maria bergantian dan menyadari bertapa besarnya berbedan tubuhnya dengan tubuh Maria.

Maria mengerutkan keningnya mendapati meja sekertaris Alfy tidak ada seorangpun. Maria mendorong pintu jati kokoh yang tinggi dan melihat ke dalam kantor Alfy.

Kosong! Bangkunya kosong, dan tidak ada siapapun di ruangan besar yang didominasi dengan warna putih ini.

'Mungkin dia udah pergi makan siang di luar. Tapi ini belum masuk waktu makan siang. Kemana perginya pria tampan ini? Jangan bilang dia di ambil kuntil anak, karena Alfy begitu tampan. Sampai-sampai kuntil anak juga menyukainya' oke berhenti beefikiran yang tidak tidak. Lagian setan mana yang berani menyentuh Alfy yang super dingin.

"Ria....,"

Alfy?

Tet..tot..

Rian sekertaris, sekaligus sahabatnya Alfy. Orang yang satu-satunya yang dipercaya Alfy, selain keluarganya.

Tidak jauh beda dengan Alfy, Rian juga sebenarnya mempunyai keluarga yang kaya raya. Tapi dia sedang belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin perusahaan, untuk melanjutkan perusahaan ayahnya.

"Ngapain lo di sini?" Rian langsung nelontarkan peetanyaan saat Maria berbalik melihat ke arahnya.

"Dimana Alfy?" Maria menjawab pertanyaan Rian dengan pertanyaan lagi.

Maria melihat ekspresi yang di tunjukkan Rian. Keningnya berkerut ke bingungan dan menaikan pundaknya. Masa sekertarisnya tidak tahu bossnya ada dimana.

"Alfy?"

Maria mengangguk.

"Dia tidak masuk kerja. makanya gue gantiin meeting sama klien. Emang Alfy gak ada di rumah?"

Tadi pagi Alfy terlihat sangat terburu-buru karena itu Maria mengira ada rapat penting.

Tapi kenapa dia tidak kerja hari ini.

"Tadi dia berangkat pagi sekali, gue kira ada meeting. Sampai dia melupakan makan paginya." Jawabku melenceng dari pertanyan yang Rian berikan.

Maria menyodorkan lunch box yang dibawanya pada Rian. Dan Rian menerimanya dengan sedikit ragu.

"Ambil saja, gue tau lo belum makan siang. Lagian dari pada gak ada yang makan." senyum Rian mengembang.

"Thank's ya?"

"Kalo gituh gue balik kalau nanti Alfy dateng, bilang tadi gue kesini."

Rian mengiyahkan permintaan Maria. Setelah Maria pergi Rian membuang nafas kesal. Sepertinya ia tahu dimana anak manusia itu.

Seperti saat baru masuk tadi, semua orang yang sedang bekerja melihat kearah Maria. Terkadang ada yang menyapanya, Maria membalasnya dengan senyuman dan anggukan.

Semua kariawan yang di miliki Alfy orang yang ramah. Tapi tidak dengan bosnya yang tidak ada ramah-ramahnya sama sekali.

Bagaimana bisa mereka semua tahan dengan sikap Alfy yang dingin. Mungkin karena butuh uang plus melihat wajah tampan Alfy.

Maria lebih memilih jalan sendiri dan memyuruh supir untuk pulang.

Maria bosan dirumah, tidak ada hal yang bisa dilakukan. Jadilan Maria menapaki kakinya keseluruh jalanan Jakarta. 'Sepertinya aku harus mulai mengambil jobku lagi.'

Alfy kemana dia pergi? Aku mau nyusulnya, tapi aku tidak tahu dimana dia sekarang.

"Mamih kemana suami yang tampanku pergi?" Teriak Maria dalam hati.

'Tapi siapa wanita di foto itu? Siapa namanya? Kerja apa? Jangan-jangan Alfy sedang bersama wanita yang ada di foto itu.' pertanyaan dan prasangka yang buruk terus memasuk otaknya. Tapi suara Mamihnya membuatnya tersadar dari pikiran buruk itu.

"kamu ingat sayang jangan suka berpisangka buruk, itu tidak baik" "huft..." Maria membuang nafas beratnya.

Bosan. Itulah yang di rasakan Maria, karena hanya melihat kendaraan yang berlalu-lalang didepannya. Dan lagi kenapa Maria harus memikiran Alfy dan wanita bingkai itu, membuatnya tambah banyak dosa saja.

Para pelalu-lalang yang menyadari kehadiran Maria memfoto tanpa sepengaetahuan Maria.

'Yogi! Dia sibuk gak ya?'

Maria mengambil handphone untuk menghubungi Yogi. Baru dua tanda panggilan langsung di jawab oleh Yogi.

"Halo ini siapa?"

'ini siapa katanya? begitu cepatnya dia mengahapus nomorku di hendphonenya.' Maria merutuki Yogi dalam hatinya.

"Hai Yogi!"

"Ini siapa? Ada perlu apa?"

Benar-benar Yogi bahkan tidak mengingat suaranya dan ide menjaili Yogi muncul di otak Maria.

"Sayang! Kamu ada waktu?" Maria membuat suaranya menjadi lebih manja saperti cabe-cabean pinggir perempatan jalan.

"Sayang-sayang pale lu peyang, ini siapa si? Saya tidak punya waktu buat bicara dengan orang gila seperti anda."

Tahan jangan sampai ketawa. Kalau Maria ketawa Yogi akan mengenalinya. Yogi sangat hafal dengan nada tertawa Maria.

"Sayang aku ingin bertemu denganmu, aku sangat meridukanmu." Maria saja yang berbicara ingin muntah. Apa lagi Yogi yang mendengarnya.

"Saya akan tu_"

"Tunggu Yogi! IGue Ria." selak Maria sebelum Yogi memutuskan telpon secara sepihak.

"Damn! Dari mana lo belajar kata-kata menjijikan gitu?"

Tawa Maria pecah mendengar kalimat yang di lontarkan Yogi. Maria sangat ingin melihat wajah Yogi yang mungkin saat ini sedang memerah.

"Oke langsung ke inti, loe sibuk gak? Bisa jamput gue? Gue lagi di pinggir jalan nih. Gue bete di rumah. Lo bisa temenin gue jalankan?"

"Oh, jadi cewe cantik kaya lo bisa ada di pinggir jalan juga. Jangan bilang lo cabe-cabean baru?"

Maria melebarkan matanya mendengar candaanya yang dilontarkan dari bibir Yogi. Ingin membuat mood Yogi berubah, malah moodnya sendiri yang berubah. Karena kesalahannya sendiri.

"Enak aja lo. Udahlah lah gak jadi." sahut Maria kesal dan ingin mematikan telponya.

"Lo dimana? Gue jemput sekarang." terdengar suara Yogi yang bangkit dari duduknya dan suara dentingan kunci. Maria melihat ke sekeliling mencari petunjuk jalan, Jln. Cempaka Emas.

"Di halte jalan Cempaka Emas, Gi. Gue tunggu ya?" Jawab Maria.

Maria mendaratkan pantatnya ke salah satu tempat duduk besi yang ada di halte berwarna biru.

Maria baru menyadari semua orang memperhatikannya. Maria memang sudah terbiasa menjadi pusat perhatian saat berada di tempat umum seperti ini.

Ada yang berbisik sambil menatap sinis, ada juga yang menatapku kagum. Ada yang suka dan tidak suka itu adalah hak mereka untuk menyukai atau tidak menyukai Maria.

Mobil mewah hitam berhenti di depan halte. Semua orang di halte tidak lagi memandang Maria, melainkan memandang mobil mahal yang berhenti dan tidak lupa bersama decak kagum mereka.

Keluar dari mobil Seorang pria dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Semua wanita langsung kelepek-kelepek. Aura Yogi memang tidak biasa.

Ini baru Yogi yang keluar dari Ferrarinya, belum Alfy yang keluar dari mobil Koenigsegg CCXR Trevita salah satu mobil koleksinya. Mungkin mereka akan langsung pingsan.

Yogi berjalan kearah Maria. Semua wanita yang sedang menunggu bis ikut melihat arah pandangan Yogi. Wanita yang menatap Yogi lapar menghela nafas saat Yogi tersenyum ke arah Maria dan Maria membalas senyumannya.

Tapi ini bukan yang Maria mau, karena Maria hanya ingin seluruh dunia ini iri melihatnya bersama dengan Alfy. Bukan dengan Yogi.

Yogi sahabat yang baik. Sangat rugi jika kehilangan sahabat seperti Yogi. Yogi bagaikan harta karun yang susah untuk cari dan di miliki. Siapapun yang menjadi wanita spesial di hidup Yogi adalah wanita yang paling beruntung di dunia.

Yogi selalu memberikan kehangatan kepada semua orang yang ada di sekitarnya. Dengan keromantisannya, tutur bahasa yang Yogi gunakan, senyumanya yang selalu ia bagi kepada siapapun dan kapanpun walau hatinya sedang tidak baik.

Bahkan mungkin anak kecil juga akan sangat menyukai Yogi kerena semua sikap dan perbuatan manisnya Yogi. 'Nenek-nenek juga pasti suka' 😂

Terpopuler

Comments

Michelle Avantica

Michelle Avantica

gw suka thor ternyata kocak juga yah Maria jg Yogi..

2020-10-01

1

Siti Nur Najwa

Siti Nur Najwa

kurang greget sih thour udah tau suami selingkuh malah biasa aja, amira juga model org kaya ngapain mau lama" sama suami kaya begitu?

2020-05-10

0

Dona Salwa Jefry

Dona Salwa Jefry

Lbh baik Am yogi

2020-02-25

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter One
2 Chapter Two
3 Chapter Three
4 Chapter Four
5 Chapter Five
6 Chapter Six
7 Chapter Seven
8 Chapter Eight
9 Chapter Nine
10 Chapter Ten
11 Chapter Eleven
12 Chapter Twelve
13 Chapter Thirteen
14 Chapter Fourteen
15 Chapter Fifteen
16 Chapter Sixteen
17 Chapter Seventeen
18 Chapter Eighteen
19 Chapter Nineteen
20 Chapter Twenty
21 Chapter Twenty One
22 Chapter Twenty Two
23 Chapter Twenty Three
24 Chapter Twenty Four
25 Chapter Twenty Five
26 Chapter Twenty Six
27 Chapter Twenty Seven
28 Chapter Twenty Eight
29 Chapter Twenty Nine
30 Chapter Thirty
31 Chapter Thirty One
32 Chapter Thirty Two
33 Chapter Thirty Three
34 Chapter Thirty Four
35 Chaprer Thirty Five
36 Chapter Thirty Six
37 Chapter Thirty Seven
38 Chapter Thirty Eight
39 Chapter Thirty Nine
40 Chapter Fourty
41 Chapter Fourty One
42 Chapter Fourty Two
43 Chapter Fourty Three
44 Chapter Fourty Four
45 Chapter Fourty Five
46 Chapter Fourty Six
47 Chapter Fourty Seven
48 Chapter Fourty Eight
49 Chapter Fourty Nine
50 Chapter Fifty
51 Chapter Fifty One
52 Chapter Fifty Two
53 Chapter Fifty Three
54 Chapter Fifty Four
55 Chapter Fifty Five
56 Chapter Fifty Six
57 Chapter Fifty Seven
58 Chapter Fifty Eight
59 Chapter Fifty Nine
60 Chapter Sixty
61 Chapter Sixty One
62 Chapter Sixty Two
63 Chapter Sixty Three
64 Chapter Sixty Four
65 Chapter Sixty Five
66 Chapter Sixty Six
67 Chapter Sixty Seven
68 Chapter Sixty Eight
69 Chapter 68.5
70 Chapter Sixty Nine
71 Chapter Seventy
72 Chapter Seventy One
73 Chapter Seventy Two
74 Dear Pembacaku
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Chapter One
2
Chapter Two
3
Chapter Three
4
Chapter Four
5
Chapter Five
6
Chapter Six
7
Chapter Seven
8
Chapter Eight
9
Chapter Nine
10
Chapter Ten
11
Chapter Eleven
12
Chapter Twelve
13
Chapter Thirteen
14
Chapter Fourteen
15
Chapter Fifteen
16
Chapter Sixteen
17
Chapter Seventeen
18
Chapter Eighteen
19
Chapter Nineteen
20
Chapter Twenty
21
Chapter Twenty One
22
Chapter Twenty Two
23
Chapter Twenty Three
24
Chapter Twenty Four
25
Chapter Twenty Five
26
Chapter Twenty Six
27
Chapter Twenty Seven
28
Chapter Twenty Eight
29
Chapter Twenty Nine
30
Chapter Thirty
31
Chapter Thirty One
32
Chapter Thirty Two
33
Chapter Thirty Three
34
Chapter Thirty Four
35
Chaprer Thirty Five
36
Chapter Thirty Six
37
Chapter Thirty Seven
38
Chapter Thirty Eight
39
Chapter Thirty Nine
40
Chapter Fourty
41
Chapter Fourty One
42
Chapter Fourty Two
43
Chapter Fourty Three
44
Chapter Fourty Four
45
Chapter Fourty Five
46
Chapter Fourty Six
47
Chapter Fourty Seven
48
Chapter Fourty Eight
49
Chapter Fourty Nine
50
Chapter Fifty
51
Chapter Fifty One
52
Chapter Fifty Two
53
Chapter Fifty Three
54
Chapter Fifty Four
55
Chapter Fifty Five
56
Chapter Fifty Six
57
Chapter Fifty Seven
58
Chapter Fifty Eight
59
Chapter Fifty Nine
60
Chapter Sixty
61
Chapter Sixty One
62
Chapter Sixty Two
63
Chapter Sixty Three
64
Chapter Sixty Four
65
Chapter Sixty Five
66
Chapter Sixty Six
67
Chapter Sixty Seven
68
Chapter Sixty Eight
69
Chapter 68.5
70
Chapter Sixty Nine
71
Chapter Seventy
72
Chapter Seventy One
73
Chapter Seventy Two
74
Dear Pembacaku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!