Chapter Seven

"Oh iya Alfy. Tadi Sore aku nonton TV dan perjanjian kita tentang gubernur itu, aku yang menang, Karena Anies dan Sandi yang jadi Gubernur.

Jadi kau harus nurutin permintaan - permintaanku, permintaan pertamaku adalah 'kamu harus mau makan bubur yang aku buat, lalu minum obatnya'.

Kalau kau tidak makan dan minum obatmu, kamu temasuk laki-laki yang suka melanggar janjinya."

Memang lebih baik Maria mengalihkan pembicaraan dari pada melihat Alfy yang terus terdiam dan ia juga yakin Alfy tidak akan bicara.

"Oke, sekarang kita lihat kamu laki-laki seperti apa," ucapnya sambil bangun dari tempat duduk dan meninggalkan Alfy yang masih berdiam dengan lamunannya.

Maria juga tidak bisa berlama-lama dekat dengan Alfy di saat keadaannya seperti ini.

Bagaimanpun juga keadaan ini adalah kelemahan yang tidak boleh orang-orang ketahui, bahkan papahnya tidak tahu kalau ia selalu merasakan sakit di dadanya saat seseorang membentak dan berteriak padanya.

"Milla, tolong kamu lihat ke kamarnya Alfy. Dia mau makan makanannya atau tidak. Kalau dia tetap tidak mau makan, buang saja buburnya dan berikan makanan apapun asalkan dia mau makan."

Maria berbicara sambil berjalan ke arah kamarnya. Aku tidak kuat berdiri lama-lama.

Milla mengejar dan berdiri di depanku, ia menatapnya Milla heran.

"Nyonya tidak apa-apa? Wajah nyonya pucat sekali," Milla menunjukan wajah khawatirnya. Maria berusaha tersenyum walupun kecil.

Apa ia terlihat seperti itu? Kenapa Maria terlalu tidak pandai menybunyikan rasa sakitnya?

"Saya enggak papah. Kamu liat Alfy ya! Dia lagi sakit. Jagain dia buat saya ya, mil?"

Maria menunggu jawaban dari Milla. Milla mengangguk dan ia berlalu menjauhi Milla yang masih berdiri melihatnya pergi ke kamar tanpa menoleh lagi.

'Dimana gue naro obat kemaren? Kok gue bisa lupa si. Kalo gk salah kemaren gue taro di laci ini deh,' ujarku dalam hati.

Laci ... laci ... laci ... Marua memeriksa laci yang biasa untuk menaruh obat. Tapi tidak ada di dalam laci. Kamar mandi? Enggak, Maria tidak mungkin membawa obat ke kamar mandi.

Closet? Apa memang ada di sana.

Dengan langkah yang tertatih kakinya membawa menuju Closet yang tersedia di dalam kamar, dengan tangan yang memegang dada sebelah kirinya.

Tapi di meja closet tidak menunjukan adanya botol obatnya.

Rasa sakit ini menusuk, rasa sakit ini seperti luka di siram cairnya asam cuka.

Kenapa, harus Maria yang merasakan sakit seperti ini? Kapan, rasa sakit ini akan hilang untuk selamanya? Dimana, dia bisa menghilangkan tusuk-tusukan menyakitkan tanpa obat itu?

Apa, mamih selalu merasakan seperti ini, setiap papih membentak mamih?

Sekarang Maria tahu bagaimana rasanya menjadi mamih yang menahan sakitnya selama bertahun-tahun hidup bersama papih.

Dan mengapa di saat seperti ini, di saat ia sangat membutuhkan seseorang untuk membantunya malah tidak ada satu orangpun di sampingnya. Alfy? Maria yakin dia akan sangat illfeel melihat keadaannya yang seperti ini.

Maria dudukan tubuhnya di lantai, kakinya tidak lagi bisa menahan berat badannya sendiri. Kepalanya menjadi berat dan sekarang pandangannya sudah memburam. Rasa sakit seperti ini pertama kalinya di rasakannya, karena biasanya ia tidak sampai merasakam kepalanya memberat dan mata memburam.

'Jangan lupa! Di tas kamu harus selalu ada obat ini!' suara yang selalu Maria rindukan memutar di kepalanya. Mengingatkannya akan obat yang selalu Maria bawa kemanapun ia pergi.

Menarik tas yang ada di dekat sepatu. Dimana obat itu. Maria cari benda bulat, tempat di mana ia menuruh obatnya.

Tidak sabaran, Maria mengeluarkan semua isi tas dengan menumpahkan ke lantai. Dan DAPAT! Tangannya bergemetar, tapi aku harus mengambil obat dan segera meminumnya.

"Kau mencari benda ini__" Tiba-tiba saja suara yang sangat Maria kenal, terdengar dari belakangnya. Seseorang itu melangkah mendekati Maria sambil membunyikan benda yang di bawanya.

Tubuh Maria menegang saat tangannya memegang pundaknya.

Berhenti di sana! Maria tidak ingin memperlihatkan ke adaannya yang yang lemah seperti ini, menyedihakan dan wajah mempertontonkan rasa kesakitan. Maria adalah perempuan paling kuat, yang tidak akan memperlihatkan kelemahannya pada orang lain dan tidak ada satu orangpun yang bisa melihat kelemahannya. Kecuali tuhan dan mamihnya.

'Tapi sekarang. Semua orang akan melihat kelemahanmu, sayang.' suara itu lagi, dia selalu membuat hati Maria menjadi risau seperti sekarang.

Aku tidak suka melihat mata yang mengasihaniku. Bagiku lebih baik mendengar kata kasar dari pada melihat mata yang mengasihaniku, itu adalah suatu penghinaan terbesar untukku.

Tangan itu memutar tubuh Maria, untuk menghadap ke arahnya dan Milla yang ada si sana. Mata Maria berat, 'aku tidak bisa menahannya lagi Milla!' Mataku tertutup dan hanya warna hitam yangku lihat.

"Nyonya!" Samar-samar Maria masih bisa mendengar Milla memanggilnya, tak lama suara itu hilang.

Terpopuler

Comments

Tuti Bundanya Aisya

Tuti Bundanya Aisya

sakit jantung kaya mamanya

2021-03-09

0

Michelle Avantica

Michelle Avantica

oh please Maria kasihan banget ah😢

2020-10-02

1

Sherrita Ethyl

Sherrita Ethyl

suara siapa ? Alfa ?

2020-08-30

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter One
2 Chapter Two
3 Chapter Three
4 Chapter Four
5 Chapter Five
6 Chapter Six
7 Chapter Seven
8 Chapter Eight
9 Chapter Nine
10 Chapter Ten
11 Chapter Eleven
12 Chapter Twelve
13 Chapter Thirteen
14 Chapter Fourteen
15 Chapter Fifteen
16 Chapter Sixteen
17 Chapter Seventeen
18 Chapter Eighteen
19 Chapter Nineteen
20 Chapter Twenty
21 Chapter Twenty One
22 Chapter Twenty Two
23 Chapter Twenty Three
24 Chapter Twenty Four
25 Chapter Twenty Five
26 Chapter Twenty Six
27 Chapter Twenty Seven
28 Chapter Twenty Eight
29 Chapter Twenty Nine
30 Chapter Thirty
31 Chapter Thirty One
32 Chapter Thirty Two
33 Chapter Thirty Three
34 Chapter Thirty Four
35 Chaprer Thirty Five
36 Chapter Thirty Six
37 Chapter Thirty Seven
38 Chapter Thirty Eight
39 Chapter Thirty Nine
40 Chapter Fourty
41 Chapter Fourty One
42 Chapter Fourty Two
43 Chapter Fourty Three
44 Chapter Fourty Four
45 Chapter Fourty Five
46 Chapter Fourty Six
47 Chapter Fourty Seven
48 Chapter Fourty Eight
49 Chapter Fourty Nine
50 Chapter Fifty
51 Chapter Fifty One
52 Chapter Fifty Two
53 Chapter Fifty Three
54 Chapter Fifty Four
55 Chapter Fifty Five
56 Chapter Fifty Six
57 Chapter Fifty Seven
58 Chapter Fifty Eight
59 Chapter Fifty Nine
60 Chapter Sixty
61 Chapter Sixty One
62 Chapter Sixty Two
63 Chapter Sixty Three
64 Chapter Sixty Four
65 Chapter Sixty Five
66 Chapter Sixty Six
67 Chapter Sixty Seven
68 Chapter Sixty Eight
69 Chapter 68.5
70 Chapter Sixty Nine
71 Chapter Seventy
72 Chapter Seventy One
73 Chapter Seventy Two
74 Dear Pembacaku
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Chapter One
2
Chapter Two
3
Chapter Three
4
Chapter Four
5
Chapter Five
6
Chapter Six
7
Chapter Seven
8
Chapter Eight
9
Chapter Nine
10
Chapter Ten
11
Chapter Eleven
12
Chapter Twelve
13
Chapter Thirteen
14
Chapter Fourteen
15
Chapter Fifteen
16
Chapter Sixteen
17
Chapter Seventeen
18
Chapter Eighteen
19
Chapter Nineteen
20
Chapter Twenty
21
Chapter Twenty One
22
Chapter Twenty Two
23
Chapter Twenty Three
24
Chapter Twenty Four
25
Chapter Twenty Five
26
Chapter Twenty Six
27
Chapter Twenty Seven
28
Chapter Twenty Eight
29
Chapter Twenty Nine
30
Chapter Thirty
31
Chapter Thirty One
32
Chapter Thirty Two
33
Chapter Thirty Three
34
Chapter Thirty Four
35
Chaprer Thirty Five
36
Chapter Thirty Six
37
Chapter Thirty Seven
38
Chapter Thirty Eight
39
Chapter Thirty Nine
40
Chapter Fourty
41
Chapter Fourty One
42
Chapter Fourty Two
43
Chapter Fourty Three
44
Chapter Fourty Four
45
Chapter Fourty Five
46
Chapter Fourty Six
47
Chapter Fourty Seven
48
Chapter Fourty Eight
49
Chapter Fourty Nine
50
Chapter Fifty
51
Chapter Fifty One
52
Chapter Fifty Two
53
Chapter Fifty Three
54
Chapter Fifty Four
55
Chapter Fifty Five
56
Chapter Fifty Six
57
Chapter Fifty Seven
58
Chapter Fifty Eight
59
Chapter Fifty Nine
60
Chapter Sixty
61
Chapter Sixty One
62
Chapter Sixty Two
63
Chapter Sixty Three
64
Chapter Sixty Four
65
Chapter Sixty Five
66
Chapter Sixty Six
67
Chapter Sixty Seven
68
Chapter Sixty Eight
69
Chapter 68.5
70
Chapter Sixty Nine
71
Chapter Seventy
72
Chapter Seventy One
73
Chapter Seventy Two
74
Dear Pembacaku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!