Mata Maria panas melihat pandangan yang ada di depan matanya. Dua orang yang sedang bercumbu? Dia sama sekali tidak perduli kalau orang yang sedang bercumbu itu orang lain, tapi saat ini yang di lihatnya adalah Alfy yang sedang bercumbu dengan perempuan itu.
'Yunna. Wanita itu.
Apa dia selalu berada di sini setiap hari?
Setiap Alfy bekerja, dia yang menemani?
Setiap hari bercumbu seperti ini?
Atau bahkan lebih dari sekedar bercumbu?
Jadi seperti ini yang di sebut bekerja. Dia baru tahu, CEO menyebut bercumbu masuk ke dalam berkerja.
Ternyata Alfy sejahat ini.
Dia sama sekali tidak menganggapku ada. Kalau dia menganggap ada, dia tidak akan bercumbu dengan orang lain' pikirnya.
Maria melihat tangan Alfy yang perlahan mencoba membuka kancing baju Yunna. Sepertinya Alfy akan melanjutkan perkerjaannya hingga tuntas. Tapi Maria tidak bisa melihat kelanjutannya lagi, itu terlalu menyakitkan untuk hatinya.
"ALFY" panggil Maria keras agar Alfy berhenti dengan apa yang sedang di lakukannya. Benar saja, Alfy langsung melepas pangutannya dan beralih melihat ke arah Yunna yang sudah berada di depan pintu dengan raut wajah yang kecewa. Bahkan matanya sudah di tutupi air maymta yang siap jatuh kapanpun.
'Tarik nafasmu Maria!' Ujarnya pada dirinya sendiri. Satu tarikan nafas berat lalu membuangnya. Langkahkan kakinya yang sudah lemas, di paksa untuk berjalan mendekat ke arah Alfy.
Yunna dan Alfy berdiri saat aku berhenti tepat di padannya. Penampilan ke duanya sudah sangat berantakan. Baju yang Yunna gunakan, 3 kancing teratasnya sudah membuka. Sedangkan Alfy, rambut rapih khas ke kantornya sudah berantakan.
Maria mengigit bibir dalamnya, mencoba menahan air matanya yang sebentar lagi tumpah. Di tarik nafas sedalam-dalamnya. Mencoba untuk mengontrol emosi, ke kecewaan dan rasa sakit yang bercampur menjadi satu.
"Yunna... bisa kamu pergi dari sini dulu? Aku ingin berbicara pada Alfy" ucapnya lembut pada Yunna, sekarang Maria sudah tidak punya tenaga lagi untuk marah atau bertariak kepada Yunna.
Yunna mengangguk, lalu pergi dari ruangan Alfy menyisakan sepasang suami istri yang sama-sama terdiam.
Plaak!
Plaak!
Plaak!
Tiga tamparan berturut-turut mendarat tepat di pipi kiri Alfy, dia terkejut dengan apa yang di lakukan Maria. Tamparan ke 4 berjalan mendekati pipi Alfy lagi, tapi dengan sigap Alfy menangkap tangan kecil Maria yang di gunakannya untuk menampar Alfy. Walaupun rasa tamparan Maria tidak terlalu sakit.
"Lo apa-apaan si, Maria." bentak Alfy.
"Bukannya itu hal yang wajar untuk seorang ISTRI yang melihat suaminya bercumbu dengan wanita lain?" Tanya Maria, sambil menekan kata ISTRI.
Dahi Alfy berkerut dan mata menatap tajam yang di tujukan untuk Maria. Sedangkan Maria, dengan sekuat tenaga dia menahan air matanya agar tidak terjatuh. Tapi terlambat air matanya sudah terjatuh dan di susul oleh air mata-air mata selanjutnya.
Alfy kaget melihat air mata yang keluar dari mata Maria, dia melepaskan tangan Maria dan tangan kecil itu terjatuh begitu saja ke samping tubuh Maria.
Begitu tangannya di lepas oleh Alfy, Maria langsung menutul seluruh wajahnya dengan ke dua tangannya. Maria menahan isakannya, dia tidak mau Alfy mendengrkan isakannya.
Alfy bingung dengan Maria, dia baru melihat Maria yang seperti ini. Maria yang selemah ini. Dan entah mengapa ada rasa sakit malihat Maria meneteskan air matanya. Rasa bersalah muncul di hati Alfy.
Hiks.. hiks...
Suara isak tangis Maria mengisi seluruh ruangan Alfy.
Alfy bingung harus berbuat seperti apa, karena ini pertama kalinya dia melihat wanita menangis, di depannya. Bahkan saat dia memberi tahu Yunna tentang pernikahannya, Yunna sama sekali tidak menangis hanya wajah ke kecewaan saja yang muncul.
Apa dia harus searching dulu? 'Bagaimana cara agar wanita berhenti menangis' !? Dia yakin akan mendapatkan jawabannya, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk searching.
Alfy menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Wo.. woi..." ujarnya pelan sambil menyentuh pundak Maria. Tapi Maria tidak bergeming sama sekali.
"Maria." panggil Alfy, sambil memegang ke dua pundak Maria agar dia membuka tangan di wajahnya.
Maria yang mendengar namanya di panggil tubuhnya menegang, karena jarang sekali Alfy manggil namanya. Dia ingin melepaskan ke dua tangannya, tapi air matanya tidak berhenti turun.
Dengan kekuatannya, Maria membuka wajahnya dan langsung menatap mat Alfy yang juga sedang menatapnya.
Alfy dapat melihat mata Maria yang memerah bekas menangis. Maria memukul dadanya berulang-ulang.
"Seharusnya kamu berhenti mencintai dia dan belajar untuk mencintai aku" satu pukulan mendarat di dada Alfy dan di susul dengan pukulan-pukulan berikutnya. Walaupun tidak sakit, tapi membuatnya sedikit terguncang.
"Aku ini istri kamu. Aku yang seharusnya dapat cinta kamu, bukan orang lain. Kamu harus tahu! Cinta aku lebih besar dari cinta Yunna. Dan Yunna enggak lebih baik dari aku. Kalau Yunna lebih baik dari aku, mamah dan papah kamu enggak bakal milih aku buat jadi istri kamu." ucap Maria, sedangkan Alfy menahan tangan Maria, lagi.
"Aku selalu nunggu kamu Alfy. Nunggu buat apa? Buat kamu bisa jatuh cinta sama aku. Tapi kamu gak pernah sadar, kalo aku selalu nungguin kamu. Kamu jahat, tau gak? Aku kira kamu bakal sadar dengan sendirinya." Alfy hanya terdiam mendengar perkataan Maria.
"Hiks... hiks... aku salah. Aku salah mikir kaya gitu." lagi-lagi Alfy terdiam, Alfy memikirkan semua yang di katakan Maria.
"..."
"Kamu orang paling egois yang pernah aku kenal." Maria menatap Alfy sengit, lalu dia menarik paksa tangannya sehingga pegangan tangan Alfy di tangannya terlepas.
Maria merasa harus menjauhi Alfy saat ini. Karena berada di depan Alfy akan membuatnya menagis terus menerus, tanpa bisa berhenti.
Maria menjauhi Alfy yang sedang perang dengan fikirannya.
Maria berjalan mendekati lift VIP di ujung lorong lantai paling atas ini.
Ting'
Lift VIP terbuka. Kebetulan sekali, jadi Maria tidak perlu menunggu liftnya naik.
Di balik pintu lift berdiri seorang yang sangat Maria kenal.
Maria langsung menghapus bekas air matanya agar Yogi tidak mengtahui dia habis menangis. Tapi sia-sia saja, Yogi terlalu peka dengan perubahan wajahku.
Yogi mendekati sahabatnya dengan khawatir. Seumur hidup berteman dengan Maria, baru kali ini dia melihat wajah habis menangisnya Maria.
Maria selalu ceria dengan caranya sendiri, tapi apa yang saat ini di lihatnya. Maria habis menangis?
Mengingat dia sedang berada Alfy, semua ini pasti ada hubungannya dengan Alfy. Apa lagi tadi sebelum naik ke lift VIP dia berpas-pasan dengan Yunna, mantan kekasih Alfy. Atau jangan bilang mereka masih berhubungan.
"Maria... ka.. kamu... kenapa?" Yogi berusaha agar tidak terdengar panik. Padahal dia sangat berusaha agar dia tidak panik dan mengahisi Alfy yang belum tentu salah, saat ini.
"Aku gak papa kok Gi, aku buru-buru jadi aku duluan." ujar Maria lalu berjalan menjauhi Yogi lalu masuk ke dalam lift, Yogi tidak mengejar Maria. Yogi berfikir, mungkin sekarang dia ingin sendiri. Jadi dia membiarkan Maria pergi.
Yogi menatap ke pergian Maria. Setelah tubuhnya Maria habis di tutupi lift, Yogi berbalik dan berjan ke ruangan Alfy dengan emosi yang meluap.
________________
Jangan lupa kasih aku Like dan komen ya, kawan.^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Michelle Avantica
Kalo Yunna cewek baik2 dia seharusnya menjauhi Alfy ..ini malah main gila gitu ya jatuhnya dia jadi Pelakor
2020-10-02
0
Noviantyas
pandai nya kamu thor, buat aku nangis.. jahat bgt kamu thor😭😭
2020-07-17
1
sam uni
sesak..aku bacanya... Thor..
2020-07-09
1