Maria berjalan menjauhi Yogi yang hanya melihat kepergiannya. Fikiran Maria sedang kacau dan dia tidak bisa berfikir. Tanpa berfikir, membuatnya tidak perduli pada apapun dan siapapun. Dia hanya ingin sendirian dan mengutuk takdirnya yang menyedihkan.
Tuhan memang memiliki rencananya tersendiri. Tapi, haruskah tuhan memberikan cobaan yang seperti ini? Ini terlalu sulit untuk menjalaninya.
Alfy mencintai Yunna dan Yunna juga mencintai Alfy. Marialah yang menjadi penghalang hubungan mereka, jadi Marialah yang harus pergi dari hubungan ini.
Maria masuk ke dalam lift. Begitu pintu lift tertutup air mata Maria yang terhenti, kembali mengalir dan isak tangisnya memenuhi lift.
Hiks... hiks...
Maria bertanya-tanya. Kenapa dia harus mengalami ini. Kenapa dia tidak bisa membuat Alfy mencintainya.
Tubuh Maria terguncang saat tiba-tiba saja lift berhenti, berbarengan dengan lampu dalam lift yang mati. Maria sangat panik.
Nafasnya menjadi berat. Dia mecoba meraih tombol untuk membuka lift, rapi hasilnya nihil.
Mencari tombol interphone dan menekannya, dia tidak bisa mengontrol dirinya yang panik. Maria mendudukan dirinya lalu memeluk kakinya.
"Jangan panik sayang! Ini hanya sementara. Mungkin di luar sedang mati lampu, jadi liftnya berhenti." Maria kecil mengangguk.
"Tarik nafas... lalu buang... tarik lagi... buang lagi..." Maria mengikuti intruksi dari maminya.
"Mamih... bagaimana kita tidak bisa keluar dari sini?" Tanya Maria dengan wajah takutnya.
"Tidak sayang! Kita akan keluar, papi akan menolong kita." mami meyakinkan Maria kecil.
Potongan memory itu memutar di kepala Amira. Suara lembut ibundanya membuat dirinya tenang. Maria mengikuti intruksi maminya, tanpa sadar dan saat ini dia sudah menjadi lebih tenang.
Semua memory tentang mamihnya akan membuat diri Maria terkontrol. Tidak ada lagi nafas berat, tidak ada lagi sakit di dada. Suara lembut mamihnya selalu bisa menenangkan fikran dan hatinya.
Maria merasa bahwa maminya, selalu berada di dekatnya. Untuk menemaninya di kala sendirian, untuk menenangkan hatinya saat emosi memenuhi dirinya, dan untuk mengalihkan fikirannya dari Alfy menjadi hanya terfokus pada wanita yang melahirkannya.
Saat ini air matanya mengalir bukan karena Alfy, melainkan dia sangat merindukan angel dalam ke hidupannya. Maria tidak akan merasa sesepi ini kalau angel-nya selalu ada di sampingnya.
Maria ingin super hero yang selalu menemaninya di saat terluka. Maria tidak tahu, mengapa luka-luka yang Alfy berikan tidak pernah sembuh dan sekarang Maria tahu kenapa luka yang di berikan Alfy tidak pernah sembuh, karena Alfy akan melukai luka yang hampir sembuh.
"Kamu harus menjauhi sesuatu yang melukaimu, sayang!" memegang tangan anaknya yang terluka.
"Tapi aku tidak sengaja memeggang durinya, mamih." air mata turun dari matanya, Maria melihat luka di tangannya. Tadi, saat dia ingin memetik bunga mawar, tanganya tidak sengaja menyentuh durinya.
"Kenapa kamu tidak bilang, kalau kamu ingin bunga mawar ini? Mami pasti akan mengambilkannya untukmu." ujar mamihnya sambil mengguyurkan air bersih ke tangan Maria.
"Tapi bagaimana jika tangan mami terluka juga?" Tanya Maria.
"Maka dari itu. Kalau kamu tidak ingin mami terluka, kamu harus menjauhi sesuatu yang melukaimu Maria Sayang." jawab mamihnya.
Sekarang Maria tahu solusinya, dia harus menjauhi sesuatu yang melukainya. Agar mamihnya tidak terluka. Jadi Maria harus menjauhi Alfy, karena Alfy adalah sesuatu yang melukainya.
"Aku akan menjauhi sesuatu yang menyakitiku, mi. Yah, aku akan menjauhi Alfy karena dia menyakitiku. Aku tidak ingin melihat mami terluka karena aku terluka.
Walaupun nanti hatiku sedikit sakit karena menjauhinya, tapi aku sangat yakin sakit itu hanya sementara. Aku akan mengiklaskan apa yang melukaiku, mi. Jadi, bantu aku untuk menghilangkan luka itu." ujar Maria dalam hati.
●°●
Lamunan Alfy tentang Maria terhenti saat Yogi tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya. Alfy mengerutkan dahinya, bagaimana bisa sahabatnya yang satu ini berada di kentornya. Seingatnya terakhir mereka bertemu saat di Amerika.
"Lama tidak berjumpa, Mr. Yoan." Yogi masuk ke dalam ruangan Alfy dengan senyum mengerikan di bibirnya.
Yogi mendekati Alfy, sedang Alfy hanya terdiam di tempat. Sudah dekat dengan Alfy, Yogi mendaratkan tangan terkepalnya di wajah Alfy. Alfy tersungkur pendapatkan pukulan dari Yogi, darah segar mengalir dari ujung bibir Alfy.
Alfy tidak mengerti dengan sahabatnya yang tiba-tiba datang lalu memukulnya dengan keras. Seharusnya mereka saling berpelukan, karena lama tidak berjumpa.
Di usapnya darah yang mengalir di bibirnya dan bau mulai tercium.
"Lo apa-apaan si Gi? Dateng-dateng langsung mukul gue." Alfy tidak terima dengan perlakukannya Yogi.
"Lo emang pantes daper pukulan itu, bahkan pukulan itu belum cukup buat lo." ujar Yogi sambil membantu Alfy berdiri, dengan menarik kemeja putihnya dan mai tidak mau Alfy menuruti terikannya.
"Gue dateng ke sini buat orang yang gue cintai." Yogi tidak ingin berterus terang.
"Iya gue tau! Trus lo udah ke temu sama wanita itu?" Tanya Alfy
"Sudah, tapi dia sedang sakit."
"Sakit apa? Kangker? Tumor otak?" Tanya Alfy penasaran. Yogi mengeraskan rahangnya.
"Bukan, dia bukan sakit semacam itu."
"Lalu? Sakit hati?"
"Yeah, dan yang mebuat dia sakit adalah pria yang sedang berdiri di depanku."
"Apa maksudmu?" Mata Alfy melebar, mendapati perkataan yang masuk ke dalam ke telinganya.
"Maria! Di adalah wanita yang aku cinta dan dengan mudahnya kau menjatuhkan air matanya. Asal kau tahu? Air matanya itu sangat berharga, tidak seharusnya dia membuang-buang air mata untuk orang sepertimu." ujar Yogi.
Alfy tecengang dengan apa yang barusan Yogi katakan. Yogi mencintai Maria? Jadi selama ini yang bicarakan Yogi adalah istrinya? Alfy tidak tahu harus berbicara apa, karena menurutnya ini sangat mendadak.
Kenapa ada rasa sakit saat sahabatnya mengakui, bahwa orang yang di cintai Yogi adalah istrinnya. Ini tidak mungkin, mengapa di dunia seluas ini ternyata Maria adalah wanita yang maksud Yogi. Yah, sekarang Alfy ingat terakhir ia melihat Yogi di cover majalah bersama istrinya.
Baru saja Yogi ingin mendaratkan tangan terkepalnya di wajah Alfy ke dua kalinya. Rian masuk ke dalam ruangan, langsung menahan tangan Yogi.
Alfy sedikit membuang nafas leganya. Kalau saja Rian tidak datang, gigi Alfy pasti sudah ada yang copot.
"Lift VIP tiba-tiba berhenti tanpa sebab dan Maria ada di dalam lift." ujar Rian, sambil mengambil nafasnya.
"APA!" teriak Alfy dan Yogi bersamaan. Yogi panik karena takut ada apa-apa dengan Maria. Sedangkan Alfy panik karena takut di marahi mamahnya kalau tahu sesuatu terjadi pada Maria.
Secara otomatis tangan Rian bergerak menutup telinganya. Teriakan ke dua sahabatnya membuat telinga Rian berdengung.
"Cepat lakukan sesuatu, bodoh." desak Yogi, membuat Alfy panik dua kali-lipat.
Rasa ingin memukul Alfy bertambah 50 kali lipat, melihat Alfy yang hanya terdiam. Yogi bingung, kenapa Maria sebegitu tidak berartinya untuk Alfy.
Alfy bingung harus berbuat apa dulu di saat seperi ini.
"Hubungi teknisi gedung." suruh Alfy kepada Rian lalu berlari ke luar ruangan, Yogi hanya mengikuti langkah terburu-buru Alfy.
_______________
Jangan lupa kasih aku like ya, kawan. ^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Adek Ayak
nah thor it br bgus bwt maria mnjauh dr alfi br alfi sadar
2019-10-01
3
Irdaleni Aprima
bikin deg deg kan thorr...suka deh ceritanya
2019-07-23
1