Dengan sangat perlahan, Maria berusaha membuka matanya yang berat. Sepertinya itu adalah efek obat yang di berikan Dokter tadi malam, tapi Maria harus bangun karena Maria yakin Yogi tidak pulang kalau Maria tidak menyuruhnya pulang.
Terbukti. Saat ia membuka mata sepenuhnya Yogi duduk di sofa yang tidak jauh dari bankarnya. Yogi masih menggunakan baju yang kemarin dengan 2 kancing kemeja teratas yang sudah terbuka. Di tambah lagi, jasnya dan dasi sudah di telantarkannya di punggung sofa yang sedang didudukinya.
Sambil melihat ke arah benda persegi panjang dan tipis di genggamannya. Maria meyakini, Yogi pasti sedang memeriksa list pekerjaannya, terlihat jelas bagaimana pria itu sangat serius melihat ke benda canggih itu. Terkadang memegang pelipisnya atau menekan pangkal hidungnya. Saking seriusnya, Yogi sama sekali tidak menyadari dari tadi Maria memperhatikan apa yang di lakukannya.
Yogi membuang nafas beratnya, mengalihkan pandangannya dari handphone mahalnya dan mata mereka bertemu, mata Yogi sedikit melebar mendapati Maria yang sudah terduduk di kasurnya. Maria tersenyum kecil melihat ekspresi wajah kaget yang sangat manis milik Yogi.
Seandainya Maria bisa memilih cinta seperti apa yang ia inginkan, Maria akan memilih seorang seperti Yogi dengan sikap manisnya kepada semua orang. Siapapun nanti yang akan menjadi takdirnya Yogi adalah orang yang paling beruntung di bunia.
Yogi bangkit dari duduknya, berjalan mendekati Maria dan duduk di kursi yang ada di sebelah bangkar. Senyum di wajahnya sudah muncul, padahal baru saja Maria melihat wajah kesalnya Alfy, tapi cepat sekali perubahan moodnya Yogi.
"Kamu udah bangun dari kapan? Mau minum? mau makan? Atau mau ke kamar mandi? Biar aku bantuin."
Petanyaan yang lumayan banyak bukan? Maria bingung harus menjawab yang mana terlebih dahulu? Lebih baik Maria mengalihakan pembicaraan, dari pada menjawab pertanyaan beruntunya Yogi.
"Kok, kamu belum pulang Gi?" Maria menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan lagi. Yogi mengelus tengkuknya sendiri.
"Ehmmm ... aku nungguin kamu lah. Jantung kamu masih sakit?" Pertanyaan baru lagi. Maria mengalah untuk manjawab pertanyaan-nya Yogi dengan menggelengkan kepala. Yeah, jantungnya Maria sudah tidak sakit lagi, semua ini karena pria di hadapannya ini. Alfy saja tidak memperdulikannya dan malah memilih pergi meninggalkannya.
"Emang aku anak TK? masih di tungguin. Mending kamu pulang! Aku yakin kamu capek dan pasti kamu punya banyak pekerjaan yang menumpuk, karena nungguin aku di rumah sakit dari kemaren. Lagian hari inikan aku udah di bolehin pulang."
Seru Maria panjang lebar, Yogi membenarkan ucapan Maria dengan menganggukan kepalanya. Yogi memang tidak bisa menyangkal omongan Maria karena memang semua yang katakan Maria semua benar.
"Bagi aku, kamu itu lebih penting dari pada kerjaan." dengar? Yogi so sweetkan? Padahal itu adalah alasan, tapi tetap saja itu alasan yang manis bukan? Yogi memang tahu bagaimana cara memperlakukan orang dengan baik, bahkan banyak yang menyalakan artikan perilakunya yang baik.
Yogi memang tidak berubah sesikitpun, hanya saja wajahnya berubah menjadi lebih tampan dan dewasa. Akh...
Ada lagi yang berubah, tahun lalu dia pelajar yang baik dan sekarang dia pekerja yang baik.
"Oh ya?" Maria masih meragu dengan apa yang di ucapkannya, Maria mengubah posisisnya menjadi menghadap Yogi. Yogi terlalu suka bermain-main dan terkadang hal itu membuat Maria bingung mana ucapan yang benar dan mana ucapan yang main-main.
"Terserah, pokoknya aku mau pulang sama kamu. Jadi kalo kamu pulang, aku juga pulang." finalnya, Yogi memang sedikit keras kepala. Apa yang bisa Maria perbuat di depan orang yang keras kepala, karena Maria juga merasakan menjadi orang yang keras kepala seperti apa.
Yah ... Maria yakin semua orang akan menganggapnya keras kepala karen jika Maria sedang menginginkan sesuatu, Maria akan melakukan apapun demi mendapatkan apa yang di inginkannnya dan selama ini Maria selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, dengan usahanya sendiri.
"Baiklah, kita pulang sekarang." ujar Maria sambil merankak turun dari bangkar, dengan cepat Yogi mencekat tangannya.
Maria tahu Yogi sangat mengkhawatir kepadanya, Yogi pasti akan memintanya untuk lebih lama berada di dalam rumah sakit ini.
Tapi kalau aku tidak pulang, aku yakin Yogi juga tidak akan pulang. Lagi pula aku muak mencium bau rumah sakit, mungkin itu akan membuatku menjadi lebih sakit lagi.
Aku melepas cekatan tangannya di tanganku.
"Aku gak suka ada di rumah sakit." aku memasang wajah memohonku, dia pasti akan menurutinya.
"Tapi kamu baru di bolehin pulang nanti sore, Maria." Yogi tidak mau kalah memasang wajah memohonya. Oh my god. Seandainya kalian bisa melihat wajahnya Yogi yang menggemaskan, kaya minta di tabok.
"Kalo aku pulang nanti sore, kamu juga bakal pulang nanti sore. Sedangkan aku tau kalo kerjaan kamu itu numpuk di kantor. Aku udah sembuh sekarang dan aku mau kamu anterin aku ke kantor Yoan's Group." setelah ini Maria berencana untuk bertemu Alfy, ia yakin saat ini Alfy sedang ada di kantor dengan berkas- berkasnya.
"Kamu mau ngapain ke sanah?" Akh... aku lupa memberitahu Yogi tentang aku sudah menikah. Aku sama sekali tidak ke fikiran sejak awal bertemu dengannya.
"Gue mau ketemu Alfy lah, pake nanya lagi." jawab Maria.
Yogi mendengar menjawabnya Maria hanya dengan menghela nafas. Seandainya ia datang lebih cepat, ia pasti akan menghentikan pernikahan Maria dengan Alfy. Entah takdir atau apa lah, Yogi masih tidak habis fikir kenapa Tuhan mempersatukan mereka.
"Padahal aku baru aja ada niat buat ngelamar kamu, eh.. ternyata udah ada yang nikahin kamu, terlamat deh. Ya udah kita izin dokter dulu ya?" Yogi suka sekali menggoda Maria. Maria yakin saat ini pipinya sudah memerah.
●°●
Yogi menghentikan mobil di depan gedung Yoan's Group. Saat di perjalanan Yogi lebih memilih diam, padahal biasanya dia adalah orang yang paling berisik. Suasana di dalam mobil hanya di latar belakangi dengan lagu milik Shawn Mendes.
Ada apa dengan Yogi sebenarnya? Jangan bilang ucapannya tentang melamar Maria itu benar. 'Hei... jangan banyak berkhayal Maria, dia hanya ingin menggodamu saja' suara itu muncul lagi.
"Jadi Alfy sahabat aku, beneran suami kamu?" Wanita itu mengangguk menjawab pertanyaan Yogi. Sebenarnya sudah bertanya dengan pertanyaan yang sama lebih dari 3 kali, sudah seperti munum obat saja. Maria juga tidak menyangka dunia bisa sesempit ini. Bagaimana bisa dari sekian banyak orang di negara ini, Yogi tamanya Alfy.
"Apa kamu mau ikut masuk? Buat nemuin temen kamu, alias suami aku?" Tanya Maria, siapa tahu Yogi ingin bertenmu Alfy. Maria yakin! Sudah lama sekali mereka berdua tidak bertemu. Apa lagi mendengar perkataannya Yogi, bahwa mereka terakhir bertemu sekitar 2 tahun lalu.
"Enggak usah deh, aku pulang aja. Nanti kapan-kapan aku yang nyamperin dia sendiri." jawab Yogi, tanpa melihat ke arahku.
"Oh... ya udah. Aku juga yakin, kamu pasti cape banget hari. Apa lagi kamu nungguin aku dari malem. Oke, banyak istirahat Yogi!" Maria keluar dan menututup pintu mobil Yogi, dengan cepat Yogi membawa mobilnya melesat pergi menjauhi kantor Alfy. Maria baru bertemu Yogi dengan sifatnya yang aneh, dasar aneh.
Maria membawa tubuhunya masuk ke dalam kantor Alfy, kariyawan Alfy menyapanya dengan formal dan Maria membalahnya dengan senyuman terbaik miliknya. Kariyawannya Alfy sangat ramah, tidak seperti pemimpinnya.
Di depan lift banyak yang mengantri untuk menaikinya, riwayat menunggu lama. Sebenarnya ada lift khusus untuk para petinggi, tapi Maria merasa tidak pantas menaiki lift itu.
'Ting
Pintu lift terbuka, Maria akan menggunakan lift lainnya setelah ini. Tapi tidak sangka kariyawan yang mengantri membuka barisan, ada apa ini?
S
eorang perempuan berjalan mendekati Maria.
"Silahkan naik terlebih dahulu, Mrs.Yoan"
'oh my God dia memanggilku apa? Mrs.Yoan? aku suka sekali panggilan itu. Panggilan itu membuatku, menjadi nyonya dari Alfy Zael Yoan yang sebenarnya.'
Maria berjalan masuk lift sendiri, lalu puntu liftnya tertutup. Di pencetnya tombol lift lantai paling atas, dimana ruangan Alfy berada.
'Ting
Tidak menunggu lama, lift sudah sampai di lanyai paling atas. Ketika pintu liftnya terbuka, langsung terlihat pintu dengan tulisan CEO.
"Hai Rian ..." sapa Maria dan mengambil jalan mendekati Rian. Rian menoleh dan melihat arah Maria, wajahnya memucat. Ada apa dengannya? Kenapa wajahnya pucat sekali, sepertinya ada yang tidak beres.
"Lebih baik kau pergi dari sini Maria." Rian menghalangi jalannya Maria. 'Kenapa dia mengusirku? Tapi aki bisa menghindar dengan mudahnya.'
"Ada apa? Apa Alfy sedang sibuk dengan perkejaannya" Maria denga lihainya menghindat dari tubuh Rian yanh menjadi seperti pagar pembatas. Di bukanya pintu Bertulisan CEO itu secara perlahan dan _
Yah ... Alfy sedang sibuk, bukan dengan pekerjaannya tetapi sedang sibuk memeluk seseorang di dalam tubuhnya. Bahkan Alfy tidak menyadari pintu ruangannya terbuka.
Maria sungguh tidak menyukau pemandangan ini, ini sangat menjijikan. Kenapa dia memeluk wanita itu? Kenapa wanita itu ada di kantor Alfy?
Kenapa, kenapa dan kenapa? Pertanyaan itu terus muncul di benak Maria.
'Apa apa pernah bilang, bahwa ini pertama kalinya aku melihat Alfy memeluk Yunna dan itu membuat dadaku sakit? Seharusnya tangannya memeluku, bukan memeluk orang lain. Seharusnya aku yang ada di dalam pelukan itu, bukan orang lain. Dan ingat aku adalah orang yang keras kepala, jadi aku akan mendapatkan pelukan itu. Apapun dan bagaimanapun yang harus aku lakukan, akan aku lakukan demi mendapatkan pelukan itu.
__________
Jangan lupa pencet jempol ya, kawan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Anisa
thor kasian napa maria kyk gak punya malu.kyk pecundang banget
2021-03-09
1
Michelle Avantica
ini nih kalo cewek ngebucin sama org yg gak waras kek Alfy 😏
2020-10-02
0
Rhina Pertiwi
mau nangisss.
2020-04-17
0