Maria sibuk tatapnya layar datar dan lebar menayangkan artis-artis Korea Selatan yang sedang beradu akting. Drama Korea. Drama Korea memang terbaik kalau soal cerita romance. Tapi di Indonesia, orang yang suka nonton drama Korea itu masuk kedalam kumpulan anak alay. Biar saja Maria di sebut anak alay dari pada melihat sinetron yang tidak habis episodenya.
Sinetron Indonesia tidak jauh-jauh dari orang jahat yang menindas orang baik. Apa tidak ada ide yang lebih dari itu? Atau karena banyak episode banyak uang? Sudahlah, ia tidak mau berkomemtar yang IYAH-IYAH tentang perfilman di Indonesia.
"Maria! Apa mas Alfy ke kantor?" Maria mencari sumber suara itu, Bu mia datang mendekati Maria sambil membawa piring yang berisikan dua buah apel di atasnya.
Alfy memang tidak ke lihatan hari ini. Ya, walaupun dia memang jarang di rumah. Tapi setahu Maria, Alfy tidak pergi bekerja jadi sudah pasti pria itu ada di rumah. Tapi setahu ku Alfy tidak bekerja, jadi dia pasti ada di rumah.
Yah, benar. Setelah kejadian ciuman tadi pagi, Alfy masuk ke kamarnya dan tidak keluar-keluar lagi.
"Kayanya, enggak bu. Emangnya kenapa?"
Ia juga tidak terlalu yakin dengan jawabannya sendiri, bisa saja Alfy pergi tanpa sepengetahuannya. Yah, memang seperti itulah kelakuan Alfy kalau mau pergi dia langsung pergi tanpa embel-embel bilang kepada orang rumah. Termasuk pada Maria, istrinya.
"Mas Alfy belum makan pagi dan makan siang, padahal sekarang sudah masuk makan malam"
bu Mia sudah duduk di samping Maria dan mengupas kulit apel untuk Nyonya-nya. Sebenarnya kulit apel juga bagus, tapi kalau ada lilin yang melapisi apelnya, bagaimana? Jadi cari jalan yang aman-aman saja.
Benar, seperti apa yang di bilang bu Mia, Alfy belum makan sejak tadi pagi. Origini yang di buatkan bu Miayang di bilang bu Mia, Maria yang memakannya sebab ia yakin mood makan Alfy pasti sudah berubah.
"Ya udah, biar aku lihat di kamarnya dulu." Maria bangkit dari duduknua. Menaiki tangga menuju kamar Alfy.
Tok...tok...tok...
"Alfy!!"
Ketukan perta tidak ada jawaban.
Tok...tok...tok...
"Alfy!!"
Ketukan ke-dua masih tidak ada jawaban. 'apa aku kurang keras mengetuk pintu kamar Alfy, jadi dia tidak dengar?'
TOK...TOK...TOK... Maria mengeraskan tangannya dan mengtok pintu kamar Alfy dengan sangat keras.
"Alfy apa kamu ada di dalam?"
Rasa sakit menyebar di tangannya, Maria terlalu keras memukul pintu Alfy atau pintunya yang ketebalan. Masih tidak ada jawaban, sepertinya dia benar-benar pergi.
Maria memberanikan dirinya masuk ke kamar Alfy, untung saja pintunya tidak di kunci. Begitu pintu terbuka aroma tubuh Alfy berebut masuk ke dalam rongga hidung mancung Maria. 'Ini akan menjadi aroma terfavorite untukku. Mungkin, selamanya.'
Alfy tertidur di kasurnya, wajahnya terlihat pucat dan berkeringat. Apa dia sakit? Lihat bagaimana keringatnya membasahi baju kemeja tadi pagi yang belum di ganti Alfy.
Maria berjalan mendekati Alfy dan membawa tangannya menyentuh dahi Alfy dan Maria bisa merasakan panas di dahi Alfy.
Maria langsung keluar untuk mencari keberadaan bu Mia atau yang lainnya, untuk di mintai tolong ambilkan handuk kecil dan air untuk mengompres Alfy.
Milla berjalan membawa keranjang baju tepat di depan tempatnya berdiri, denhan cepat Maria menghentikan Milla.
"Milla! Tolong bawain handuk kecil dan air di baskom, bawa ke kamarnya Alfy ya!" Milla mengangguk lalu pergi meninggalkan keranjang baju yang di bawanya begitu saja.
Sambil menunggu Milla. Maria membangunkan Alfy untuk mengganti bajunya yang basah dengan kaos hitam polos yang di ambilnya dari closet Alfy.
"Alfy..." seru Maria kecil sambil mengelus pipi mulusnya Alfy.
Merasa tergangu dengan perlakuan Maria, Alfy membuka matanya dan manatap Matia yang terdiam melihat ke matanya.
Tangann Maria bergerak membuka kancing kemeja Alfy. Belum sempat membuka kancing paling atasnya, Alfy sudah menghenykannya dengan menahan tangan kiri Matria.
"Apa yang kau fikir, sedang kau lakukan?" Pertanda penolakkan lagi. Maria harus selalu sadar diri, siapa dirinya saat sedang berdekatan dengan mahkluk tuhan yang satu ini. Maria baru ingat bahwa Alfy tidak ingin ia menyentuhnya sedikitpu.
"Ganti bajumu dulu." Di sodorkan kaos hitam yang di pegangnya ke Alfy.
"Berbalik!" Alfy menyuruh Maria berbalik atau melarang melihat tubuhnya? Maria memutarkan matanya, lalu memutar balikan tempat duduknya.
Sebenarnya Percuma saja Maria berputar balikkan duduknya, karena Maria masih dapat melihat Alfy dari pantulan kaca di depannya.Maria sudah menduga, di balik baju kemeja yangbsedang di gunakannya Alfy menembunyikan enam kotak indah di perutnya. Maria sedikit tergoda untuk menyentuh perutnya. 'Hentikan otak mesum itu.' suara itu lagi, kanapa dia selalu muncul di saat serti ini.
'Kau tahu. Aku bisa saja melihat seluruh tub__' Maria menghentikan pemikirannya yang menjurus ke unsur dewasa, untuk orang dewasa.
Maria tidak tahu Alfy suka berolahraga, Maria tidak pernah melihat Alfy lari pagi atau semacamnya. Mungkin Alfy suka pergi ke gim di waktu luangnya.
Selesai Alfy mengganti pakaiannya, dia kembali membaringkan tubahnya dan kembali memjamkan matanya. Tak lama Milla membawakan pesanan yang Maria minta. Milla menaruhnya di atas nakas samping kasur Alfy dan berlalu pergi.
Maria mencelupkan handuk kecil ke dalam air di baskom, memeras dan menaruh handuknya di kening Alfy. Wanita itu bisa melihat perubahan wajah Alfy yang sedikit terkejut lalu kemudian kembali ke semula.
Maria memperhatikan wajah Alfy yang tertidur, memancarkan ke tenangan walaupun dia sedang dalam keadaan sakit.
Kruuk...
Suara yang keluar dari perut Maria. Ia belum makan dan Alfy juga belum makan. Maria berniat akan masak untuk akan Alfy dan untuk dirinya sendiri tentunya.
Maria berdiri dari duduknya dan pergi ke dapur membuat bubur untuk Alfy dan juga untuk dirinua sendiri.
●°●
Bubur yang di buatkan khusus untuk Alfy sudah jadi. Walaupun bukan Matria sepenuhnya yang membuat bubur itu, karena bu Mia membantunya untuk memasak.
Maria merasa jika membuat makanan apapun tanpa bantuan dari bu Mia, ada sesuatu yang kurang. Padahal ia sudah membuatnya sesuai dengan resep yang ada di buku resep.
Mungkin tangan bu mia yang membuat semua makanan serasa sempurna. Atau jangan-jangan bu Mia menambahkan racikan rahasia yang di warisi keluarga terdahulunya. Maria akan menanyakan tentang hal itu nanti kepada bu Mia, sekarang ia harus fokus mengurusi baby besar yang sedang terkapar lemas di kasurnya yang besar.
"Alfy..." sepelan mungkin Maria coba membangunkan Alfy dengan mengoyangkan badannya. Karena kalau bangunkan Alfy dengan keras mungkin saja macan dalam dirinya akan terbangun dan meperlihat mata tajam yang terlihat sangat kesal.
Tapi tidak ada tanda-tanda Alfy terbangun dari tidurnya. Maria mendekati wajahnya ke telinga Alfy dan membisiki sesuatu.
"Alfy..." tidak ada balasan.
"Alfy..., wake up please! Kamu harus makan dan minum obat. Biar cepat sembuh." Maria merendahkan suaranya, semakin pelan, semakin pelan dan semakin pelan.
"Kau mau apa?" Suara bariton itu membuat Maria yersadar, kalau Alfy sudah menengokkan kepalanya ke arahnya.
Dan membuat wajah Maria dengan jarak yang dekat sekali dengan wajahnya.
'Akhh..' jeritku dalam hati. Mataku tidak bisa berkedip dan Maria merasa pipiku memanas karena melihat bisa melihat wajah Alfy sangat dekat. Belum lagi jantungnya seperti sedang lomba lari maraton, So fast.
Kalau di lihat-lihat Alfy jauh lebih tampan dari sedekat ini. Oh, apa ini yang sering di sebut 'Wajahnya bak dewa Yunani'? Maria tidak terlalu yakin dengan itu. Mana ada dewa Yunani yang wajahnya satampan Alfy, suaminya tercinta. Kanapa ia bilang seperti begitu? Karena Maria belum pernah melihat wajahnya dewa Yunani.
Huuft...
Mata Maria berkedip dengan cepat sebab ada angin yang menabrak matanya secara tiba-tiba. Alfy meniup mata Maria dan membuatnya sadar akan lamunannya.
Maria menjauhkan tubuhnya dari Alfy.
"Aku udah buatin kamu bubur, sekarang kamu makan dulu. Abis itu minum obat. Selesai minum obat baru kamu boleh tidur lagi dan istirahat yang banyak."
Ujar Maria dalam satu tarikan nafas. Sambil menyodorkan rantang makanan yang berisikan bubur dengan pelengkapnya yang terpisah.
Alfy yang mendengar ocehan Maria, membuang nafasnya dengan kasar.
"Saya enggak mau makan!" jawab Alfy dengan melihat bubur yang Maria sodorkan tanpa minat dan mengalihakan pandangan ke arah lain, selain ke arahnya dan bubur yang ke pegangnya.
Terbesit rasa kecewa di hati Maria melihat dan mendengar penolakan yang Alfy berikan, walaupin Alfy tidak pernah mengagap Marka ada di rumahnya tapi dia tidak pernah menolak Maria secara terang-terangan seperti ini.
"Tapi kamu harus makan Alfy, nanti kamu gak sembuh-sembuh." Maria masih keukeh dengan pendiriannya harus sabar menghadapi Alfy. Dia sedang sakit, jadi dia hanya tidak memiliki nafsu untuk makan.
"Gue bilang, gue gak mau makan!" Alfy meninggikan suaranya, membuat Maria kaget dan jantungnya berdetak lebih cepat di tambah lagi ada rasa nyeri yang menyebar di seluruh badan kirinya.
'Kenapa di saat seperti ini? Aku harus kuat, jangan sampai Alfy melihatku seperti tadi malam' ujar Marka dalam hati.
"Setidaknya. Kalo kamu mau selalu bertemu dengan wanita yang ada di bingkai itu, kamu harus sembuh supaya bisa selalu bertemu dengannya."
Alfy terdiam, tidak membalas ucapan Maria. Sebenarnya sejak awal Maria ingin melihat bagaimana reaksi Alfy saat mendengar sesuatu yang menyangkut tentang wanita cantik di bingkai foto yang ada di ruang kerjanya.
Lagi-lagi mata Alfy berlarian, melihat sekeliling kamarnya kecuali ke arah Maria. 'Baguslah Alfy tidak melihat ke arahku, karena aku yakin Alfy akan melihat tanganku yang bergetar.'
'Apa Alfy akan selalu bersikap seperti ini selamanya, kepadaku?'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Tuti Bundanya Aisya
apa jangan2 pacar Alfi dah meninggal ya thour
2021-03-09
0
Michelle Avantica
diih si Alfy ini bikin gregetan juga ya, gw sumpahin loe bakalan bucin sm Maria lho
2020-10-02
1
Radhika Wahyu
suka bnget sama ceritanya lanjutt
2020-06-19
3