Chapter Six

Maria sibuk tatapnya layar datar dan lebar menayangkan artis-artis Korea Selatan yang sedang beradu akting. Drama Korea. Drama Korea memang terbaik kalau soal cerita romance. Tapi di Indonesia, orang yang suka nonton drama Korea itu masuk kedalam kumpulan anak alay. Biar saja Maria di sebut anak alay dari pada melihat sinetron yang tidak habis episodenya.

Sinetron Indonesia tidak jauh-jauh dari orang jahat yang menindas orang baik. Apa tidak ada ide yang lebih dari itu? Atau karena banyak episode banyak uang? Sudahlah, ia tidak mau berkomemtar yang IYAH-IYAH tentang perfilman di Indonesia.

"Maria! Apa mas Alfy ke kantor?" Maria mencari sumber suara itu, Bu mia datang mendekati Maria sambil membawa piring yang berisikan dua buah apel di atasnya.

Alfy memang tidak ke lihatan hari ini. Ya, walaupun dia memang jarang di rumah. Tapi setahu Maria, Alfy tidak pergi bekerja jadi sudah pasti pria itu ada di rumah. Tapi setahu ku Alfy tidak bekerja, jadi dia pasti ada di rumah.

Yah, benar. Setelah kejadian ciuman tadi pagi, Alfy masuk ke kamarnya dan tidak keluar-keluar lagi.

"Kayanya, enggak bu. Emangnya kenapa?"

Ia juga tidak terlalu yakin dengan jawabannya sendiri, bisa saja Alfy pergi tanpa sepengetahuannya. Yah, memang seperti itulah kelakuan Alfy kalau mau pergi dia langsung pergi tanpa embel-embel bilang kepada orang rumah. Termasuk pada Maria, istrinya.

"Mas Alfy belum makan pagi dan makan siang, padahal sekarang sudah masuk makan malam"

bu Mia sudah duduk di samping Maria dan mengupas kulit apel untuk Nyonya-nya. Sebenarnya kulit apel juga bagus, tapi kalau ada lilin yang melapisi apelnya, bagaimana? Jadi cari jalan yang aman-aman saja.

Benar, seperti apa yang di bilang bu Mia, Alfy belum makan sejak tadi pagi. Origini yang di buatkan bu Miayang di bilang bu Mia, Maria yang memakannya sebab ia yakin mood makan Alfy pasti sudah berubah.

"Ya udah, biar aku lihat di kamarnya dulu." Maria bangkit dari duduknua. Menaiki tangga menuju kamar Alfy.

Tok...tok...tok...

"Alfy!!"

Ketukan perta tidak ada jawaban.

Tok...tok...tok...

"Alfy!!"

Ketukan ke-dua masih tidak ada jawaban. 'apa aku kurang keras mengetuk pintu kamar Alfy, jadi dia tidak dengar?'

TOK...TOK...TOK... Maria mengeraskan tangannya dan mengtok pintu kamar Alfy dengan sangat keras.

"Alfy apa kamu ada di dalam?"

Rasa sakit menyebar di tangannya, Maria terlalu keras memukul pintu Alfy atau pintunya yang ketebalan. Masih tidak ada jawaban, sepertinya dia benar-benar pergi.

Maria memberanikan dirinya masuk ke kamar Alfy, untung saja pintunya tidak di kunci. Begitu pintu terbuka aroma tubuh Alfy berebut masuk ke dalam rongga hidung mancung Maria. 'Ini akan menjadi aroma terfavorite untukku. Mungkin, selamanya.'

Alfy tertidur di kasurnya, wajahnya terlihat pucat dan berkeringat. Apa dia sakit? Lihat bagaimana keringatnya membasahi baju kemeja tadi pagi yang belum di ganti Alfy.

Maria berjalan mendekati Alfy dan membawa tangannya menyentuh dahi Alfy dan Maria bisa merasakan panas di dahi Alfy.

Maria langsung keluar untuk mencari keberadaan bu Mia atau yang lainnya, untuk di mintai tolong ambilkan handuk kecil dan air untuk mengompres Alfy.

Milla berjalan membawa keranjang baju tepat di depan tempatnya berdiri, denhan cepat Maria menghentikan Milla.

"Milla! Tolong bawain handuk kecil dan air di baskom, bawa ke kamarnya Alfy ya!" Milla mengangguk lalu pergi meninggalkan keranjang baju yang di bawanya begitu saja.

Sambil menunggu Milla. Maria membangunkan Alfy untuk mengganti bajunya yang basah dengan kaos hitam polos yang di ambilnya dari closet Alfy.

"Alfy..." seru Maria kecil sambil mengelus pipi mulusnya Alfy.

Merasa tergangu dengan perlakuan Maria, Alfy membuka matanya dan manatap Matia yang terdiam melihat ke matanya.

Tangann Maria bergerak membuka kancing kemeja Alfy. Belum sempat membuka kancing paling atasnya, Alfy sudah menghenykannya dengan menahan tangan kiri Matria.

"Apa yang kau fikir, sedang kau lakukan?" Pertanda penolakkan lagi. Maria harus selalu sadar diri, siapa dirinya saat sedang berdekatan dengan mahkluk tuhan yang satu ini. Maria baru ingat bahwa Alfy tidak ingin ia menyentuhnya sedikitpu.

"Ganti bajumu dulu." Di sodorkan kaos hitam yang di pegangnya ke Alfy.

"Berbalik!" Alfy menyuruh Maria berbalik atau melarang melihat tubuhnya? Maria memutarkan matanya, lalu memutar balikan tempat duduknya.

Sebenarnya Percuma saja Maria berputar balikkan duduknya, karena Maria masih dapat melihat Alfy dari pantulan kaca di depannya.Maria sudah menduga, di balik baju kemeja yangbsedang di gunakannya Alfy menembunyikan enam kotak indah di perutnya. Maria sedikit tergoda untuk menyentuh perutnya. 'Hentikan otak mesum itu.' suara itu lagi, kanapa dia selalu muncul di saat serti ini.

'Kau tahu. Aku bisa saja melihat seluruh tub__' Maria menghentikan pemikirannya yang menjurus ke unsur dewasa, untuk orang dewasa.

Maria tidak tahu Alfy suka berolahraga, Maria tidak pernah melihat Alfy lari pagi atau semacamnya. Mungkin Alfy suka pergi ke gim di waktu luangnya.

Selesai Alfy mengganti pakaiannya, dia kembali membaringkan tubahnya dan kembali memjamkan matanya. Tak lama Milla membawakan pesanan yang Maria minta. Milla menaruhnya di atas nakas samping kasur Alfy dan berlalu pergi.

Maria mencelupkan handuk kecil ke dalam air di baskom, memeras dan menaruh handuknya di kening Alfy. Wanita itu bisa melihat perubahan wajah Alfy yang sedikit terkejut lalu kemudian kembali ke semula.

Maria memperhatikan wajah Alfy yang tertidur, memancarkan ke tenangan walaupun dia sedang dalam keadaan sakit.

Kruuk...

Suara yang keluar dari perut Maria. Ia belum makan dan Alfy juga belum makan. Maria berniat akan masak untuk akan Alfy dan untuk dirinya sendiri tentunya.

Maria berdiri dari duduknya dan pergi ke dapur membuat bubur untuk Alfy dan juga untuk dirinua sendiri.

●°●

Bubur yang di buatkan khusus untuk Alfy sudah jadi. Walaupun bukan Matria sepenuhnya yang membuat bubur itu, karena bu Mia membantunya untuk memasak.

Maria merasa jika membuat makanan apapun tanpa bantuan dari bu Mia, ada sesuatu yang kurang. Padahal ia sudah membuatnya sesuai dengan resep yang ada di buku resep.

Mungkin tangan bu mia yang membuat semua makanan serasa sempurna. Atau jangan-jangan bu Mia menambahkan racikan rahasia yang di warisi keluarga terdahulunya. Maria akan menanyakan tentang hal itu nanti kepada bu Mia, sekarang ia harus fokus mengurusi baby besar yang sedang terkapar lemas di kasurnya yang besar.

"Alfy..." sepelan mungkin Maria coba membangunkan Alfy dengan mengoyangkan badannya. Karena kalau bangunkan Alfy dengan keras mungkin saja macan dalam dirinya akan terbangun dan meperlihat mata tajam yang terlihat sangat kesal.

Tapi tidak ada tanda-tanda Alfy terbangun dari tidurnya. Maria mendekati wajahnya ke telinga Alfy dan membisiki sesuatu.

"Alfy..." tidak ada balasan.

"Alfy..., wake up please! Kamu harus makan dan minum obat. Biar cepat sembuh." Maria merendahkan suaranya, semakin pelan, semakin pelan dan semakin pelan.

"Kau mau apa?" Suara bariton itu membuat Maria yersadar, kalau Alfy sudah menengokkan kepalanya ke arahnya.

Dan membuat wajah Maria dengan jarak yang dekat sekali dengan wajahnya.

'Akhh..' jeritku dalam hati. Mataku tidak bisa berkedip dan Maria merasa pipiku memanas karena melihat bisa melihat wajah Alfy sangat dekat. Belum lagi jantungnya seperti sedang lomba lari maraton, So fast.

Kalau di lihat-lihat Alfy jauh lebih tampan dari sedekat ini. Oh, apa ini yang sering di sebut 'Wajahnya bak dewa Yunani'? Maria tidak terlalu yakin dengan itu. Mana ada dewa Yunani yang wajahnya satampan Alfy, suaminya tercinta. Kanapa ia bilang seperti begitu? Karena Maria belum pernah melihat wajahnya dewa Yunani.

Huuft...

Mata Maria berkedip dengan cepat sebab ada angin yang menabrak matanya secara tiba-tiba. Alfy meniup mata Maria dan membuatnya sadar akan lamunannya.

Maria menjauhkan tubuhnya dari Alfy.

"Aku udah buatin kamu bubur, sekarang kamu makan dulu. Abis itu minum obat. Selesai minum obat baru kamu boleh tidur lagi dan istirahat yang banyak."

Ujar Maria dalam satu tarikan nafas. Sambil menyodorkan rantang makanan yang berisikan bubur dengan pelengkapnya yang terpisah.

Alfy yang mendengar ocehan Maria, membuang nafasnya dengan kasar.

"Saya enggak mau makan!" jawab Alfy dengan melihat bubur yang Maria sodorkan tanpa minat dan mengalihakan pandangan ke arah lain, selain ke arahnya dan bubur yang ke pegangnya.

Terbesit rasa kecewa di hati Maria melihat dan mendengar penolakan yang Alfy berikan, walaupin Alfy tidak pernah mengagap Marka ada di rumahnya tapi dia tidak pernah menolak Maria secara terang-terangan seperti ini.

"Tapi kamu harus makan Alfy, nanti kamu gak sembuh-sembuh." Maria masih keukeh dengan pendiriannya harus sabar menghadapi Alfy. Dia sedang sakit, jadi dia hanya tidak memiliki nafsu untuk makan.

"Gue bilang, gue gak mau makan!" Alfy meninggikan suaranya, membuat Maria kaget dan jantungnya berdetak lebih cepat di tambah lagi ada rasa nyeri yang menyebar di seluruh badan kirinya.

'Kenapa di saat seperti ini? Aku harus kuat, jangan sampai Alfy melihatku seperti tadi malam' ujar Marka dalam hati.

"Setidaknya. Kalo kamu mau selalu bertemu dengan wanita yang ada di bingkai itu, kamu harus sembuh supaya bisa selalu bertemu dengannya."

Alfy terdiam, tidak membalas ucapan Maria. Sebenarnya sejak awal Maria ingin melihat bagaimana reaksi Alfy saat mendengar sesuatu yang menyangkut tentang wanita cantik di bingkai foto yang ada di ruang kerjanya.

Lagi-lagi mata Alfy berlarian, melihat sekeliling kamarnya kecuali ke arah Maria. 'Baguslah Alfy tidak melihat ke arahku, karena aku yakin Alfy akan melihat tanganku yang bergetar.'

'Apa Alfy akan selalu bersikap seperti ini selamanya, kepadaku?'

Terpopuler

Comments

Tuti Bundanya Aisya

Tuti Bundanya Aisya

apa jangan2 pacar Alfi dah meninggal ya thour

2021-03-09

0

Michelle Avantica

Michelle Avantica

diih si Alfy ini bikin gregetan juga ya, gw sumpahin loe bakalan bucin sm Maria lho

2020-10-02

1

Radhika Wahyu

Radhika Wahyu

suka bnget sama ceritanya lanjutt

2020-06-19

3

lihat semua
Episodes
1 Chapter One
2 Chapter Two
3 Chapter Three
4 Chapter Four
5 Chapter Five
6 Chapter Six
7 Chapter Seven
8 Chapter Eight
9 Chapter Nine
10 Chapter Ten
11 Chapter Eleven
12 Chapter Twelve
13 Chapter Thirteen
14 Chapter Fourteen
15 Chapter Fifteen
16 Chapter Sixteen
17 Chapter Seventeen
18 Chapter Eighteen
19 Chapter Nineteen
20 Chapter Twenty
21 Chapter Twenty One
22 Chapter Twenty Two
23 Chapter Twenty Three
24 Chapter Twenty Four
25 Chapter Twenty Five
26 Chapter Twenty Six
27 Chapter Twenty Seven
28 Chapter Twenty Eight
29 Chapter Twenty Nine
30 Chapter Thirty
31 Chapter Thirty One
32 Chapter Thirty Two
33 Chapter Thirty Three
34 Chapter Thirty Four
35 Chaprer Thirty Five
36 Chapter Thirty Six
37 Chapter Thirty Seven
38 Chapter Thirty Eight
39 Chapter Thirty Nine
40 Chapter Fourty
41 Chapter Fourty One
42 Chapter Fourty Two
43 Chapter Fourty Three
44 Chapter Fourty Four
45 Chapter Fourty Five
46 Chapter Fourty Six
47 Chapter Fourty Seven
48 Chapter Fourty Eight
49 Chapter Fourty Nine
50 Chapter Fifty
51 Chapter Fifty One
52 Chapter Fifty Two
53 Chapter Fifty Three
54 Chapter Fifty Four
55 Chapter Fifty Five
56 Chapter Fifty Six
57 Chapter Fifty Seven
58 Chapter Fifty Eight
59 Chapter Fifty Nine
60 Chapter Sixty
61 Chapter Sixty One
62 Chapter Sixty Two
63 Chapter Sixty Three
64 Chapter Sixty Four
65 Chapter Sixty Five
66 Chapter Sixty Six
67 Chapter Sixty Seven
68 Chapter Sixty Eight
69 Chapter 68.5
70 Chapter Sixty Nine
71 Chapter Seventy
72 Chapter Seventy One
73 Chapter Seventy Two
74 Dear Pembacaku
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Chapter One
2
Chapter Two
3
Chapter Three
4
Chapter Four
5
Chapter Five
6
Chapter Six
7
Chapter Seven
8
Chapter Eight
9
Chapter Nine
10
Chapter Ten
11
Chapter Eleven
12
Chapter Twelve
13
Chapter Thirteen
14
Chapter Fourteen
15
Chapter Fifteen
16
Chapter Sixteen
17
Chapter Seventeen
18
Chapter Eighteen
19
Chapter Nineteen
20
Chapter Twenty
21
Chapter Twenty One
22
Chapter Twenty Two
23
Chapter Twenty Three
24
Chapter Twenty Four
25
Chapter Twenty Five
26
Chapter Twenty Six
27
Chapter Twenty Seven
28
Chapter Twenty Eight
29
Chapter Twenty Nine
30
Chapter Thirty
31
Chapter Thirty One
32
Chapter Thirty Two
33
Chapter Thirty Three
34
Chapter Thirty Four
35
Chaprer Thirty Five
36
Chapter Thirty Six
37
Chapter Thirty Seven
38
Chapter Thirty Eight
39
Chapter Thirty Nine
40
Chapter Fourty
41
Chapter Fourty One
42
Chapter Fourty Two
43
Chapter Fourty Three
44
Chapter Fourty Four
45
Chapter Fourty Five
46
Chapter Fourty Six
47
Chapter Fourty Seven
48
Chapter Fourty Eight
49
Chapter Fourty Nine
50
Chapter Fifty
51
Chapter Fifty One
52
Chapter Fifty Two
53
Chapter Fifty Three
54
Chapter Fifty Four
55
Chapter Fifty Five
56
Chapter Fifty Six
57
Chapter Fifty Seven
58
Chapter Fifty Eight
59
Chapter Fifty Nine
60
Chapter Sixty
61
Chapter Sixty One
62
Chapter Sixty Two
63
Chapter Sixty Three
64
Chapter Sixty Four
65
Chapter Sixty Five
66
Chapter Sixty Six
67
Chapter Sixty Seven
68
Chapter Sixty Eight
69
Chapter 68.5
70
Chapter Sixty Nine
71
Chapter Seventy
72
Chapter Seventy One
73
Chapter Seventy Two
74
Dear Pembacaku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!