Rasa sakit di dadaku sudah berkurang dan kesadaranku pun mulai kembali. Aku membuka mataku dan melihat ke arah ruangan yang sangatku kenal.
Ya, kamarku. Mau kamar siapa lagi?
Kamar Alfy? Itu mustahil, Alfy saja menyuruhku agar tidak masuk ke kamarnya.
"Nyonya sudah sadar?" Aku tidak tahu Milla berada di depanku dengan wajah cemasnya, dan itu membuat wajah terlihat menggemaskan.
"Yah, saya sudah sadar. Bagaimana Alfy? Apa dia sudah makan dan meminum obatnya?" Milla menjawabku dengan anggukan. Syukurlah kalau suamiku ingin makan dan minum obat, itu sudah membuat sakit di dadaku berkurang.
Aku penasaran seperti apa wajahnya saat makan masakanku. Dia akan memujiku atau malah memarahi bukan urusanku yang penting dia makan dan minum obat, itu cukup.
Obat! Aku teringat obat yang di pegang Milla, sebelumku pingsan. Dari mana dia medapatkan obat itu? Jangan-jangan aku teledor menaruhnya.
"Apa ini benar milik nyonya?" Milla menujukan botol obat putih polos. Yes, that's mine.
"Dimana kamu dapat obat itu?" Tanyaku sambil mengambil botol obat yang di genggamnya.
Aku tidak pernah teledor saat manaruh benda ini, benda yang bisa membuatku tenang dan tidak merasa kesakitan yang berlebihan.
Obat berwarna putih lonjong ini hanya boleh di beli dengan surat keterangan dokter, jadi tidak sembarangan orang yang bisa membeli obat ini.
"Waktu saya ke kamarnya tuan Alfy, saya melihat ada botol obat itu. Setahu saya tuan Alfy tidak memiliki sakit apapun dan melihat wajah nyonya yang pucat, saya berfikir obat itu milik nyonya." ya, aku ingat tadi malam, tiba-tiba saja dadaku sakit tanpa sebab. Karena itu aku minum obat dan botol obatnya ketinggalan di kamar Alfy
"Apa Alfy lihat botol ini?"
"Sepertinya tidak nyonya, tuan Alfy sedang melamun ketika saya masuk ke dalan kamar tuan Alfy untuk memeriksanya." untung saja Alfy tidak menyadari botol obatku di kamarnya.
"Nyonya, tangan nyonya berdarah," Milla mengambil tangan kananku, lalu membalut lukaku dengan perban. Aku tidak tahu dari mana luka ini berasal. Aku sangat kalap akan sakit di dadaku, hingga aku tidak menyadari kalau tanganku terluka.
Lukanya memang tidak terlalu besar, tapi banyak darah yang keluar. Bahkan sampai menembus perbannya dengan cepat, sepertinya lukaku dalam Tapi aku tidak merasa sakit.
"Nyonya. Darahnya tidak berhenti, kayanya luka nyonya sangat dalam. Apa nyonya mau saya panggilin dokter?" Milla memberi saran.
Saran yang di berika Milla memang tidak buruk, akan tetapi bagaimana nanti kalau Alfy tahu. Semua orang di rumah ini akan tahu penyakit yang ku derita.
Alfy memang sedang tidur, bagaimana nanti dia terbangun dan melihat ada dokter di rumahnya. Dia pasti akan marah sekali.
Maria tahu, Alfy tidak suka dengan sesuatu yang berbau rumah sakit, apalagi dokter.
Jadi, saran yang di berikan Milla, tidak baik untuk saat ini.
"Enggak usah. Kamu ambilin waslap sama es batu ya, Mil?" Milla mengangguk, pergi mengambil barang yangku minta.
Mamih yang pernah memberitahuku, saat luka banyak sekali mengeluarkan darah, jalan pintasnya dengan mengompres lukanya dengan es.
Mamih memang seseorang yang sangat hebat. Mamih bukan seorang dokter tapi mamih bisa menyembuhkan luka.
Mamih bukan seorang hero tapi mamih selalu bisa menolongku, saat butuh pertolongan.
Aku ingin menjadi sepertu mamih.
Bagiku mamih adalah malaikat yang menyamar menjadi manusia untuk melindungiku dari setiap iblis yang ingin menyakitiku.
Sekarang, sosok angel itu sudah kembali kepada pemiliknya. Mungkin tuhan terlalu mencitai my angel, sehingga dia mengabil mamih begitu dengan begitu cepat.
Aku juga yakin mamih sangat bahagia berada di samping sang maha kuasa.
●°●
Ku lepas perban yang menutupi lukaku, Alfy akan curiga kalau tanganku di perban. Lagi pula darahnya sudah berhenti, hanya menyisakan bekas luka.
Alfy sudah terduduk dengan makanan di depannya, dia sudah rapih dengan pakaian formalnya.
"Pagi ... Alfy! Kamu udah mau berangkat kerja? Emang kamu udah gak pusing?" tanyaku sambil mendekatkan tangan kananku ke keningnya. Tapi belum sampai di keningnya, tanganku sudah di tangkis dengan tangan besarnya dan tanganku terkena meja.
Awhh...
Kenapa rasa sakit di lenganku baru kerasanya sekarang? Aku tidak berani melihat ke arah lenganku, Alfy akan curiga dengan hal itu. Jadi aku hanya memberikan senyum mendapat perlakuannya.
Dan aku rasa luka di tanganku terbuka lagi, karena aku merasa ada yang mengalir di leganku.
Alfy langsung berdiri dari duduknya, makanannyapun di tinggal tanpa di habiskan. Aku merasa, akhir-akhir ini dia sangat sering memperlihatkan ke tidak sukaannya terhadapku.
Alfy langsung masuk ke dalam mobil, karena pak Retno sudah membukakannya pintu. Tanpa menoleh ke arahku.
Mungkin dia sedang sibuk dengan pekerjaannya, jadi moodnya menurun. Dia sangat menyemaramkan, dengan mata yang mengisayaratkan agar aku jauh-jauh darinya.
'Bagus Alfy. Jangan menoleh ke arahku di saat kau tidak menginginkannya dan menolehlah ke arahku saat kau menginginkannya. Karena aku akan selalu berusaha untuk ada di tempatku, saat kau ingin menoleh ke arahku'
'Aku akan menunggumu Alfy' ujarku dalam hati, aku dan Alfy sudah terikat dengan janji pernikahan. Jadi sebisa mungkin, aku akan mencoba memepertahankan pernikahan ini.
Aku sangat bahagia bisa menikah dengan Alfy, apalagi kalau aku bisa mamiliki Alfy sepenunya. Alfy, merupakan harta karun yang di cari seluruh wanita di dunia ini dan aku bangga bisa medapatkannya status istri dari Alfy.
"Nyonya! Tangan nyonya berdarah lagi." Suara Milla menyadarkanku bahwa mobil yang di naiki Alfy sudah pergi dari beberapa saat lalu.
Aku duduk di kursi sebelah kursi yang biasanya Alfy gunakan dan aku baru menyadari, selama tiga bulan menikah dengan Alfy, aku belum pernah duduk berdua sambil berbincang-bincang lama membicarakan suatu hal. Alfy selalu menghindariku, saat aku mencoba untuk mendekatinya.
Milla mengambil kotak P3K dan langsung membalut lukaku dengan perban putih.
Rasa sakit di lengan, tidak ada artinya saat rasa sakit di dadaku kembali muncul.
Setiap hentakan dari Alfy, selalu memiliki dampak bagi tubuhku.
"Ria ... handphone kamu bunyi tuh." suara bu mia membuatku tersadar, Milla sudah selesai memperban lenganku dan sekarang di ganti dengan keberadaan bu Mia di sampingku.
__Mamah__ nama mamah yang muncul di layar handphoneku.
"Hallo mah," sapaku duluan, aku tidak ingin membuat mertuaku curiga dengan ke diamanku.
'Hallo sayang, bagaimana kabar kamu sayang?' Mamah memang orang yang sangat baik dan memiliki tutur bahasa yang lembut.
"Baik kok mah, Alfy yang lagi sakit mah. Kalo mamah bagaimana?" Aku penasaran bagaimana reaksi mamah mendengar anaknya sakit. Aku memang menantu yang tidak berguna.
'Mamah baik. Alfy sakit? Ternyata anak itu bisa sakit juga. Hehehe.' aku mendengar suara kekehan mamah, sidikit membuat moodku berubah.
Aku akan menjaga sebaik-baiknya yangku milik sekarang. Sesuatu yang berharga dan tidak ada satu orangpun yang bisa menggantikan, yangku miliki sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Ande Pesik
thor jgn bikin maria kyk org bodoh krn bucin ah
2021-04-17
0
Nazma
bikin alfi jaut cinta sama maria thor
2020-02-22
1
Adek Ayak
bodoh ny maria ak jd gemess
2019-10-01
5