Bab 6

Mata Vita dengan lincah mengikuti tokoh yang mondar-mandir di layar laptop-nya. Membayar hutang tidak nonton drama semalam karena sudah terlalu mengantuk gara-gara bersepeda di siang bolong. Ia juga sudah mencuci piring dan mengerjakan tugasnya, jadi ibunya tak punya alasan untuk mengomelinya yang terus menonton.

Vita mengabaikan suara pintu kamarnya yang terbuka. Ia tahu bahwa itu ibunya, karena adiknya masih tidur dan akan terjaga pukul setengah lima nanti. Ia menduga ibunya akan menyuruhnya untuk mencuci piring. Ibunya pasti tak tahu jika ia sudah menyelesaikan pekerjaan itu.

“Ini vitamin kamu. Mama taruh di meja,” ibu Vita, Helena, bersuara, kemudian pintu kembali tertutup.     

Ah, ia salah menduga. Segera ia menghentikan film yang sedang terputar dan menoleh ke belakang. Namun sudah terlambat, ibunya sudah pergi. Vita berdehem, “Makasih, Ma!” serunya.

Vita menarik laci yang ada di sisi kiri meja belajarnya. Diambilnya tabung kecil bening yang masih penuh berisi vitamin. Sebenarnya sudah cukup lama ia tak meminum vitamin tambahannya lagi. Ia hanya tak pernah mengatakan pada orang tuanya. Bayangkan jika ia mengatakannya, apa yang akan ayahnya lakukan?

Bagi anak yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah, vitamin tambahan sangatlah penting. Tapi ia sudah merasa sangat bosan meminumnya. Dari masih kecil ia sudah meminum vitamin itu. Menyedihkan sekali. Lagi pula sudah cukup lama sejak ia terakhir kali sakit. Sekitar lima atau enam bulan yang lalu. Selama itu juga ia tak pernah datang ke rumah sakit. Anggap saja itu pertanda ia tak harus meminum vitaminnya lagi.                                

Beranjak Vita dari duduknya dengan tangan menggenggam tabung vitamin. Dengan langkah biasa, ia menuju kamar mandi yang ada di kamarnya.

Vita berdiri di depan kloset yang terbuka. Ia mendengus, “Ah, sayangnya.” Kemudian ia membuka tutup tabung vitaminnya dan menuangkannya ke dalam kloset.

Dan kapsul-kapsul itu berputar lalu lenyap dari pandangan. Terbuang begitu saja.

***

Rafka menguap lebar sekali ketika akan memasuki kelas yang sudah ramai. Ia melirik arloji yang melingkari pergelangan tangannya. Ia pikir sekarang seharusnya sudah masuk jam pelajaran pertama. Lalu ke mana guru yang seharusnya mengajar di kelasnya pagi ini? Dan, ya, apa pelajaran hari ini?

Lagian ini hari apa, ya?

Dengan santainya Rafka bersandar di kusen pintu. Ia memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celananya dan menarik keluar dua buah permen karet. Satu per satu di masukkannya permen itu ke mulut, menyisakan bungkus kosong di tangannya. Ia menunduk, mendapati lantai masih bersih. Tanpa berpikir lagi ia langsung memasukkan sampahnya ke dalam kantung kembali.

Sembari mengunyah-ngunyah permen karetnya, Rafka menoleh ke kanan dan ke kiri. Matanya tanpa sengaja menemukan sosok menarik di pagi hari yang sangat membosankan dan membuatnya bertambah mengantuk ini. Ia berbalik dan bertanya pada gadis yang duduk paling dekat dengan posisinya berdiri saat ini. “Hari apa sekarang, ya, Dan?” tanya Rafka, menjaga pandang pada Vita.

“Rabu,” jawab Dania sambil lalu. Ia tengah sibuk dengan berbagai macam rumus yang berserakkan di depan matanya.

Ah, Rabu ternyata. Berarti sudah sekitar dua minggu Vita Anastasya bersekolah di sini.

“Ke mana Pak Somad? Belum masuk?” Rafka ingat jika jam pelajaran pertama hari Rabu itu adalah Biologi, dan yang mengajar adalah Pak Somad. Untunglah ia membawa semua buku tulisnya, guru Biologi itu ‘kan sedikit menyebalkan.

Semua guru menyebalkan, sebetulnya.

“Belum.”

“Sampai kapan lo mau melototin, tuh buku, Dan?” tanya Rafka pada Dania. Sekarang ia sudah sepenuhnya mengalihkan perhatiannya dari Vita. “Sampe kepala lo berasap?”

Dania mendelik pada Rafka. Dan Rafka langsung berlalu dipandangi seperti itu.

Rafka melangkah menuju Vita. Gadis itu, jika ia tak salah duga, sedang memandangi tempat duduknya. Dengan perlahan Rafka mendekati Vita. Ia menggelembungkan permen karet di mulutnya hingga sangat besar. Kemudian ia sedikit menunduk di sisi Vita.

Tluk! Gelembung yang keluar dari mulut Rafka meletus dan membuat Vita menoleh dengan cepat.

“Rafka!”

Setelah membersihkan permen di sekitar mulutnya, Rafka tersenyum lebar. Ia menyadari jika wajah Vita sedikit terkejut. Gadis itu bahkan menarik napas panjang. Untuk sejenak Rafka jadi terpikir bagaimana jika Vita memiliki penyakit jantung. Matilah dia!

Rafka menunggu beberapa waktu untuk memastikan Vita akan berteriak atau tidak. Gadis lain yang di kenalnya akan berteriak sebagai respon kesalnya, tapi ia tak tahu bagaimana dengan Vita. Meskipun sebetulnya ia sama sekali tak terlihat seperti semua gadis yang di kenalnya.

Rafka menarik kursi kosong terdekat untuk didudukinya. Ia melirik Vita sekejap, lalu kembali bermain-main dengan kunyahannya. Sedangkan Vita sudah menarik buku sejangkauan tangannya dan mulai membenamkan pikirannya.

Sekali lagi Rafka melirik Vita. Bukan lagi sekejap, namun jauh lebih lama. Ketika ia memundurkan sedikit kursinya pun ia tak mengalihkan pandangannya. Jadi, ia tahu jika Vita meliriknya walau nyaris tak kentara.

Rafka melipat kedua tangannya di atas meja, dan menumpangkan dagu di atas punggung tangannya. Tanpa di sadarinya, jari telunjuknya bergerak menandai setiap detik yang berlalu. Ia tak benar-benar tahu kenapa ia melakukan hal ini. Entah hanya karena ingin mengganggu Vita, atau yang lainnya. Ia sama sekali tak punya gambaran.

“Aku sekarang mau pakek ‘aku-kamu’.”

“Mm. Lumayan lama, ya, mutusinnya.”

Lengkungan yang indah terbentuk di bibir Rafka saat sesuatu terlintas di pikirannya. Ia tahu hal yang akan membuat Vita salah tingkah. Itu pasti. Sebab Vita bukan gadis agersif yang menunjukkan ketertarikkannya secara langsung.

“Cha?” panggil Rafka pelan.

“Mm.”

Gigi putih Rafka nampak berjajar rapi saat senyumannya terkembang semakin lebar. “Kamu tadi ngeliatian apa?”

Sejenak Vita terdiam. Rafka kira gadis itu sedang berpikir apa yang di maksudkannya. Tiga detik kemudian Vita nampak tak nyaman, lalu menyebut, “Atom,” dengan cepat.

Tawa Rafka tak dapat ditaguhkan saat mendengar jawaban Vita. Siapa lagi yang akan memberikan memberikan jawaban aneh seperti itu? Hanya Vita Anastasya.

“Wah, you are so genius, girl!”

***

Terpopuler

Comments

yul,🙋🍌💥💥💥

yul,🙋🍌💥💥💥

😀😀😀😀😀

2021-04-14

1

Yovi Aniziah

Yovi Aniziah

😂😂😂😂😂

2021-01-13

1

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

❤️❤️❤️

2020-12-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!