Sore itu gerimis kembali turun. Ricky berlari ke arah mobilnya sambil memegang map untuk menutupi kepalanya.
Setelah masuk ke dalam mobil dan memasang safebelt. Retha mengetuk kaca mobilnya.
"Beb numpang dong. Papa belum jemput aku loh Mana hujan lagi Beb." pinta Retha dari luar
Ricky berdecak. Seolah tak ada pilihan. Ricky membuka kunci pintu mobilnya. Retha pun masuk dari sisi kiri mobil.
"Makasih ya beb." ujar Retha
Ricky tak merespon dan fokus memutar mobilnya. Mobil itu berjalan pelan menuju halaman depan kampus. Baru ketika sampai di depan pagar kampus, ponsel Ricky kembali berbunyi. ~ Sekretaris Papa
"Halo Pak Herman. Ada apa lagi?" tanya Ricky dengan perasaan tak enak
"Saya minta Mas Ricky segera ke kantor sekarang ya." Pak Herman berbicara di ujung telepon
"Apa yang terjadi Pak?"
"Para investor menarik semua sahamnya sekarang juga Pak."
"Ya Tuhan." Keluh Ricky "Oke Pak saya kesana."
"Ada apa Beb?" tanya Retha
"Investor perusahaan papa mencabut sahamnya." ujar Ricky
"Ya ampun. Yang sabar ya kamu Beb. Kita ke kantor sekarang. Lalu kita cari solusinya sama-sama ya." ucap Retha berpura sedih padahal dalam hatinya "Akhirnya papa bertindak juga."
Hanya 15 menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke kantor papanya. Ricky segera melepas safebeltnya. Membuka pintu dan berlari ke arah kantor.
Retha pun mengikuti Ricky dengan senyum mengembang di bibirnya.
"Pak Herman. Apa semua investor ada disini?" tanya Ricky begitu melihat Pak Herman yang berdiri di depan ruang Direksi.
"Tidak ada satupun yang berada disini Mas Ricky. Di dalam Ketua Dewan Direksi sedang berbicara dengan salah satu investor terbesar di negara ini. Kita tunggu saja hasilnya nanti." ujar Pak Herman
"Siapa investor terbesarnya Pak?" sela Retha tiba-tiba
"Namanya Pak Andrian. Dari AR Corp." balas Pak Herman
Retha pun tersenyum. "Ternyata papa bergerak secepat ini." batinnya
Ricky duduk di ruang tunggu dengan lesu. Tampak muram wajahnya tanpa sedikitpun senyum.
"Mas Ricky, Ketua Dewan ingin Mas Ricky masuk ke dalam." pinta Pak Herman
Ricky melangkah gontai ke ruang direksi. Retha yang hendak masuk, dihentikan oleh Pak Herman.
"Lebih baik Mbak Retha disini saja. Agar kerja sama bisa selesai dengan baik." ujar Pak Herman sambil mengedipkan sebelah matanya.
Retha yang mengerti pun kembali duduk di ruang tunggu.
"Silahkan duduk Mas Ricky." ujar Ketua Dewan
"Wijaya Advertising berada dalam ambang kebangkrutan. Jadi sebagai ketua dewan tanpa menurunkan rasa hormat saya kepada Mas Ricky selaku pemilik dari perusahaan ini harus mengambil sebuah keputusan." sambungnya
"Jadi Bapak bekerja sama dengan Pak Andrian begitu?" tanya Ricky
"Benar Mas Ricky." ujar Ketua Dewan
"Lalu apa itu berarti Pak Andrian berhak mengakuisisi perusahaan papa?" tanyanya lagi
"Tentu saja tidak Mas Ricky. Mas Rickylah penentu perusahaan ini mau diarahkan seperti apa. Tetapi AR Corp, memberikan dana penuh untuk membangun kembali perusahaan Mas Ricky." terang ketua dewan
"Lalu apa yang akan didapatkan AR Corp dengan adanya kerjasama ini. Seperti yang kita tahu. Untuk memulai kembali sebuah bisnis diperlukan dana yang cukup besar. Tidak mungkin kan Pak Andrian membantu perusahaan ini secara cuma-cuma?" tegas Ricky
"Begini Nak Ricky. Dalam bekerja sama kedua belah pihak harus saling menguntungkan. Saya punya bisnis properti yang sangat besar. Penting bagi saya untuk mensupport penjualan saya dengan media pengiklanan yang bagus. Untuk itulah saya memilih perusahaan ini dan memutuskan untuk menanamkan modal disini." Jelas Pak Andrian
"Lalu bagaimana dengan Profit Loss perusahaan? Apakah akan dibagi secara rata?" tanya Ricky lagi
"Keuntungan perusahaan akan dibagi dua secara adil Mas Ricky. Itupun jika Mas Ricky bersedia memenuhi permintaan dari Pak Andrian." Ucap ketua dewan
"Permintaan?" tanya Ricky
"Benar. Dalam mengajukan kerjasama ini, Pak Andrian mengajukan sebuah syarat. Untuk memastikan kerjasama ini berjalan sesuai perjanjian maka Mas Ricky dan Pak Andrian harus terhubung secara kekeluargaan." lanjut ketua dewan
"Tunggu. Maksudnya.." sergah Ricky
"Maksudnya Nak Ricky akan menikah dengan Retha anak saya." Ujar Pak Andrian
DEG.. Bagaikan disambar petir di siang bolong. Ricky benar-benar terkejut dengan syarat yang diajukan Pak Andrian. Matanya mengerjap dan kepalanya tertunduk. Sesak begitu terasa di dadanya.
Ricky, hanyalah pemuda biasa. Bagaimana dia harus menanggung beban sebanyak ini. Hidup sebatang kara, dengan tekanan hidup yang bertubi-tubi. Tak terasa bulir air jatuh dari kedua matanya.
"Keputusan harus segera diambil Mas Ricky. Semakin kita menunda maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan ini akan tutup." ujar ketua dewan
"Tidak adakah jalan penyelesaian yang lainnya Pak Ketua?" tanya Ricky pelan
"Ini jalan yang terbaik Mas Ricky. Keputusan ini minim resiko untuk kita yang memiliki waktu terbatas. Mas Ricky tahu kan? Dalam seminggu jika kita tidak bisa mengembalikan harga saham maka semua investor akan menarik paksa uang mereka." terang Ketua Dewan
Ricky tertunduk lagi. "Tidak bisakah kita mencoba bekerja sama dengan Blues Advertising atau perusahaan lain yang mau mengakuisisi kantor ini untuk sementara?"
"Tidak ada waktu Mas Ricky. Lagipula perusahaan yang diakuisisi hanya akan menjadi perusahaan boneka yang diatur sepenuhnya oleh perusahaan kreditor." ujar Ketua Dewan
"Apa yang membuatmu tampak sulit Nak Ricky? Ini kan permintaan mudah?" ujar Pak Andrian
"Saya tidak mencintai anak bapak." gumam Ricky
Kedua orang laki-laki di hadapannya menatap tajam ke arah Ricky.
"Bagaimana saya bisa menikah dengan perempuan yang tidak saya cintai?" tanya Ricky pasrah
"Nak, cinta akan tumbuh seiring waktu. Lagipula kalian sudah sering terlihat bersama. Kalian begitu serasi dan kompak. Saya yakin tidak butuh waktu lama, kalian akan saling mencintai." ujar Pak Andrian
"Pikirkan masa depan Wijaya Mas Ricky. Jangan terlaku egois memikirkan perasaan Mas saja. Ada lebih dari 40 orang yang bekerja disini akan dipastikan menganggur jika Mas Ricky menolak. Begitu pula dengan kerja keras Pak Wijaya selama ini akan sia-sia."
Sejenak Ricky merasa dilema. Hatinya terasa gamang. Di sisi lain dia tidak ingin menikah dengan Retha karena selain tidak mencintainya, Ricky juga tidak cocok dengan karakternya. Selain itu, hatinya mulai mencintai Chintya.
Perasaannya kalut. Dia tidak tahu apa yang sebaiknya dikorbankan. Jika dia mengorbankan perusahaannya maka akan banyak orang yang merasakan kesedihan itu. Tapi jika dia mengorbankan perasaannya maka dia tidak tahu akan menjadi apa dirinya nanti di masa depan. Dan bagaimana hubungannya dengan Retha akan berhasil. Lalu bagaimana dengan perasaan Chintya yang pasti akan sangat kehilangan sahabat seperti dirinya.
Ricky kembali meneteskan air mata. Setelah cukup lama berpikir, Ricky berkata dengan berat "Baiklah. Saya bersedia memenuhi permintaan Bapak."
Kedua orang di depannya merasa bahagia. Mereka segera menandatangani berkas kerja yang sudah di putuskan.
Sementara di luar ruangan Retha melompat kegirangan. "Akhirnya kamu jadi milikku seutuhnya Ric."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments