Debaran Aneh

Ricky membuka matanya. Cahaya matahari menelisik melalui tirai jendela telah mengusik tidurnya. Di sebelahnya seorang laki-laki masih mendengkur keras.

Ricky yang belum sadar benar memeluk tubuh Firman sambil meracau.

"Papa, tolong Ricky pa. To.. Long."

Firman tak bergeming.

"Papa, Ricky hampir kehilangan semuanya. Papa pergi, mama pergi, dan perusahaan bangkrut. Sebentar lagi anakmu ini akan sangat menyedihkan."

Ricky memeluk tubuh Firman yang memunggunginya. Firman yang merasa aneh pun terbangun.

"Gila kamu Ric. Peluk-peluk." Firman menepis tangan Ricky dan menutup kedua dadanya dengan tangan

Ricky pun berusaha membuka matanya.

"Sadar Ric. Ini aku Firman bukan gadis yang kamu ciumi semalam." teriak Firman

Ricky masih belum membuka mata sepenuhnya.

Plak.. Tangan kanan Firman sukses mendarat di pipi Ricky.

"Aww sakit." keluh Ricky yang seketika terbangun

"Akhirnya sadar juga kamu. Hampir saja terjadi sesuatu diantara kita." tukas Firman sambil mengedipkan sebelah matanya

"Gila kamu! Main tampar aja. Sakit nih!" gerutu Ricky

"Kamu yang gila mentang-mentang mabuk terus kamu bisa meluk aku seenaknya. Harga diri Rick. Aku masih normal. Orisinil semua!" protes Firman

"Siapa juga yang meluk kamu? Najis." balas Eicky sembari bangkit dari kasurnya.

Ricky berjalan menuju ke kamar mandi.

"Jelas-jelas dia yang nyosor. Masih aja ngeles. Tahu gitu semalam aku tinggal di cafe. Biar tepar sampai pagi." gerutu Firman

Shower itu mengguyur kepala Ricky. Air dingin yang mengaliri tubuhnya membuat otaknya sedikit rileks. Ricky memejamkan matanya sejenak. Berusaha menetralkan pikirannya.

'Aku mencintaimu Chintya.'

Kalimat itu terlintas begitu saja. Berulang-ulang seperti radio rusak. Ricky pun tergagap.

"Jadi semalam aku benar-benar mencium Chintya?" tanyanya pada diri sendiri

"Aduh, bego. Kenapa juga aku pakai acara mabuk segala? Pasti hari ini, Chintya menghindariku karena malu. Bodoh bodoh bodoh!" Runtuknya

Ricky mematikan shower dan mengambil handuk yang ada di gantungan. Sekelebat bayangan ciuman semalam kembali teringat. Bibir itu. Kehangatan itu. Meski dalam kondisi mabuk, Ricky masih bisa merasakan manisnya bibir sahabatnya itu.

"Gila! Aku pasti sudah gila! Aaaargh sial!" ucapnya kesal

Ricky pun keluar kamar mandi dengan berbalut handuk. Dia mengambil sehelai kaos berwarna mustard dan jeans sobek berwarna hitam.

Firman yang masih berkutat dengan ponselnya pun terkejut karena bentakan Ricky.

"Fir keluar aku mau ganti baju!" ucap Ricky ketus

"Sebentar Rick, nanggung." balas Firman sambil terus memainkan gamenya.

"Sudah sana keluar." usir Ricky

"Iyaaaa.. Gimana rasanya dapat first kiss." bisik Firman sambil berjingkat keluar kamar

"Sialan. Awas kamu!" ancam Ricky

Firman pun tergelak. Dia memang salah satu sahabat yang menyebalkan.

Ricky pun mengajak Firman sarapan bersama. Dua buah sandwich dengan telur setengah matang tersaji di meja makan.

Ricky meyesap kopi pahit yang masih mengeluarkan asap.

"Rick, hidupmu indah banget ya! Di kelilingi cewek-cewek cantik." Seloroh Firman

Ricky tak bergeming dan melanjutkan makannya.

"Semalam pacarmu atau simpananmu?" Goda Firman

Seketika mata Ricky menajam. Dilemparnya Firman dengan gumpalan tissue.

"Atau itu wanita yang biasa nemeni kamu minum ya? Makanya dia berkeliaran di sekitar bar." Ucap Firman lagi

"Bisa diam gak?" Balas Ricky ketus

"Gini aja deh Ric. Daripada kamu punya dua cewek. Kan gak mungkin kamu nikahi keduanya. Mendingan satunya buat aku aja." Lanjut Firman.

Ricky pun bergegas berdiri menghampiri Firman. Dengan kesal dijejalkan potongan sandwich Ricky ke mulut Firman.

"Nih, Biar gak ngasal kalau ngomong." Ricky pun berlalu

Sementara Firman yang masih kesulitan mengunyah terbatuk karena mulutnya penuh.

Ricky memakai sepatunya. Mengenakan kemeja flannelnya serta mengambil tas ransel dari ruang belajarnya.

"Ric, sialan! Mau aku muntahin semua sarapanku. Gara-gara kamu jejali makananmu juga." Gerutu Firman

"Makanya jangan asal ngomong. Lagian kenapa sih kamu bahas cewek terus. Emang hidupmu hanya tentang cewek?" Balas Ricky seraya berjalan menuju garasi

"Ya tanpa cewek hidup kita hampa Ric. Dengan cewek hidup kita bermakna." Ucap Firman sambil menerawang

"Mumpung masih pagi, kita ambil mobilmu di Lucifer. Terus kita lanjut ke kampus." ajak Ricky

"Siap Rick laksanakan."

Pagi itu cukup cerah. Jalanan tampak ramai lancar menuju ke arah Sleman. Ricky dengan sengaja membelokkan mobilnya ke arah penjual bubur ayam.

"Kok berhenti disini Rick? Bukannya tadi katanya ambil mobil ya?" heran Firman

Ricky keluar dari mobil tanpa sepatah kata pun. Setelah membeli sebungkus bubur ayam dan seporsi kupat tahu. Ricky kembali masuk.

"Gila makanmu banyak juga ya Ric. Boleh lah kupat tahunya buat aku." ujar Firman

"Bukan buatmu. Mending kamu diam Fir daripada aku turunin di jalan." balas Ricky

"Oh jangan dong. Kegantenganku nanti bisa berkurang sampai kampus."

Ricky membelokkan cepat mobilnya. Firman pun terkejut dan melotot ke arah Ricky. Ricky tersenyum tipis.

'Rasain emang enak aku kerjain' Umpat Ricky dalam hati

Ricky berhenti di seberang jalan. Tampak Chintya sedang membuka rolling dor toko gerabahnya.

"Owh mau ngapel dulu ternyata. Pantas beli bubur ayam sama kupat tahu." gumam Firman

Ricky membuka pintu mobilnya dan menyeberangi jalan. Chintya yang masih belum menyadari sosok di belakangnya masih sibuk membuka toko.

Ehem.. Ricky berdeham. Chintya menoleh.

"Ricky." sapanya sambil menunduk malu

"Kenapa malu-malu gitu Chin?" tanya Ricky

Chintya menggeleng pelan. Kepalanya makin tertunduk, takut bila Ricky menyadari pipi meronanya.

"Ini aku bawain sarapan." ujar Ricky

"Aku.. Gak lapar Ric." tolak Chintya

Kruuuk.. Perut Chintya berbunyi keras. Ricky pun tertawa.

"Ada guntur ya pagi-pagi gini. Apa mau hujan ya?" Goda Ricky

Chintya tak berani menjawab. Terus tertunduk tanpa melihat ke arah Ricky.

Ricky memberikan bungkusan di tangannya.

"Makan yang banyak ya." ucap Ricky sambil mengacak pelan rambut Chintya

Chintya menerimanya sambil terus menunduk.

"Te.. Terima kasih Ric." Ujar Chintya sambil berlari masuk ke dalam toko.

Melihat tingkah lugu Chintya, Ricky pun tersenyum. DEG..Kilasan kejadian semalam teringat kembali. Saat Chintya mengecup pipinya. Di dalam mobilnya.

Seketika jantung Ricky berdebar. Ditatapnya kembali Chintya dari luar. Senyumnya, tawanya, guraunya dan kepolosan yang dia miliki membuat debaran itu semakin kencang.

TIIN.. Firman membunyikan klakson. Lamunan Ricky pun buyar. Ricky segera kembali ke mobilnya dengan kikuk.

"Cie yang baru ketemuan." Goda Firman

"Diam Fir. Berisik." Balas Ricky

"Aku lihat semalam kalian ngapain." Ucap Firman lagi

Ricky menekan rem dengan keras. Mobil berhenti mendadak.

"Apa yang terjadi?" tanya Ricky sambil menatap serius ke arah Firman

"Ehm. Cerita gak ya?" Balas Firman

"Mau aku turunin disini dan jalan sampai kampus?" Ancam Ricky

"Serius banget Ric. Gak bisa dibercandain apa?" gerutu Firman

"Cepat cerita. Sebelum kesabaranku habis." Ucap Firman

"Jadi semalam pas kamu mabuk, kamu keluar bar. Sambil teriak-teriak jangan tinggalin aku Chintya. Setelah itu kamu nyeberang sambil sempoyongan gini kan." Jelas Firman sambil menirukan gaya mabuk Ricky semalam

"Terus datanglah cewek kamu narik kamu ke pinggir. Ke arahnya dia. Dan BUG. Kamu jatuh di atasnya. Terus pas masih tatap-tatapan kamu cium tuh bibirnya. Lumayan lama sampai aku keluar cafe." Imbuh Firman

"Jadi kamu lihat aku cium dia?" tanya Ricky

"Iya. Panas banget Ric. Kayak di bluefilm gitu." Ujar Firman

PLAK.. Sekotak tisu melayang ke dahi Firman.

"Dasar mesum."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!