Desakan Retha

Dalam perjalanan menuju kampus, Ponsel Ricky tidak berhenti berbunyi. Nomor yang memang dengan sengaja tidak disimpannya menelepon berulang-ulang

"Kenapa lagi sih nih anak?" gumam Ricky

"Halo Tha. Ada apa?"

"Kok ketus gitu sih beb. Kan aku cuma khawatir. Kamu belum sampai ke kampus juga padahal kuliah sudah mau mulai loh." ujar Retha

Ricky memutar bola matanya malas.

"Bentar lagi sampai. Bye."

Ricky mematikan telepon sepihak. Kebiasaannya jika merasa terganggu akan sesuatu.

Ricky mempercepat laju mobilnya. Di belakangnya mobil jeep Firman mengikuti. Jika mereka harus terlambat dan dihukum bersama itu sangat tidak lucu.

Ricky tiba di halaman kampus tepat saat jam mata kuliah pertama dimulai. Ricky keluar dari mobil merahnya.

"Rick kita telat nih." Ucap Firman

"Tau. Ayo lari." ajak Ricky sambil berlari duluan.

"Jangan lari Ric. Capek. Eh bentar." Firman mengaca pada spion Ricky

"Ganteng juga ya aku kalau pakai bajunya Ricky. Keren." puji Firman pada diri sendiri

Firman melihat Ricky yang sudah jauh.

"Yah ditinggalin." Firman pun ikut berlari.

"Untungnya Pak Burhan belum datang." ucap Ricky sambil terengah

Retha yang masih bercermin pun memasukkan cerminnya.

"Mbeb kamu kemana aja sih?." sapanya manja

"Ngantar Firman ambil mobil." jawab Ricky dingin

"Emang Firman dimana sih? Ngrepotin aja tuh anak. Untungnya kamu nggak telat Beb." Gerutu Retha

"Hah.. Hah.. Ric kok ditinggalin." Protes Firman

"Gara-gara kamu. Bebebku jadi telat." Maki Retha

Belum sempat membalas, Pak Burhan masuk ke dalam kelas dan kuliah pun dimulai.

Ricky menggaris bawahi materi penting yang diberikan Pak Burhan. Karena merasa materi ini sangat penting untuk perusahaan papanya. Ricky tak menggubris kertas berisi pesan yang Retha berikan.

Firman yang melihat hal itu, dengan lancang menyahut kertas yang Retha berikan.

Ricky gimana dengan penawaran papa kemarin?

Mau ya kamu dibantu sama papa?

Demi perusahaan papamu loh

Kan kalau kamu mau menang doble Ric. Bisa balikin bisnis papamu dan bisa nikahin aku

Dengan iseng Firman membalas pesan itu di baliknya.

Aku mau

Firman meremas kertas itu dan melemparnya ke arah Retha. Namun karena terlalu keras. Kertas itu justru melayang ke kaki Pak Burhan.

Pak Burhan yang merasa heran mengambil gumpalan kertas itu dan membukanya. Seketika Firman mengangkat bukunya, berusaha menutupi mukanya.

"Mampus deh." gumamnya

"Ricky Retha. Apa-apaan ini?" geram Pak Burhan

Ricky yang tidak tahu apapun menoleh heran.

"Ada apa Pak?" tanyanya bingung

"Bisa kalian jelaskan ini." Pak Burhan datang dan menunjukkan selembar kertas berisi pesan itu pada Ricky dan Retha

"Owh maaf Pak, itu saya yang tulis." aku Retha

"Kalau kalian ingin membahas pernikahan di KUA saja. Jangan di kelas saya. Saya disini memberikan materi tapi kalian sama sekali tidak memperhatikan." Ujar Pak Burhan

"Owh jadi kalian berdua mau menikah?" seloroh Candra

"Ciee selamat ya." Sorak mahasiswa yang lain

Beberapa anak perempuan saling berbisik sambil menunjuk ke arah Retha. Retha yang merasa senang pun semakin melebarkan senyumnya.

"Saya tidak menulis apapun di kertas itu Pak." tegas Ricky

"Sudah jelas kamu membalasnya Aku Mau dan melemparkannya. Kamu tujukan surat itu untuk Retha tapi meleset kena ke saya." Bentak Pak Burhan lagi

Ricky mengeryitkan keningnya. Dia bahkan tidak tahu ada surat seperti itu yang ditulis Retha. Sementara Firman masih menunduk tidak berani berkata apapun.

"Begini saja. Daripada kalian mengganggu kelas saja. Sebaiknya kalian keluar sekarang juga." perintah Pak Burhan

"Tapi Pak. Saya butuh mendengarkan materi ini." sergah Ricky

"Kamu bisa meminjam materi dari temanmu. Kalau kamu memang berniat belajar. Sekarang keluar!" hardik Pak Burhan

Dengan marah Ricky mengemasi bukunya dan keluar. Diikuti Retha yang dengan centil mengamit tasnya.

*visualnya Retha saya gambarkan seperti ini ya.

Ricky yang kesal pun pergi ke perpustakaan berniat mencari buku tentang bisnis yang bisa membantunya memecahkan masalah perusahaan.

"Beb tunggu." panggil Retha

Ricky mengabaikannya dan terus berjalan.

"Beb. Kamu kok cuek banget sih. Padahal kamu sudah balas pesanku loh." ujar Retha

"Tha bisa nggak jangan ganggu aku dulu. Aku lagi ingin sendiri." Balas Ricky seraya berbalik

"Beb tunggu. Aku mau ngomong." Paksa Retha

"Retha please. I need privacy." balas Ricky sambil berbalik kembali ke arah perpus

Retha yang tampak kesal pun menghentakkan kakinya. Dia segera mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.

"Daddy, I want you to do something." ucap Retha begitu panggilan itu tersambung

"What can I do for you, Nak?" balas papanya

"Buat perusahaan papanya Ricky sebangkrut mungkin. Supaya dia nggak lagi bisa menolak perjodohan ini pa." ucap Retha penuh penekanan

"Hahaha. Putri papa satu ini memang tidak sabaran sekali. Baiklah kalau itu maumu. Sore ini papa akan memberimu kejutan." ujar papanya

"I like surprises Dad. Love you Dad." Retha pun mematikan telepon dengan senyum penuh kemenangan

"Kita lihat aja Ric. Sampai kapan kamu bisa menolakku." gumam Retha

...****************...

Sementara di perpustakaan, Ricky mulai menelusuri rak buku tentang bisnis. Melakukan search googling tentang cara kerja saham dsb. Setelah mengambil beberapa buah buku. Ricky duduk di bangku paling bojok belakang perpustakaan.

"Ini cara kerja pengakuisisian perusahaan. Berarti aku harus memberitahu dewan direksi semua masalah yang ada di kantor." gumam Ricky

"Pengajuan keberatan kreditor juga perlu dilakukan. Berarti aku harus menyelidiki dulu perusahaan yang dimaksud Pak Herman. Baru setelah aku tahu plus minusnya bekerja sama dengan mereka aku bisa memutuskan." gumamnya seraya menggaris bawahi kalimat yang penting

TING.. Ponselnya berbunyi. Ada notif pesan masuk dari Firman.

'Aku tunggu di kantin. Aku ingin bahas sesuatu yang penting.'

'Aku sibuk. Sini aja. Aku di perpustakaan.'

Setelah membalas pesan dari Firman. Ricky melanjutkan membacanya.

"Ini juga penting. Evaluasi kinerja perusahaan. Aku harus tahu dulu aset apa yang digadaikan oleh Ryan dan bagaimana cara melunasinya." Ricky menulisnya di buku

BRUK.. Sebuah tas mendarat kasar di meja tempat Ricky membaca.

"Ric, aku mau ngomong penting. Tapi janji dulu ya jangan marah?" bisik Firman

"Sialan. Datang-datang kagetin. Kenapa sih?" tanya Ricky tanpa menoleh ke arah Firman

"Lihat dulu kesini Ric. Biar aku bisa lihat mukamu. Dan memastikan sesuatu." Ujar Firman

"Apaan?" Ricky menatap Firman heran

"Hehehe. Memastikan kamu marah atau tidak." cengir Firman

Ricky menghela napas. "Buruan ngomong. Awas kalau nggak penting."

"Sebenarnya." Firman melihat ke arah Ricky yang juga menatapnya

"Yang kasih jawaban kertasnya Retha itu aku." lirih Firman

"Gila kamu ya." PLAK.. Spontan map tipis itu melayang ke kepala Firman

"Awww.. Sakit Ric." keluh Firman

"Ngerti nggak kamu nambahi 1 beban lagi di hidupku. Gara-gara kelakuan konyolmu." geram Ricky

"Kan tadi aku sudah bilang Ric. Jangan marah. Kok malah dipukul sih." Gerutu Firman

"Aku nggak suka sama Retha. Dan dia sekarang, lagi coba manfaatin bangkrutnya perusahaan papaku dengan ngasih penawaran. Kalau aku nikah sama dia, dia bakal bantu perusahaan papaku bangkit seperti dulu." terang Ricky

"Gila. Cantik-cantik gitu licik juga ternyata." ucap Firman dengan nada tinggi

Ricky memejamkan mata. Kesal dengan ulah sahabatnya itu.

"Ini perpustakaan. Jangan ribut. Kalau kalian mau ngobrol keluar sana." seloroh Bu Risma, pangurus perpustakaan

"Maaf Bu. Kelepasan." celoteh Firman

Ricky hanya geleng-geleng kepala.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!