DINNER

Ricky meninggalkan ruang direksi lebih dulu. Sementara Pak Wijaya dan ketua dewan direksi masih membahas lebih lanjut tentang kerja sama mereka.

Retha menyambut hangat Ricky, begitu pintu terbuka.

"Gimana beb? Apa kamu sudah mengambil keputusan?" tanyanya pura-pura tidak tahu

"Kamu bisa tanya ke papamu. Aku mau mampir ke suatu tempat. Kamu pulang sama papamu aja ya." balas Ricky lesu

"Mas Ricky, tunggulah sebentar. Kita ngopi dulu di bawah." tawar Pak Herman

"Lain kali saja Pak. Saya permisi." tegas Ricky

Ricky pun turun ke lantai satu. Di luar langit masih saja menjatuhkan airnya. Pukul 17.30. Senja tidak lagi tampak. Hanya mendung kelabu yang memayungi langkah Ricky menuju mobilnya.

Ricky pun terdiam sejenak di dalam mobil. Berusaha menenangkan dirinya.

"Aku harus kuat. Aku satu-satunya harapan papa agar perusahaan ini berjalan. Ya Tuhan. Kenapa berat sekali." keluhnya kembali

Air matanya menetes. Dipandangnya foto kedua orang tuanya yang sudah bersemayam di surga.

"Aku merindukan mama. Aku merindukan kalian berdua." ujar Ricky kembali sedih

Ricky melajukan mobilnya keluar halaman kantor. Hujan semakin deras begitu dia berada di jalan. Ricky mengendarai mobilnya secara perlahan berniat pulang sebelum akhirnya hati mengatakan hal lain.

Ricky memutarkan arah mobilnya. Melewati toko gerabah tempat Chintya bekerja yang ternyata sudah tutup. Ricky melanjutkan perjalanannya menuju rumah kecil di sebuah gang.

Mobil merah itu terparkir di tepi jalan. Setelah menyalakan alarm, Ricky berlari ke arah rumah dengan penerangan lampu kuning itu.

Rumah itu jauh dari kata bagus. Hanya sebuah rumah kecil yang terbuat dari kalsibut yang berangka kayu. Dengan teras kecil yang diisi oleh kompor gas 1 tungku.

Ricky mengetuk pintu itu perlahan.

"Chin. Chintya."

Tak ada sahutan.

"Chin." Panggil Ricky lagi

Cekrek.. Pintu itu dibuka. Chintya muncul di depan pintu dengan baby doll birunya.

"Ricky kok kamu hujan-hujanan?" tanya Chintya terkejut

"Iya aku habis dari kampus mau ngajak kamu makan tapi ternyata hujan deras." bohongnya

"Masuk dulu Ric." ajak Chintya.

Ricky pun masuk dan duduk di karpet kecil yang tergelar di dalam. Sebuah tv tabung dengan gambar buram menyiarkan berita. Di sebelahnya ada ruangan kecil seperti bilik bertutup kain jarik.

"Itu kamar nenekmu ya Chin?" tanya Ricky

"Iya tapi nenek sudah tidur. Tunggu sebentar ya." ujar Chintya keluar rumah.

Ricky mengedarkan pandangannya. Rumah ini seperti kos kecil yang disewakan.

"Ya Tuhan, ternyata begini keadaanmu Chin. Aku bersahabat cukup lama, baru ini pertama kalinya aku masuk ke dalam rumahmu." gumam Ricky

"Aku janji Chin, suatu saat jika aku sudah berhasil menjalankan perusahaan papaku dengan benar, aku akan memberikan rumah yang layak untukmu dan nenekmu." tekadnya dalam hati

Chintya masuk sambil membawakan dua gelas teh tubruk.

"Ini Ric, diminum. Biar kamu nggak masuk angin." ujar Chintya sembari memberikan segelas teh

"Terima kasih ya. Aku nggak ganggu kamu kan?" tanya Ricky

"Nggak kok. Aku lagi nonton berita. Ya beginilah rumahku Ric. Beda jauh sama rumah kamu." ucap Chintya merasa malu

"Tapi nyaman kok. Yang penting kan nggak kehujanan nggak kepanasan dan nggak kedinginan." ucap Ricky sambil menyeruput teh yang dipegangnya

"Aww.." keluhnya

"Masih panas Ricky. Kenapa langsung diminum. Kan bisa di tuang disitu dulu." ucap Chintya sambil menunjuk piring kecil di bawah gelas Ricky

"Dingin banget soalnya." balas Ricky

"Bajumu basah Ric. Sebentar." Chintya masuk ke dalam kamar dan keluar dengan membawa sehelai kaos yang lumayan besar.

"Pakai ini Ric. Itu bersih kok. Cukup kayaknya di kamu." ucap Chintya

Ricky mengamati kaos itu sejenak.

"Itu kaos dari toko. Kaos merk sandal Ric. Punyaku kebesaran banget. Jadi nggak pernah aku pakai." jelas Chintya

"Kaosnya yang kebesaran atau kamunya yang kekecilan?" gurau Ricky

"Dua-duanya betul sih hehe." balas Chintya polos

Ricky melepas kaosnya. Dada bidang dan otot perut Ricky terlihat. Chintya mengalihkan pandangannya. Entah kenapa dia merasa malu sendiri.

"Kamu kenapa Chin?" tanya Ricky

"Nggak apa-apa Ric." Sahut Chintya masih dengan kepala menunduk

Ricky yang menyadari gelagat malu dari sahabatnya itu pun tertawa.

"Kamu lapar nggak Ric?" tanya Chintya mengalihkan

"Cari makan yuk." ajak Ricky

"Masih hujan Ric. Bajumu baru ganti, nanti kalau basah lagi, aku nggak punya baju yang agak besar loh." ujar Chintya

"Nggak apa-apalah kan aku cowok. Nggak gampang masuk angin." balas Ricky sok kuat

"Aku mau masak nasi goreng. Kamu mau nggak?" tanya Chintya

"Nasiku masih banyak. Sayang kan kalau dibuang." lanjut Chintya sambil membuka kukusan

"Memangnya kamu bisa masak? Nanti keasinan." Ledek Ricky

"Bisa kok. Tunggu sebentar ya."

Chintya pun kembali keluar sambil membawa nasi putih yang masih di dalam kukusan. Ricky mengikutinya keluar.

Chintya mengupas bawang merah dan bawang putih. Juga membakar terasi di api kompor yang sangat kecil.

"Kok dikasih terasi Chin, kamu mau nyambal apa goreng nasi sih?" tanya Ricky

"Buat bumbu nasi goreng biar aromanya enak terus gurih. Kamu nanti cobain deh. Nasi goreng buatanku itu kesukaannya nenek." ucap Chintya dengan senyum di bibirnya

Hati Ricky kembali berdesir. Gadis sederhana yang kini di hadapannya sudah berhasil membuat hatinya jatuh. Tanpa sadar Ricky terus mengamati gerak-gerik Chintya yang sedang memasak.

"Sudah jadi." ucap Chintya sambil memindahkan nasi itu ke atas piring

"Ini buat kamu Ric. Ini aku antar dulu ke nenek." ujar Chintya seraya masuk ke dalam

Karena Ricky masih terpaku di depan pintu. Chintya berjalan menyamping. Kedua mata itu bertemu. Mata bulat Chintya menatap wajah Ricky lekat-lekat. Jantungnya mulai berpacu mengalahkan rintikan hujan di luar sana.

Chintya kembali teringat kejadian tempo hari saat Ricky tanpa sengaja mencium bibirnya. Pipinya merona. Dengan mata yang bergerak gerak bingung mengalihkan pandangan dari Ricky.

"Aku.. Aku sayang kamu Chin." ucap Ricky sambil menatap manik mata Chintya

Chintya pun menunduk. Rona di wajahnya semakin bertambah merah. Kedua tangannya yang memegang piring pun ikut gemetar. Mendapati kegugupan Chintya, Ricky semakin gemas ingin menggodanya. Ricky menurunkan kepalanya. Mendekat ke wajah Chintya dan mengecup lembut kening Chintya.

Chintya pun semakin salah tingkah. Ricky pun tersenyum.

"Tya, nenek lapar." panggil nenek Chintya dari dalam kamar.

"I..iya nek." Chintya pun berjalan masuk dengan tergesa.

Sementara Ricky menatap sepiring nasi goreng yang ada di tangannya. Nasi goreng jawa dengan sedikit kecap dan aroma terasi. Tanpa telur ataupun kerupuk.

Ricky masuk ke dalam rumah. Dia mengambil sendok dan mulai mencicipinya. Rasa gurih dan sedikit pedas berbaur di dalam mulutnya.

"Gimana Ric? Enak nggak?" tanya Chintya yang tiba-tiba keluar dari kamar.

"Nasi goreng ini sama seperti kamu. Sederhana namun menghangatkan." Ucap Ricky sambil menyendokkan nasi ke mulutnya

Chintya pun tersenyum. Senyum malu-malu khas Chintya yang menambah kesan imut di wajah manisnya.

Untuk beberapa saat mereka terfokus pada makanan masing-masing.

Pukul 19.25, Ricky pun undur diri. Chintya yang mengantarkan sampai depan rumah tak lupa meminjamkan payungnya pada Ricky.

"Chin, terima kasih ya. Makan malam hari ini adalah makan malam terindah yang aku rasakan. Setelah kematian orang tuaku aku nggak pernah sebahagia ini." Ujar Ricky

"Sama-sama Ric. Kamu harus tetap kuat ya. Kamu harus buat orang tua kamu bangga sama kamu. Dan satu lagi..." ucapan Chintya menggantung

"Apa?" tanya Ricky

Chintya mendekat selangkah ke arah Ricky.

"Tetaplah jadi Rickyku. Tetaplah jadi Ricky yang aku sayangi. Seperti ini." ucap Chintya tulus

Air mata Ricky menetes. Kalimat singkat itu terasa sangat menyentuh hatinya. Ricky pun mendekatkan wajahnya. CUP.. Ricky kembali mendaratkan bibirnya di bibir Chintya.

"Aku pulang dulu ya. Selamat tidur Chin."

Ricky berjalan menjauh dari rumah Chintya. Chintya menyunggingkan senyumnya.

"Aku tahu Ric kamu sedang nggak baik-baik saja. Meski kamu nggak pernah sekalipun cerita. Tapi aku berharap, Tuhan segera mengembalikan kebahagiaanmu yang sempat hilang."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!