Meeting

Paginya Ricky bersiap ke kampus. Kemeja merah hatinya tampak serasi dengan jeans biru yang dia kenakan. Ricky menyiapkan laptop dan beberapa alat tulis untuk kuliahnya hari ini. Tiba-tiba ponselnya berdering. *Sekretaris papa*

"Halo Pak Herman? Ada apa? Tumben banget bapak telfon pagi-pagi?" tanya Ricky

"Maaf mas Ricky, ada sedikit masalah dengan usaha Tuan Wijaya." balas pria itu

"Masalah? Lalu apa yang bisa saya lakukan Pak?" tanya Ricky

"Tolong ke kantor sekarang Mas. Ini masalah yang serius. Ini mengenai kelanjutan dari usaha Tuan Wijaya. Saya tunggu di ruangan saya Mas." ujar Pak Herman

" Iya Pak, saya kesana sekarang." balas Ricky

Ricky pun ke bawah dengan menenteng tas ranselnya. Dengan terburu-buru Ricky menyambar selembar roti dan memakannya sambil jalan menuju garasi. Memanasi mobilnya sebentar lalu melajukannya ke Kantor papa.

Ponselnya berdering lagi. *Retha. "Ngapain lagi sih ni anak?" dengus Ricky

"Iya Tha, kenapa?" tanya Ricky

"Morning beb, beb aku nebeng ke kampus ya." ujar Retha

"Sorry nggak bisa Tha, Aku absen hari ini. Ada perlu." balas Ricky

"Perlu? Emang mau kemana Ric, ikut dong." pinta Retha

"Nggak bisa Tha, udah dulu ya. Aku buru-buru." Ricky mematikan telfon secara sepihak.

Pagar hitam terbuka lebar. Seolah menyambut dirinya. Beberapa mobil berjajar menunjukkan banyaknya orang di kantor papanya itu. Satu diantaranya Mobil berwarna silver milik Ryan, kakak sepupunya.

"Ngapain kak Ryan ada disini? Ada yang nggak beres nih." duga Ricky

Ricky menuju lift ke lantai 3. Tempat dimana ayahnya dulu bekerja. Ricky menggeser pintu yang paling ujung. Disana sedang ada pertemuan. Sekretaris papanya pun langsung mendatanginya.

"Mas Ricky silahkan duduk. Hari ini memang sengaja diadakan meeting dengan tujuan untuk mencari pemimpin baru perusahaan. Jadi kami mengundang Mas Ricky untuk memberi saran dan masukan tentang hal ini." terang Pak Herman

Ricky menatap Ryan yang duduk disebelah Direktur Marketing. Ryan tersenyum sopan padanya. Ricky membalasnya dengan terpaksa.

"Begini Mas Ricky, sudah 2 minggu ini omset perusahaan menurun. Bahkan banyak diantara space iklan yang disewakan masih belum ada yang minat. Juga turunnya omset pembuatan banner, stiker dan spanduk yang semakin lama kalah dengan kompetitor karena kurangnya promosi. Jika begini terus maka, perusahaan ini bisa tutup." Tukas Direktur Akuntansi

"Saya juga ingin menambahkan, sulitnya mencapai pasar karena tingginya pajak. Kami sebenarnya sudah mengembangkan promosi via online. Namun seringkali advertising hanya di skip saja. Jadi kita butuh gebrakan baru untuk mencegah collapse." tambah Direktur Marketing

"Mungkin dari Mas Ricky ada solusi?" tanya Pak Herman

Ricky hendak angkat bicara. Namun Ryan lebih dulu berdiri.

"Saya ada usul Bapak-bapak. Saya berpikir untuk mengubah sistem kerja di kantor ini. Juga menyederhanakan proses kinerja karyawan. Memang kita perlu rombakan besar dalam hal ini. Namun dengan kerja sama dan totalitas kita pasti akan terwujud. Saya ingin membentuk tim marketing khusus lapangan, seperti penawaran dari tempat-tempat usaha, free design, diskon up to 10% untuk pelanggan dan pemasangan di lokasi yang tepat. Saya juga berniat untuk masuk ke lembaga pendidikan, pemerintahan atau bahkan kelompok usaha mikro." terang Ryan

"Lalu, bagaimana untuk menutup minus pengeluaran perusahaan belakangan ini Mas?" tanya Pak Herman

"Kita gadaikan sebagian aset perusahaan, seperti surat tanah untuk mendapatkan pinjaman dari Bank. Kalau kita sudah bisa menstabilkan omset baru kita akan menindaklanjuti masalah ini." terang Ryan

"Saya setuju dengan Mas Ryan. Itu ide bagus. Saya akan membantu sepenuhnya untuk promosi." ujar Direktur Marketing

"Saya akan mengupayakan untuk pinjaman Bank nya. Tetapi itu butuh persetujuan dari Mas Ricky." tambah Direktur Akuntansi

Ricky menghela nafas.

"Dalam hal ini. Saya akan memberi kesempatan pada Kak Ryan untuk mewujudkan idenya jika memang itu baik untuk perusahaan. Akan tetapi saya akan mengajukan perjanjian, dimana akan saya beri waktu 6 bulan untuk Kak Ryan membuktikan semuanya. Jika dalam 6 bulan terjadi penyimpangan maka saya akan akhiri semuanya saat itu juga." ujar Ricky

"Bagaimana Mas Ryan. Apa Mas Ryan setuju?" tanya Pak Herman.

"Okey, saya akan lakukan yang terbaik." balas Ryan senang

"Saya rasa sudah cukup untuk pertemuan hari ini." ujar Ricky mengakhiri pertemuannya

Semua orang meninggalkan ruangan dan hanya tinggal Ryan saja yang masih disana. Ryan berjalan ke arah Ricky. Dengan tangan di saku celana Ryan tersenyum penuh kemenangan.

"Jangan percaya diri dulu Kak. Aku setuju bukan berarti aku percaya sepenuhnya pada kakak. Aku hanya melakukan ini demi usaha papaku. Aku akan terus mengawasi kinerja kak Ryan." ujar Ricky

"Ow tentu. Silahkan Ricky. Aku nggak akan pernah bikin kamu kecewa. Aku pergi dulu."Pamit Ryan

Sementara itu, di kampus Retha kelihatan bosan. Dia hanya mengaduk-aduk jus yang dipesannya dari tadi. Firman yang melihat Retha duduk sendirian tidak melewatkan kesempatan.

"Retha, sendirian aja. Galau ya Ricky nggak masuk?" Goda Firman

"Bosen nih. Lagian cuma Ricky yang deket sama aku. Dia pake absen segala." gumam Retha

"Kan ada aku Tha. Aku juga bisa kok jadi temenmu." tawar Firman

"Tetep aja beda, Ricky tu so special buatku. Tapi kalau kamu mau nemenin ya nggak apa sih." balas Retha

"Bolos yuk. Habis ini mapel nya Miss Dinar. Pasti boring tuh. Mending nge mall aja." ajak Firman

"Ngemall? Nggak mau ah. Bosen. Nemenin aku nyalon aja yuk." ajak Retha.

"Apapun yang kamu mau aku turutin." balas Firman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!