KELICIKAN RETHA

Sementara Cintya merasa tegang. Mendengar detak jantung Ricky dan aroma maskulin dari tubuhnya membuat Cintya semakin sesak. Cintya pun mendorong pelan tubuh Ricky.

Seketika suasana menjadi canggung.

"Maaf ya." ujar Ricky

Cintya hanya menunduk. Pipinya sudah sangat merah. Selalu merasa malu setiap dekat dengan sahabatnya itu.

"Aku pulang dulu ya." pamit Ricky

Cintya memaksakan senyum dan mengangguk pelan. Lalu Ricky pun pergi. Di perjalanan dia teringat ponselnya yang tertinggal di rumah. Mungkin dosen kampus mencarinya karena absen tanpa ijin hari itu. Ricky mempercepat laju kendaraannya.

Pukul 13.20. Kediaman keluarga Wijaya tampak lengang. Dengan halaman parkir yang basah dan pagar yang tertutup. Ricky memencet klakson dan seorang maid membukakan gerbang.

Segera setelah Ricky memarkirkan mobilnya, Ricky hendak menuju kamarnya. Namun langkahnya terhenti melihat seorang gadis pirang membelakanginya.

Ricky perlahan mendekat untuk mengetahui siapa gadis itu. Ketika menoleh, ternyata Retha lah yang sedang duduk membaca majalah wanita di ruang tamunya.

"Hai beb kamu udah pulang? Darimana aja, kok kamu bolos kuliah lagi?" tanya Retha

Ricky menghela nafas. Dia menghempaskan tubuhnya pada sofa besar di hadapan Retha.

"Dari kantor. Kamu ngapain sih disini?" tanya Ricky tak senang

"Aku tadi di kampus gak ketemu kamu. Trus aku telfon berkali-kali nggak kamu angkat. Ya aku khawatirlah beb. Makanya aku samperin." ujar Retha

"Lain kali nggak perlu. Aku tadi buru-buru. Ada masalah di kantor papa. Hpku ketinggalan di kamar." balas Ricky

Retha menatap Ricky intens.

"Ngapain sih ngelihatinnya gitu banget?" tanya Ricky

"Enggak kok. Cuma pengen tau aja. Kantormu ada masalah apa?" tanya Retha

Ricky terdiam. Bimbang antara harus menceritakan masalah ini atau tidak.

Retha pun beranjak dari duduknya. Menggelayut manja di bahu Ricky.

"Ric, kalau kamu butuh bantuan buat ngurus bisnis papa kamu, serahin aja semuanya sama aku dan papaku. Aku bakal buat usahamu berkembang." tawar Retha

Ricky mengernyit. "Tha, kamu bahkan belum tau masalah kantorku. Aku belum cerita apa-apa. Kok kamu udah bilang gitu sih? Emang apa yang mau kamu lakuin?."

Retha tersenyum genit. Mencolek dagu Ricky sedikit dan berkata, "Aku akan lakuin apapun buat kamu. Papa aku punya kekuasaan itu. Jadi pasti dia juga bisa membantu kamu. So sekarang coba kamu cerita apa masalah kantormu?"

Ricky yang merasa tak nyaman berusaha melepaskan tangan Retha dan mulai bercerita tentang kecurangan yang kakaknya lakukan. Retha hanya diam sambil memahami inti permasalahan kantor Ricky.

"Okey, aku akan bicara sama papa nanti. Kamu tunggu aja ya kabar dari aku. Aku pulang dulu." ujar Retha sambil mengecup ringan pipi Ricky

Retha meraih tas merahnya lalu keluar dari rumah Ricky. Dalam hatinya terbesit keinginan untuk memanfaatkan keadaan ini agar bisa lebih dekat dengan Ricky.

"Ricky aku pasti akan buat kamu jadi milikku. Masalah ini membuka peluang besar buat aku." ujar Retha dalam hati

Sementara Ricky yang merasa risih tadi segera masuk ke kamarnya. Dia butuh guyuran air dingin untuk menyegarkan pikiran dan badannya. Ricky menyalakan shower dan mulai menggosok badannya yang gerah. Setelah mandi, Ricky berbaring di kasur sambil mengecek ponselnya. Banyak panggilan tak terjawab dari Retha, Firman dan bahkan Pak Herman.

Setelah membalas semua pesan disana, Ricky mengambil bungkusan kecil yang dibelinya tadi ke dapur.

"Bi,tolong bibi panasin ya. Aku mau makan ini aja." ujar Ricky menyodorkan bungkusan mie itu pada maidnya

"Iya Mas, tunggu sebentar ya." balas maidnya

Ricky menunggu di ruang makan sambil memainkan ponselnya. Tiba-tiba perkataan Cintya terlintas di kepalanya. Berulang ulang dan bayangan Cintya yang malu dipelukannya terbesit lagi di pikirannya.

"Nyaman banget di pelukan kamu Cin. Bikin kangen." gumamnya

"Kangen siapa Mas? Kok senyum-senyum sendiri?" goda maidnya sambil menyodorkan sepiring mie.

Ricky tersenyum tanpa jawaban.

"Coba temui Mas kalau kangen. Dideketin, Mas Ricky udah waktunya berkeluarga. Udah seharusnya ada yang nyiapin segala keperluan Mas Ricky." ujar maidnya

"Bibi apaan sih? Ricky masih terlalu muda. Kuliah aja belum selesai. Ngurus bisnis papa juga nggak bisa, mau dikasih makan apa nanti anak istri Ricky?" balas Ricky tertawa

"Ih Mas Ricky suka banget merendah deh. Bibi cuma ingetin, dapetin aja dulu sebelum diambil orang lain." balas maidnya sambil berlalu

Ricky terdiam. Dalam hati dia bertanya apa benar dia memiliki perasaan pada Cintya. Sedangkan selama ini dia nyaman bersahabat dengan Cintya. Lalu apa Cintya juga merasakan hal yang sama.

Sementara itu, di rumah mewahnya Retha sedang mematut diri di cermin. Berganti pakaian lagi dan lagi. Mencoba beberapa busana baru yang dibelinya pagi tadi. Ya, karena Ricky tidak masuk kampus. Dia memutuskan untuk shopping saja.

Pintu kamarnya terbuka. Sosok lelaki paruh baya menghampirinya.

"Ehm. Mau pake baju apapun kamu tetep cantik Retha." gumam papanya

Retha pun berbalik dengan senyum merekah.

"Pa, Retha mau papa lakuin sesuatu buat Retha." ujar Retha menarik papanya duduk di kursi depan meja rias.

"Lakuin apa Tha? Papa nggak akan nolak selama itu demi kebahagiaan kamu." balas papanya senang

"Kantor papa Wijaya hampir collapse pa. Jadi Retha minta papa kasih dana dan tawarin kerja sama mereka. Juga buat Ricky percaya sama papa kalau papa bakal bantuin dia. Tapi papa ajuin syarat, Ricky harus mau tunangan sama Retha." ujar Retha licik

"Bukannya kamu bilang, Ricky sudah dekat sama kamu? Kenapa papa harus gunakan cara ini?" tanya papanya heran

"Udahlah pa, papa sayang kan sama Retha? Papa pengen buat Retha bahagia kan? Ya udah lakuin aja." balas Retha

Papanya berdiri. Mengusap dahi Retha dan berkata, "Okey papa akan bantu kamu."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!